Sabtu, 28 Desember 2013

Fi'il Madhi (Verba Perfek) Dalam Bahasa Arab

Fi'il Madhi

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Bahasa Arab merupakan inti dari ajaran Islam karena ajaran-ajaran Islam sebagian besar memakai bahasa Arab. Bahasa Arab dalam dunia Islam bagaikan air bagi ikan, karena memang salah satu keunggulan bahasa Arab adalah tentang kekhasannya yang paling cocok untuk mengungkapkan tentang hal-hal keagamaan dan ketuhanan karena beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bahasa Arab itu sendiri.
            Dalam istilah bahasa Arab ada beberapa unsur penting yang menjadi pokok dalam suatu pembicaraan dengan bahasa Arab, di antara unsur kalimat tersebut yang akan diuraikan di sini adalah kalimah fi’il atau dalam bahasa Indonesia disebut kata kerja. Kalimah fi’il yang digunakan dalam bahasa Arab itu terbagi ke dalam beberapa macam kategori sesuai dengan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut serta sesuai dengan ‘Amil (instruksi) yang datang pada kata kerja tersebut, karena ditinjau dari segi harakat, kalimat fi’il ada yang mu’rob (berubah-ubah harakatnya) dan ada yang mabni (tidak dapat diubah harakatnya) yang mana fi’il madhi adalah di antara yang mabni tersebut.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fi’il madhi?
2. Tanda-tanda apakah yang ada pada fi’il madhi?
3. Bagaimana hukum yang berlaku pada fi’il madhi?
4. Bagaimana bentuk fi’il madhi?
5. Bagaimana pola yang ada pada fi’il madhi?

      
     
         BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fi’il Madhi
Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi  berarti yang telah lampau atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja yang menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau.[1]
B. Tanda-tanda / Ciri-ciri Fi’il Madhi
Tanda-tandanya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada umumnya mengandung suara “a” , misalnya كَـتَـبَ (telah menulis), قَــرَأَ (telah membaca) karena dia berharakat fathah. Secara lebih jelasnya di sini akan dikemukakan ciri-ciri dari fi’il madhi yaitu:
1. Bersambung dengan Ta’ fa’il yang berharakat fathah, dhammah, atau kasrah. Ta’ tersebut diletakkan di belakang fi’il dan berfungsi sebagai fa’il (pelaku perbuatan).
((نَصَرْتُ, نَصَرْتُنَّ, نَصَرْتُمَا, نَصَرْتِ, نَصَرْتُمْ, نَصَرْتُمَا, نَصَرْتَ seperti:
نَصَرْتُ الْوَلَدَ   (Aku telah menolong seorang anak laki-laki)

2. Diakhiri dengan Ta’ ta’nits  yang mati (Ta’ yang berharakat sukun, untuk menunjukkan bahwa pelaku perbuatan itu adalah muannats
/ perempuan), seperti:
نَصَرَتْ الْوَلَدَ   (Dia satu orang perempuan telah menolong seorang anak laki-laki)

3. Bersambung dengan  Na fa’il (Nun alif, yang menunjukkan fa’ilnya / pelakunya adalah kami / kita), seperti:
نَصَرْنَا الْوَلَدَ   )kami telah menolong seorang anak laki-laki)

4. Didahului dengan قد yang berarti sungguh. Contoh:
قَدْ قَامَةِ الصَّلاَةُ   (Sungguh telah didirikan shalat)

5. Secara bentuk dapat diketahui berdasarkan seluruh wazan fi’il madhi.[2]

C. Hukum Fi’il Madhi
            Di dalam kitab jurumiyyah disebutkan bahwa fi’il madhi difathahkan huruf akhirnya selamanya atau dengan kata lain ia mabni ‘alal fath, contohnya  نَصَرَ, ضَرَبَ, كَرُمَ . Namun fathah yang ada pada akhir fi’il madhi ini adalah fathah lafzhy seperti contoh di atas dan fathah taqdiry (dikira-kirakan) seperti نَهَى, دَعَى, رَمَى  dan dikira-kirakan juga bilamana bertemu dengan dhamir marfu’ (dhamir muttasil marfu’) karena dhamir itu menjadi fa’ilnya, seperti فَعَلتُ, كَتَبْتُ, نَصَرْتُ dan ia dimabnikan sukun. Jika ia bertemu dengan wawu jamak maka ia menjadi mabni dhommah seperti فَعَلوْا .[3]
        Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:
إذا لم يتصل بأخره شيئ
Ketika huruf akhirnya tidak
disambung dengan sesuatu             مَبْنِيْ عَلَى الْفَتْحِ                  
إذاتصل بألف التثنية
Ketika huruf akhirnya disam-
bung dengan alif tatsniah              
إذاتصل بواو الجمع                                           
Ketika huruf akhirnya disam-                                                         أَقْسَامُ بِنَائُهُ
bung dengan wawu jama’                               مَبْنِيْ عَلَى الضَّمِّ
إذا تصل بتاء الفاعل او بنا لفاعلين
Ketika bersambung dengan            مَبْنِيْ عَلَى السُّكُوْنِ
[4]Ta’ atau نا Fail

D. Bentuk Fi’il Madhi
Fi’il madhi mempunyai 14 bentuk sesuai dengan banyaknya dhamir (pelaku). Dhamir itu berfungsi sebagai fa’il (pelaku). Dengan mengambil contoh kata  كَتَبَ maka terdapat 14 bentuk sebagai berikut:

No
Dhamir
Fiil Madhi
Arti
Keterangan
1
هُوَ
كَتَبَ
Dia (lk) telah menulis
Bentuk asli tanpa perubahan
2
هُمَا
كَتَبَـا
Keduanya (lk) telah menulis
+  ا pada huruf terakhir
3
هُمْ
كَتَبُـوْاْ
Mereka (lk) telah menulis
+ ـــُوْا pada huruf terakhir
4
هِـيَ
كَتَبَـتْ
Dia (pr) telah menulis
+ ـتْ pada huruf terakhir
5
هُمَـا
كَتَبَـتَا
Keduanya (pr) telah menulis
+ ـتـَا pada huruf terakhir
6
هُنَّ
كَتَبْـنَ
Mereka (pr) telah menulis
+ ـْــنَ pada huruf terakhir
7
اَنْـتَ
كَتَبْـتَ
Kamu (lk) telah menulis
+ ـْــتَ pada huruf terakhir
8
اَنْتُمَـا
كَتَبْتُمـَا
Kalian (lk) telah menulis
+ ـْــتُمَـا pada huruf terakhir
9
اَنْتُـمْ
كَتَبْتُـمْ
Kalian (lk) telah menulis
+ ـْــتُمْ pada huruf terakhir
10
اَنْـتِ
كَتَبْـتِ
Kamu (pr) telah menulis
+ ـْـتِ pada huruf terakhir
11
اَنْتُمَـا
كَتَبْتُمَا
Kalian (pr) telah menulis
+ ـْتُمَـا pada huruf terakhir
12
انْتُـنَّ
كَتَبْتُـنَّ
Kalian (pr) telah menulis
+ ـْـتُـنَّ pada huruf terakhir
13
اَنَـا
كَتَبْـتُ
Saya telah menulis
+ ـْــتُ pada huruf terakhir
14
نَحْنُ
كَتَبْـنَا
Kami, kita telah menulis
+ ــْـنَـا  pada huruf terakhir[5]



E. Pola Fi’il Madhi
1. Fi’il Madhi Tsulatsy, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf. Polanya
فَــعَـلَ
ضَرَبَ, نَصَـرَ, كَـفَـرَ
فَــعِـلَ
فَهِــمَ، شَـهِـدَ، عَـلِـمَ
فَـعُــلَ
حَــرُمَ، كَــرُمَ ،بَـعُـدَ
2. Fi’il Madhi Ruba’i, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf.
Antara lain bentuknya yaitu:
1
فَعَّــلَ
نَــزَّلَ, عَـلَّمَ, سَــلَّمَ
2
أ َفْـعَـلَ
أَرْسَــلَ, أَسْــلَمَ, أَنْــزَلَ
3
فَـاعَـلَ
سَــافَرَ, خَـاسَمَ, قَـاتَـلَ
3. Fi’il Madhi Khumasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf. Polanya antara lain yaitu:
1
اِنْفَـعَــلَ
اِنْقَـلَبَ, اِنْطَلَــقَ, اِنْقَطَـعَ
2
اِفْتَعَـــلَ
اِقْتَــرَبَ, اِجْتَمَــعَ, اِجْتَنَـبَ
3
تَفَــعَّـلَ
تَعَلَّــمَ , تَــأَخَّــرَ, تَقَــدَّمَ
4
تَفَــاعَـلَ
تَسَــاقَفَ, تَسَـــاهَـلَ, تَجَـــاهَلَ
4. Fi’il Madhi Sudasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf. Contoh polanya di antaranya yaitu:
Pola
Contoh
اِسْتَفْعَـــلَ
اِسْتَحْــوَذَ, اِسْتَغْفَــــرَ, اِسْتَخْــرَجَ


