BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal yang menyebabkan
kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain karena dengan
perantaraan kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap
dan jelas. Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud
secara lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebgai kalimat
minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu
struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian
ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna. Intonasi final kalimat
dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda tanya, atu tand seru.
Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukan kalimat bukanlah
semata-semata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan
bentuk.. lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus megandung pokok
pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturnya.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi
yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa
itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si
pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
kadang-kadang harapan itutidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara
atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan.Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Kurang
pahamnya penulisan dan pelafalan kalimat efektif ?
2. mengapa
kalimat efektif harus di pahami ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulis ini adalah
sebagai berikut:
- Memahami penulisan dan pelafalan kalimat efektif
- Memahami kalimat
efektif dengan baik dan benar
- Mengetahui kalimat yang salah dan yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
secara tepat pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran penulis. Di dalam kalimat efektif kejelasan kalimat dapat terjamin.
2.2. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
2.2.1. Kesepadanan struktur
Kesepadanan struktur setiap
kalimat yang baik terdiri atas unsur-unsur kalimat yaitu subjek, predikat,
objek, dan keterangan. Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah hubungan timbal
balik antara subjek dengan prediket, antara predikat dengan objek serta
keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsurndalam kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Jadi kesepadanan itu adalah kemampuan
struktur bahasa dalam mendukung gagasan, ide, yang dikandung dalam kalimat.
1.
Kesepadanan
kalimat memiliki beberapa ciri :
kalimat
itu mempunyai subjek dan prediket. Kejelasan subjek dan prediket itu dilakukan
dengan menghindari pemakaian kata di depan subjek.
Contoh
: Di dalam keputusan itu membicarakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan
umum. ( kalimat ini subjeknya kurang jelas karena di antar oleh kata
depan. Oleh sebab itu perlu dihilangkan menjadi ) Keputusan itu
membicarakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.[1]
2. Menggunakan ide pokok.
Ide pokok ini diletakkan pada bagian depan
kalimat dan kalimat yang mengandung ide pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh : Ia tertangkap ketika sedang
minum- minum pada sebuah warung.
3. Penggabungan
dengan kata dan dan kata yang.
Jika
dua kalimat digabungkan dengan kata dan maka hasilnya kalimat
majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan kata yang, maka akan
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri atas induk
kalimat dan anak kalimat.
Contoh :
- Mutu pendidikan kita
masih rendah.
- Perbaikan mutu pendidikan
adalah tugas utama para dosen.
Penggabungan
yang erfektif untuk kedua kaliamt di atas ialah dengan mempergunakan kata dan
sehingga menjadi kalimat gabungan yaitu :
- Mutu pendidikan kita
masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama para dosen.
4. Penggabungan
kalimat efektif juga dapat mengunakan kata sehingga, agar, atau supaya.
Contoh :
- Semua peraturan telah ditentukan.
- Para mahasiswa
tidak bertindak seenaknya.
Penggabungan :
- Semua peraturan telah
ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak seenaknya.[2]
Untuk
mencapai kalimat efektif kita harus juga menghindari kata – kata asing atau
struktur asing.
Contoh
: Pemakaian kata – kata di mana, hal mana, yang mana.
Kita
ketahui dalam bahasa Indonesia kata di mana, yang mana, dipakai dalam
kalimat Tanya. Kedua kata Tanya ini dipergunakan untuk menanyakan tempat serta
sesuatu.
Contoh :
Dimana
tidak boleh diganggu gugat lagi ( tidak efektif )
Yang mana
sudah menjadi keputusan sidang ( tidak efektif )
Yang
tidak boleh diganggu gugat lagi ( efektif )
Yang
sudah menjadi keputusan sidang ( efektif )
2.2.2. Keparalelan
(Kesejajaran)
kesejajaran ialah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang
dipakai dalam susunan serial. Jika bentuk pertama mempergunakan bentuk nominal
bentuk kedua juga menggunakan bentuk nominal.
Contoh : Harga minyak dibekukan
atau kenaikan secara luwes.
Kalimat ini tidak sejajar,
karena ide pertama kata kerja dan ide kedua kata benda.
