Judulnya dramatis banget kan? ...
Ibaratnya, seseorang yang sedang berada di toko parfum dan mencium beberapa parfum yang
disediakan sebagai tester di atas etalase. Ketika mencium parfum pertama,
hidung kita akan sangat peka untuk mengidentifikasi wanginya, begitupun
untuk kedua dan ketiga
kalinya. Namun, indra penciuman kita
akan kehilangan kepekaan pada wangi parfum ke empat dan seterusnya. Jika mencium parfum itu dianalogikan
dengan ‘merasakan penderitaan’, penderitaan yang sudah terjadi dalam kurun
waktu tertentu (berkepanjangan), dan berkali-kali, mungkin bisa membuat diri
kita cukup kehilangan kepekaan terhadap penderitaan. Hingga penderitaan menjadi hal yang dianggap wajar, biasa-biasa saja. Itu bisa terjadi, mungkin karena kemampuan luar biasa manusia sebagai
makhluk yang bisa beradaptasi, atau karena penderitaan sudah manunggal dengan
kehidupan itu sendiri. Hingga tidak bisa mengenali dengan pasti, apa itu
penderitaan.
Tapi, dalam
memandang suatu masalah, semuanya kembali pada kita sebagai aktor sekaligus
pemeran utama dalam kehidupan kita sendiri. Apakah masalah itu dilihat sebagai
penderitaan, atau hal yang biasa dan
wajar saja, sebagai sunnatullah dalam proses pendewasaan. Karena pada
hakikatnya, peyebab utama adanya masalah itu karena adanya kehidupan. Namun
jika kita terlanjur melihat sebuah masalah sebagai penderitaan, maka nikmatilah
penderitaan itu. Bahagia dalam menjalani penderitaan. Dramatis
bin tragis..
Dalam konteks hidupku, aku sendiri tak tau pasti, apakah aku
terlalu sering menderita sehingga penderitaan menjadi hal yang terlalu biasa. Atau
apakah aku terlalu menikmatinya. Atau juga bisa jadi aku bertahan karena
meskipun menderita tapi bahagia,
bahagia tapi menderita. Entahlah.. jangan paksa aku
untuk berpikir keras mengidentifikasinya. Karena akupun sungguh tak mengerti
apa yang terjadi.
Mumet ya...
Pindah ke planet laen aja yuk..
(22April2013**selintas renungan tentang masokis [non-seksual])
menderita tapi bahagia,kak niza bangetttt tuh hahahahaha...
BalasHapus**emang pernah sedih/menderita kak???kyknya enjoy aja tuh,kayaknyaaa sihhhh hihihihi...
SEMANGKAAA!!!
menderita atau bahagia tetep bulet yak?.. hahaha.. thanks hunny.. *hug*
BalasHapuswahahahahaha...yukkkkk,bulet berarti bahagia haghagahag *mwah tlepoks
Hapusbahagia, makmur, sejahtera, sentosa n subuuurrr... yeyeye.. lalala... :D
Hapushmm... aku baru tau masokis ada versi "sexual"??? hoooh... padahal aku gak tau sampe sejauh itu... ckckck...
BalasHapustesisku tentang penyair jepang abad 18 bernama Ishikawa Takuboku, dia masokis, hidupnya selalu dipenuhi penderitaan, puisi2nya membuat airmataku berderai... sampai akhir hayatnya (dia mati umur 26 tahun dan masih ganteng krn tbc) dia sangat menikmati penderitaan dalam hidupnya...
*heh, komentar apa barusan yg kutulis??
pengertian dr internet, masokis koq mengarahnya ke seksual ya? makanya tak tulis non-sexual. aq blm pernah denger istilah masokis sblmnya. atau mungkin aq lupa?.. haaa..
BalasHapuswaahh... ternyata tesismu ttg itu tho'.. pantes paham bgt ttg si stokis dan penderitaan... wooooaaa...