Contoh Perubahan Fi’il madhi, rubai, khumasi, dan sudasi[6]
Sudasi
Khumasi
Ruba’i
Dhomir
اِسْتَفْعَـــلَ
تَفــعَّـلَ
اِفْتَعَـــلَ
اِنْفَـعَــلَ
أ َفْـعَـلَ
فَعَّــلَ
اِسْتَغْفَــرَ
تَقَــدَّمَ
اِجْتَمَــعَ
اِنْقَطَـعَ
أَرْسَــلَ
نَــزَّلَ
هُوَ
اِسْتَغْفَــرَتْ
تَقَــدَّمَتْ
اِجْتَمَــعَتْ
اِنْقَطَـعَتْ
أَرْسَــلَتْ
نَــزَّلَتْ
هِيَ
اِسْتَغْفَــرْتَ
تَقَــدَّمْتَ
اِجْتَمَــعْتَ
اِنْقَطَـعْتَ
أَرْسَــلْتَ
نَــزَّلْتَ
اَنْتَ
اِسْتَغْفَــرْتِ
تَقَــدَّمْتِ
اِجْتَمَــعْتِ
اِنْقَطَـعْتِ
أَرْسَــلْتِ
نَــزَّلْتِ
اَنْتِ




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
1. Fi’il madhi ialah kata kerja yang menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau.
2. Ciri dari fi’il madhi adalah diakhiri ta’ ta’nits yang mati, bersambung dengan ta’ fa’il, bersambung dengan نا fa’il, didahului oleh قد , dan secara bentuk dapat diketahui berdasarkan wazan fi’il madhi.
3. Hukum fi’il madhi adalah mabni fathah, baik itu fathah lafzhi atau taqdiry.
4. Fi’il madhi mempunyai 14 bentuk sesuai dengan banyaknya dhamir (pelaku).
5. Pola fi’il madhi ada yang tsulatsi, ruba’i, khumasi, dan sudasi.




DAFTAR PUSTAKA



Anwar, Moch. 2006. Ilmu nahwu terjemahan matan jurumiyyah dan ‘imriithy berikut penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


Hamid, M. Abdul Manaf. 2006. Pengantar ilmu shorof ishtilahi-lughowi. Nganjuk: Fathul Mubtadi’in.

Khaironi, A. Shohib. 2006. Metode Mustaqilli, cara cepat untuk membaca kitab dan menguasai bahasa arab. Jatibening: WCM Press.





[1] M. Abdul Manaf Hamid; Pengantar ilmu shorof ishtilahi-lughowi, Fathul Mubtadi’in, Nganjuk, 2006, hal.127
[2] A. Shohib Khaironi; Metode Mustaqilli, cara cepat untuk membaca kitab dan menguasai bahasa arab, WCM Press, Jatibening, 2006, hal. 86

[3] Moch. Anwar; Ilmu nahwu terjemahan matan jurumiyyah dan ‘imriithy berikut penjelasannya, Sinar Baru Algensindo , Bandung, 2006, hal. 56-57
[4] A. Shohib Khaironi; Op. Cit. Hal. 68
[5] A. Shohib Khaironi, Op. Cit. hal. 67
[6] M. Abdul Manaf Hamid, Op. Cit., hal. 134-138


Disusun Oleh
M. Zainur Rohman
Siti Zubaidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar