FI'IL MUDHARI DAN FI'IL AMR
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Bahasa alah syarat utama untuk
berkomunikasi bagi manusia. Tanpa adanya bahasa manusia tidak dapat
mengekspresiakan apa yang mereka hendak bicarakan. Dengan bahasa manusia dapat
dengan leluasa berkomunikasi dan melakukan kegiatannya sehari-hari. Dalam
bahasa Arab banyak ilmu-ilmu yang terdapat didalamnya, yakni isim, harfu, dan
fi’il (madhi, mudhari’, amar). Dalam konteks ini akan di bahas tentang fi’il,
yakni fi’il mudhari’ dan amar.
2.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
ditarik kesimpulan mrumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang disebut dengan fi’il mudhari’?
2.
Apa
yang dimaksud fi’il amar?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Fi’il
Mudhari’
Fi’il mudhari adalah kata yang menunjukan arti dalam dirinya, yang
dikaitkan dengan waktu yang mengandung arti sekarang, atau yang akan datang.
Seperti:[1]
يَجِئُ Dia
akan datang
يَجْتَهِدُ Dia
sedang/akan rajin
يَتَعَلّمُ Dia sedang belajar
Atau pengertian lain, fiil mudhari adalah lafadz yang menunjukan
kejadian (perbuatan) yang berlagsung dan yang akan datang. Alamatnya adalah
sering dimasukan sin, saufa lam, dan lain-lain.[2]
Pada dasarnya fi’il mudhari’ adalah mabni madmum (akhir katanya
selalu dhamah), namun kemabniannya terbatas selagi belum diawali dengan nawasib
(kata yang berpengaruh menashabkan) dan atau jawazum (kata yang berpengaruh
manjazmkan).[3]
Contoh تَعْلَمُ menjadi سَوْفَ
تَعْلَمُatau يَقُوْلُmenjadi سَيَقُوْلُ. Fi’il mudhari’yaitu fi’il yang diawali dengan salah satu huruf
zaidah yang empat, yaitu hamzah (أ), nun (ن), ya (ي), ta (ت). Dan yang selamanya dirafa’kan kecuali dimasukan amil yang
menashabkan atau menjazmkan (maka harus dengan amilnya). Tanda fi’il mudhari’
itu harus dirafa’kan. Maksudnya, fi’il mudhari’ harus selalu dirafa’kan huruf
terakhirnya dan huruf awalnya huruf memakai huruf zaidah seperti yang
dikemukakan diatas. Seperti lafadz ,اَفْعَلُ, تَفْعَلُ, يَفْعَلُ, نَفْعَلُ. kiaskan lafadz fi’il mudahri’ lainnya, kecuali dimasukan
amil yang menashabkan, maka harus dinasabkan seperti لَنْ يَفعَلَ,
اَنْ يَفْعَلَ ,لَيَفْعَلَ ,كَيْ يَفْعَلَ atau
yang dimasukan amil yang dijazm seperti اَنْ يَفْعَلْ ,لَمْ يَفْعَلْ , مَنْ يَفْعَلْ. Perlu diketahui, bahwa fi’il mudhari’itu ada
yang dirafa’kannya secara harfiyah seperti contoh diatas, ada pula secara perkiraan, seperti يَنْهَى ,يَدْعُوْ , يَبْكِى dinashabkan
menjadi لَنْ يَنْهَى ,لَنْ يَدْعُوْ , لَنْ يَبْكِى.
Tapi, kalau dijazmkan, maka harus dibuang huruf ‘illatnya.
2.
Fi’il
Amar
مَادَلَّ عَلَى حَدَثٍ فِى الْمُسْتَقْبَلْ وَعَلَامَتُهُ اَنْ يَقْبَلَ
يَاءَالْمُؤَنَّثَةِالْمُخَاطَبَةِ وَيَدُلُّ عَلَى الْطَّلَبِ نَحُوُااِضْرِبِ فَصَارَاِضْرِبِيْ
اُنْصُرْ فَصَارَاُنْصُرِى.
Fi’il Amar adalah lafadz yang menunjukan kejadian (perbuatan) yang
telah terjadi pada masa lampau dan yang akan datang atau fi’il perintah.
Alamatnya ialah sering ya muannats mukhatabah dan menunjukan makna
thalab (tuntutan) seperti menjadi اِضْرِبْ- اِضْرِبِى ,اُنْصُرْ- اُنْصُرِى dst.
Fi’il amar selamanya dijazmkan (huruf
akhirnya) contoh: نَصَرَ ,عَلِمَ ,ضَرَبَPerlu
diketahui, bahwa fi’il amar selamanya harus dijazm huruf akhirnya bilamana
fi’il madhinya yang dimabni shahih akhirnya, seperti ضَرَبَ ,نَصَرَtetapi apabila
fi’il madhinya terdiri dari fi’il yang bermabni mut’al akhir seperti, رَمَى, نَهَى, دَعَى amarnya
harus dibuang huruf illatnya yaitu seperti رَمَى menjadi اِرْمِ, نَهَى menjadi اِنْهَ, dst.
Kalau fi’il amar itu harus disertai dengan dhamir tasniyah seperti اِرْمِيَا atau dhamir jamak, seperti اِنْهُوْا, اِرْمُوْا atau dhamir muannats
mukhatabah, seperti اِرْمِى,
اِنْهِى, اُدْعِى, maka tanda jazmnya dengan membuang (menghilangkan huruf nun).
Fi’il amar dimabnikan atas sukun atau membuang illat dan nun.
KESIMPULAN
1.
Fi’il
mudhari adalah kata yang menunjukan arti dalam dirinya, yang dikaitkan dengan
waktu yang mengandung arti sekarang, atau yang akan datang.
2.
Fi’il
Amar adalah lafadz yang menunjukan kejadian (perbuatan) yang telah terjadi pada
masa lampau dan yang akan datang atau fi’il perintah.
3.
Fiil
mudhari adalah lafadz yang menunjukan kejadian (perbuatan) yang berlagsung dan
yang akan datang. Alamatnya adalah sering dimasukan sin, saufa lam.
4.
Alamatnya
fi’il amar ialah sering ya muannats mukhatabah dan menunjukan makna
thalab (tuntutan) seperti menjadi اِضْرِبْ- اِضْرِبِى ,اُنْصُرْ- اُنْصُرِى dst.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar,
Moch. K.H dan Abu Bakar. Ilmu Nahwu (Terjemahan Matan Al Jurumiyah
dan Imrity. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 1995.
Al
Ghulayani, Jami’ Al Durus Al Arabiyah. Semarang: Asy Syifa. 1992
Huda, Nurul. Mudah
Belajar Bahasa Arab. Bandung: Rineka Cipta. 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar