Sabtu, 07 Desember 2013

KALIMAT EFEKTIF BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebgai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda tanya, atu tand seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukan kalimat bukanlah semata-semata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.. lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus megandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturnya.
 Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itutidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
B.     Rumusan masalah
  Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
      1.Kurang pahamnya penulisan dan pelafalan kalimat efektif ?
      2. mengapa kalimat efektif harus di pahami ?
C. Tujuan
        Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulis ini adalah sebagai berikut:
  1. Memahami penulisan dan pelafalan kalimat efektif
  2. Memahami kalimat efektif dengan baik dan benar
  3. Mengetahui kalimat yang salah dan yang benar





BAB II
PEMBAHASAN
 2.1   Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan secara tepat pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran penulis. Di dalam kalimat efektif kejelasan kalimat dapat terjamin.
2.2.  Ciri-Ciri Kalimat Efektif
2.2.1. Kesepadanan struktur
Kesepadanan struktur setiap kalimat yang baik terdiri atas unsur-unsur kalimat yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subjek dengan prediket, antara predikat dengan objek serta keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsurndalam kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Jadi kesepadanan itu adalah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan, ide, yang dikandung dalam kalimat.
1.      Kesepadanan kalimat memiliki beberapa ciri :
kalimat itu mempunyai subjek dan prediket. Kejelasan subjek dan prediket itu dilakukan dengan menghindari pemakaian kata di depan subjek.
Contoh : Di dalam keputusan itu membicarakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. ( kalimat ini subjeknya kurang jelas karena di antar oleh kata depan. Oleh sebab itu perlu dihilangkan menjadi ) Keputusan itu membicarakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.[1]
 2.  Menggunakan ide pokok.
  Ide pokok ini diletakkan pada bagian depan kalimat dan kalimat yang mengandung ide pokok harus menjadi induk kalimat.
       Contoh : Ia tertangkap ketika sedang minum- minum pada sebuah warung.
 3. Penggabungan dengan kata dan dan kata yang.
Jika dua kalimat digabungkan dengan kata dan  maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan kata yang, maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh :
   -   Mutu pendidikan kita masih rendah.
   -   Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama para dosen.
Penggabungan yang erfektif untuk kedua kaliamt di atas ialah dengan mempergunakan kata dan sehingga menjadi kalimat gabungan yaitu :
 -    Mutu pendidikan kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama     para dosen.
4. Penggabungan kalimat efektif juga dapat mengunakan kata sehingga, agar, atau supaya.
   Contoh :    -  Semua peraturan telah ditentukan.

-  Para mahasiswa tidak bertindak seenaknya.
Penggabungan :
    -  Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak seenaknya.[2]
   Untuk mencapai kalimat efektif kita harus juga menghindari kata – kata asing atau struktur asing.
Contoh : Pemakaian kata – kata  di mana, hal mana, yang mana.
Kita ketahui dalam bahasa Indonesia kata di mana, yang mana, dipakai dalam kalimat Tanya. Kedua kata Tanya ini dipergunakan untuk menanyakan tempat serta sesuatu.
Contoh :
Dimana tidak boleh diganggu gugat lagi ( tidak efektif )
Yang mana sudah menjadi keputusan sidang ( tidak efektif )
Yang tidak boleh diganggu gugat lagi ( efektif )
Yang sudah menjadi keputusan sidang ( efektif )
2.2.2. Keparalelan (Kesejajaran)
  kesejajaran ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika bentuk pertama mempergunakan bentuk nominal bentuk kedua juga menggunakan bentuk nominal.
  Contoh : Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
  Kalimat ini tidak sejajar, karena ide pertama kata kerja dan ide kedua kata benda.
Contoh : Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber pengacauan yaitu berupa peniruan, yang langsung atau tidak langsung.Kalimat ini adalah kalimat efektif karena dinyatakan dalam bentuk parallel ( sejajar) yaitu ide pertama, dan seterusnya dinyatakan dengan kata kerja.[3]
 2.2.3. Penekanan
 Setiap kalimat memiliki satu ide pokok. Dalam sebuah kalimat ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat ini member penekanan pada penonjolan itu.
Ada berbagai penekanan di dalam kalimat :
1.  Meletakkan kata ditonjolkan itu di depan kalimat
Contoh : Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara dengan kemampuan yang ada pada dirinya. ( kalimat ini dapat di ubah dengan penekanan dan posisi kalimat yaitu ; Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Di dalam penekanan ini juga kalimat-kalimat dapat diubah yaitu kalimat pasif menjadi aktif atau aktif menjadi pasif. Sedangkan kalimat aktif ialah kalimat normal yang dianggap lazim dipergunakan daripada kalimat pasif.
Contoh :
  • Presiden mengharapkan dengan adanya pendidikan dan penataran ,pembangunan akan lancar. ( aktif ) atau Harapan presiden dengan adanya pendidikan dan penataran pembangunan akan lancar. ( aktif)
Dengan adanya pemdidikan dan penataran, diharapkan oleh presiden pembangunan akan lancar. ( pasif )

2.Urutan kata yang logis
Sebuah kalimat biasanya membicarakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian itu hendaknya dibuat dengan memperhatikan urutan yang logis.
Contoh:
   a.  Telekomunikasi cepat – vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas, pembangunan, dan persatuan.
 b. Tahun 1985, 1986, 1987 kehidupan masih melarat, belum ada kemajuan.

     3.  Pengulangan kata
Pengulangan kata dianggap penting, karena dapat membuat maksud kalimat lebih jelas.
Contoh : Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi social, dan dimensi budaya.
2.2.4. Kehematan
Unsur lain yang penting untuk mencapai kalimat efektif adalah kehematan. Yang dimaksud dengan kehematan ialah kehematan mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang di anggap tidak perlu. Dalam arti tidak mengubah kejelasan kalimat. Penghematan di sini juga menghindari kata-kata mubazir, sejauh tidak menyalahi kaidah-kaidah tata bahasa.
1.Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.


      Contoh :
Mahasiswa itu segera mengubah rencananya setelah bertemu dengan pemimpin.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi :
Mahasiswa itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin.
Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian hiponim kata. Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Kata merah adalah mengandung kelompok warna. Kata merah adalah mengandung kelompok warna kata juli sudah mengandung makna bulan begitu juga senin sudah mengandung makna hari[4].
Contoh :
a.        Presiden Suharto meresmikan Universitas Indonesia hari senin lalu.
b.           Ia memakai pita warna merah.
c.         Kakek lahir bulan juli 1949.
Kalimat-kalimat (a), (b), (c), dapat diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, warna, dan bulan. Selain kata yang mengandung hiponim, ada lagi kesinoniman kata dalam satu kalimat.
Contoh :
  • Kata naik bersinonim dengan ke atas.
  • Kata tampil bersinonim dengan kata depan.
  • Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Seperti contoh-contoh di atas, hindari pemakaiannya dalam kalimat. Kalau sudah memakai kata tampil, tidak perlu lagi kata ke depan. Begitu juga yang lain.
  1. Penghematan dapat dilakukan dengan menghindari bentuk jamak.
Contoh :
  1. Para hadirin sekalian.
  2. Saling baku hantam.
Seharusnya :
  1. Hadirin yang berbahagia.
  2. Saling hantam.
Selain itu, dihindari kata depan daripada yang tidak ada hubungannya di dalam kalimat. Kalau tidak dipakai kata depan tersebut, kalimat itu menunjukkan kalimat yang efektif.

2.2.5. Kevariasian
     Keefektifan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat pendek, dan ada kalimat yang panjang. Kalimat yang panjang, dapat membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok, dan membosankan, sehingga menjadi monoton. Oleh sebab itu perlu dilakukan variasi kalimat.
Kita telah mempelajari tentang pengutamaan kalimat pada kegiatan terdahulu, yaitu dengan meletakkan bagian yang penting pada awal kalimat.
  1. Dalam variasi kalimat, kalimat pembuka dapat dimulai atau dibuka dengan frase benda, frase kerja, dan frase keterangan.
 2. Variasi dalam Pola Kalimat
Mencapai efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang menimbulkan kebosanan, pola kalimat S – P – O dapat diubah menjadi P – S – O atau yang lainnya.[5]

contoh :
  a). anak itu tidak mengerti dengan masalah itu.
      S                           P                       O
     Kalimat ini diubah menjadi :
  b). tidak mengerti anak itu dengan masalah itu.
     P                        S                             O
  2.2.6. Kelogisan
   kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat di
terima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Menurut Nazar (1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.


1. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
 Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(1) Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam penenelitian ini.
(3) Untuk membuat sebuah penelitian harus menguasai metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
5) Dalam rapat pengurus kemarin sudah memutuskan.
(6) Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa kalimat (1) tidak memiliki subjek karena didahului oleh kata depan dalam; kalimat (2) dan (4) tidak memiliki predikat hanya memiliki subjek saja; kalimat (3) tidak memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat (6) tidak memiliki subjek dan predikat karena hanya terdiri atas keterangan yang merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
1.      Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
2.       Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.
3.       Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis dan maknakonotasi teka-teki dalam bahasa Minangkabau.[6]


4.       Untuk membuat sebuah penelitian kita harus menguasai metodologi penelitian.

5.       Bahasa Indonesia berasal dari Melayu.
6.      Dalam rapat pengurus kemarin kita sudah memutuskan program baru.
7.      Kita harus berusaha keras sehingga masalah itu.[7]

 C. syarat-syarat kalimat efektif
    Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
   1.Secara tepat memiliki pikiran pembicara atau penulisannya
     2.Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang   dipikirkan pembaca atau penulisannya.






BAB III
PENUTUP
4.1  Simpulan
Kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesepadanan struktur   2. Keparalelan 
3.Penekanan                      4. Kehematan                   5. kevariasian
 Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
    1.Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
          2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran                                                                pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
   Penyusunan kalimat efektif, meliputi:
      1.Subjek    2.Predikat    3.Objek     4.Pelengkap   5.Keterangan
  4.2.  Saran
  pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

 Arifin,Zainal dkk. 2008.Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung: Pustaka Prima.
          Mustakim. 1994. Membina Kemampuan berbahasa indonesia Panduan ke Arah   Kemahiran Berbahasa. Jakarta:Gramedia pustaka Prima.
Ramlan, M. dkk. 1994. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Yogyakarta: Andi   Offset Yogyakarta.




[1]  E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia ,sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian(Jakarta,2008). Hal.97
[2]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia ,sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (Jakarta,2008). Hal 99
[3]Ibid. Hal.102
[4]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia ,sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (Jakarta,2008). Hal. 103
[5]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia,sebagai mata kuliah pengembangan k
epribadian (Jakarta,2008). Hal. 106

[6] GORYS KERAF. Komposisi berbahasa Indonesia,sebagai pengembangan bacaan.(Jakarta,1970)   Hal.36

[7] Ibid. 37

(Di susun oleh: Irhan Dan Siti fatimah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar