Senin, 22 April 2013

Menikmati Penderitaan? Oww...

Judulnya dramatis banget kan? ...
 
Ibaratnya, seseorang yang sedang berada di toko parfum dan mencium beberapa parfum yang disediakan sebagai tester di atas etalase. Ketika mencium parfum pertama, hidung kita akan sangat peka untuk mengidentifikasi wanginya, begitupun untuk kedua dan ketiga kalinya. Namun, indra penciuman kita akan kehilangan kepekaan pada wangi parfum ke empat dan seterusnya. Jika mencium parfum itu dianalogikan dengan ‘merasakan penderitaan’, penderitaan yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu (berkepanjangan), dan berkali-kali, mungkin bisa membuat diri kita cukup kehilangan kepekaan terhadap penderitaan. Hingga penderitaan menjadi hal yang dianggap wajar, biasa-biasa saja. Itu bisa terjadi, mungkin karena kemampuan luar biasa manusia sebagai makhluk yang bisa beradaptasi, atau karena penderitaan sudah manunggal dengan kehidupan itu sendiri. Hingga tidak bisa mengenali dengan pasti, apa itu penderitaan.

Tapi, dalam memandang suatu masalah, semuanya kembali pada kita sebagai aktor sekaligus pemeran utama dalam kehidupan kita sendiri. Apakah masalah itu dilihat sebagai penderitaan, atau  hal yang biasa dan wajar saja, sebagai sunnatullah dalam proses pendewasaan. Karena pada hakikatnya, peyebab utama adanya masalah itu karena adanya kehidupan. Namun jika kita terlanjur melihat sebuah masalah sebagai penderitaan, maka nikmatilah penderitaan itu. Bahagia dalam menjalani penderitaan. Dramatis bin tragis..

Dalam konteks hidupku, aku sendiri tak tau pasti, apakah aku terlalu sering menderita sehingga penderitaan menjadi hal yang terlalu biasa. Atau apakah aku terlalu menikmatinya. Atau juga bisa jadi aku bertahan karena meskipun menderita tapi bahagia, bahagia tapi menderita. Entahlah.. jangan paksa aku untuk berpikir keras mengidentifikasinya. Karena akupun sungguh tak mengerti apa yang terjadi.


Mumet ya... Pindah ke planet laen aja yuk..

(22April2013**selintas renungan tentang masokis [non-seksual])

6 komentar:

  1. menderita tapi bahagia,kak niza bangetttt tuh hahahahaha...
    **emang pernah sedih/menderita kak???kyknya enjoy aja tuh,kayaknyaaa sihhhh hihihihi...

    SEMANGKAAA!!!

    BalasHapus
  2. menderita atau bahagia tetep bulet yak?.. hahaha.. thanks hunny.. *hug*

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahahahaha...yukkkkk,bulet berarti bahagia haghagahag *mwah tlepoks

      Hapus
    2. bahagia, makmur, sejahtera, sentosa n subuuurrr... yeyeye.. lalala... :D

      Hapus
  3. hmm... aku baru tau masokis ada versi "sexual"??? hoooh... padahal aku gak tau sampe sejauh itu... ckckck...

    tesisku tentang penyair jepang abad 18 bernama Ishikawa Takuboku, dia masokis, hidupnya selalu dipenuhi penderitaan, puisi2nya membuat airmataku berderai... sampai akhir hayatnya (dia mati umur 26 tahun dan masih ganteng krn tbc) dia sangat menikmati penderitaan dalam hidupnya...

    *heh, komentar apa barusan yg kutulis??

    BalasHapus
  4. pengertian dr internet, masokis koq mengarahnya ke seksual ya? makanya tak tulis non-sexual. aq blm pernah denger istilah masokis sblmnya. atau mungkin aq lupa?.. haaa..

    waahh... ternyata tesismu ttg itu tho'.. pantes paham bgt ttg si stokis dan penderitaan... wooooaaa...

    BalasHapus