Contoh
: Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada
lagi sumber pengacauan yaitu berupa peniruan, yang langsung atau tidak langsung.Kalimat
ini adalah kalimat efektif karena dinyatakan dalam bentuk parallel ( sejajar)
yaitu ide pertama, dan seterusnya dinyatakan dengan kata kerja.[3]
2.2.3. Penekanan
Setiap kalimat memiliki
satu ide pokok. Dalam sebuah kalimat ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat ini
member penekanan pada penonjolan itu.
Ada berbagai penekanan di
dalam kalimat :
1. Meletakkan kata ditonjolkan
itu di depan kalimat
Contoh : Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara dengan kemampuan yang
ada pada dirinya. ( kalimat ini dapat di ubah dengan penekanan dan posisi
kalimat yaitu ; Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Di dalam
penekanan ini juga kalimat-kalimat dapat diubah yaitu kalimat pasif menjadi
aktif atau aktif menjadi pasif. Sedangkan kalimat aktif ialah kalimat normal
yang dianggap lazim dipergunakan daripada kalimat pasif.
Contoh :
- Presiden
mengharapkan dengan adanya pendidikan dan penataran ,pembangunan akan
lancar. ( aktif ) atau Harapan presiden dengan adanya pendidikan
dan penataran pembangunan akan lancar. ( aktif)
Dengan
adanya pemdidikan dan penataran, diharapkan oleh presiden pembangunan akan
lancar. ( pasif )
2.Urutan kata yang logis
Sebuah
kalimat biasanya membicarakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian itu
hendaknya dibuat dengan memperhatikan urutan yang logis.
Contoh:
a. Telekomunikasi cepat – vital dimaksudkan
untuk keamanan, mobilitas, pembangunan, dan persatuan.
b. Tahun 1985, 1986, 1987 kehidupan masih melarat, belum
ada kemajuan.
3. Pengulangan kata
Pengulangan
kata dianggap penting, karena dapat membuat maksud kalimat lebih jelas.
Contoh
: Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai dimensi, tidak
hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi social,
dan dimensi budaya.
2.2.4. Kehematan
Unsur
lain yang penting untuk mencapai kalimat efektif adalah kehematan. Yang
dimaksud dengan kehematan ialah kehematan mempergunakan kata, frase, atau
bentuk lain yang di anggap tidak perlu. Dalam arti tidak mengubah kejelasan
kalimat. Penghematan di sini juga menghindari kata-kata mubazir, sejauh tidak
menyalahi kaidah-kaidah tata bahasa.
1.Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
Mahasiswa
itu segera mengubah rencananya setelah bertemu dengan pemimpin.
Kalimat di atas dapat
diperbaiki menjadi :
Mahasiswa itu segera
mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin.
Penghematan dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian hiponim kata. Dalam bahasa ada kata yang
merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Kata merah adalah
mengandung kelompok warna. Kata merah adalah mengandung kelompok warna
kata juli sudah mengandung makna bulan begitu juga senin sudah
mengandung makna hari[4].
Contoh :
a.
Presiden
Suharto meresmikan Universitas Indonesia hari senin lalu.
b.
Ia
memakai pita warna merah.
c.
Kakek
lahir bulan juli 1949.
Kalimat-kalimat
(a), (b), (c), dapat diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, warna, dan
bulan. Selain kata yang mengandung hiponim, ada lagi kesinoniman kata dalam
satu kalimat.
Contoh :
- Kata naik
bersinonim dengan ke atas.
- Kata tampil
bersinonim dengan kata depan.
- Kata turun
bersinonim dengan ke bawah.
Seperti
contoh-contoh di atas, hindari pemakaiannya dalam kalimat. Kalau sudah memakai
kata tampil, tidak perlu lagi kata ke depan. Begitu juga yang
lain.
- Penghematan
dapat dilakukan dengan menghindari bentuk jamak.
Contoh :
- Para hadirin
sekalian.
- Saling baku
hantam.
Seharusnya :
- Hadirin yang
berbahagia.
- Saling hantam.
Selain itu, dihindari kata
depan daripada yang tidak ada hubungannya di dalam kalimat. Kalau tidak
dipakai kata depan tersebut, kalimat itu menunjukkan kalimat yang efektif.
2.2.5. Kevariasian
Keefektifan dalam penulisan tergambar dalam struktur
kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat pendek, dan ada kalimat yang panjang.
Kalimat yang panjang, dapat membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok,
dan membosankan, sehingga menjadi monoton. Oleh sebab itu perlu dilakukan
variasi kalimat.
Kita
telah mempelajari tentang pengutamaan kalimat pada kegiatan terdahulu, yaitu
dengan meletakkan bagian yang penting pada awal kalimat.
- Dalam variasi
kalimat, kalimat pembuka dapat dimulai atau dibuka dengan frase benda,
frase kerja, dan frase keterangan.
2. Variasi dalam Pola Kalimat
Mencapai
efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang menimbulkan
kebosanan, pola kalimat S – P – O dapat diubah menjadi P – S – O atau yang
lainnya.[5]
contoh :
a). anak itu tidak mengerti dengan masalah
itu.
S P
O
Kalimat ini diubah menjadi
:
b). tidak mengerti anak itu dengan masalah
itu.
P
S
O
2.2.6. Kelogisan
kelogisan
ialah bahwa ide kalimat itu dapat di
terima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
Menurut Nazar (1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat
dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat
dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat
bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat
dengan struktur rancu.
1.
Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti
yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki
unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif
sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu
unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini
tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan,
tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(1) Dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam
penenelitian ini.
(3) Untuk membuat sebuah penelitian
harus menguasai metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia yang berasal dari
Melayu.
5) Dalam rapat pengurus kemarin sudah
memutuskan.
(6) Sehingga masalah itu dapat diatasi
dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa kalimat
(1) tidak memiliki subjek karena didahului oleh kata depan dalam; kalimat (2)
dan (4) tidak memiliki predikat hanya memiliki subjek saja; kalimat (3) tidak
memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat (6) tidak
memiliki subjek dan predikat karena hanya terdiri atas keterangan yang merupakan
anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan. Agar kalimat-kalimat di atas
menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan
menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
1.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif.
2.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif.
3.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
jenis dan maknakonotasi teka-teki dalam bahasa Minangkabau.[6]
4.
Untuk membuat sebuah penelitian kita harus
menguasai metodologi penelitian.
5.
Bahasa Indonesia berasal dari Melayu.
6.
Dalam rapat pengurus kemarin kita sudah
memutuskan program baru.
C. syarat-syarat
kalimat efektif
Syarat-syarat kalimat efektif
adalah sebagai berikut:
1.Secara tepat memiliki pikiran pembicara
atau penulisannya
2.Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara
pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisannya.
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesepadanan
struktur 2. Keparalelan
3.Penekanan
4. Kehematan 5. kevariasian
Syarat-syarat kalimat
efektif adalah sebagai berikut:
1.Secara tepat mewakili pikiran pembicara
atau penulisnya.
2. Mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Penyusunan kalimat efektif, meliputi:
1.Subjek 2.Predikat 3.Objek 4.Pelengkap 5.Keterangan
4.2. Saran
pendidik sebaiknya memahami dengan seksama
dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya
dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat
penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Zainal dkk. 2008.Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu,
J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka
Prima.
Badudu,
J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung: Pustaka Prima.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan
berbahasa indonesia Panduan
ke Arah Kemahiran
Berbahasa.
Jakarta:Gramedia pustaka Prima.
Ramlan,
M. dkk. 1994. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
[1] E. Zainal Arifin, et al,. Cermat
berbahasa indonesia ,sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian(Jakarta,2008).
Hal.97
[2]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia ,sebagai mata
kuliah pengembangan kepribadian (Jakarta,2008). Hal 99
[4]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia ,sebagai mata
kuliah pengembangan kepribadian (Jakarta,2008). Hal. 103
[5]E. Zainal Arifin, et al,. Cermat berbahasa indonesia,sebagai mata
kuliah pengembangan k
epribadian
(Jakarta,2008). Hal. 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar