Titik akhir
Langit itu tertutup putihnya awan, birunya semakin samar di
lihat bola mata
Begitupun hati, seakan terlalu gelap tuk diketahui dan
ditatap
Manusia hidup dengan kebutaan, tanpa kepastian
Selalu berputar bahkan bisa saja tiba-tiba terhenti
Sejauh manakah kesiapanmu sungguh menemui titik akhir?
Pernahkan terlintas dalam imajinasimu kehidupan seperti apa
yang akan kau hadapi setelah itu?
Pernahkah kau bayangkan bila tubuh yang selalu kau manjakan
pada saat itu terbakar dalam api yang menyala-nyala?
Allahumma inna na’udzubika min ‘adzaabil qabri wa min
‘azdabin-naar………
Keindahan
Keindahan tampak pada sebongkah senyum mempesona
Keindahan tersirat pada pandangan mata
Keindahan terasa bila manusia dapat bernafas lega
Masih banyak lagi keindahan-keindahan yang tak terungkap dan
di ungkap pada kata…..
Namun keindahan hakiki adalah bila manusia selalu bersyukur
tanpa keluh kesah gelisah
Menganggap segala hal yang ada pada dirinya suatu keindahan
tiada tara
Dan anugrah yang tak ternilai harganya.
Selalu ada
Saat hujan mengguyur, jangan takut…aku kan jadi payung yang
melindungi
Saat panas mendera, jangan sedih…aku kan jadi atap yang menaungi
Saat angin bertiup kencang, peganglah tanganku…karena ku kan
menjelma dinding kokoh dan menghalangi
Saat gelap, tetaplah disana…aku kan menjadi pelita yang
menerangi
Dan saat sendiri, usah gundah…aku akan datang menemani
Karena aku selalu ada, dan akan selalu ada tuk dirimu dengan
sepenuh hati…
Rintihan bumi
Dedaunan menghijau
Buah-buahan memerah silau
Ranting-ranting membentang
Akar pohon menjulang
Begitu alami negeri nan makmur
Tanaman tumbuh begitu subur
Curah hujan teratur
Warna biru putih langit tercampur
Namun seiring bergantinya masa
Ozon semakin terkikis tipis
Alam pun meringis menabur asa
Selamatkan tubuhku dari kerusakan dan lara
Berbagai penyakit menjangkit manusia
Kekacauan dan ketidak adilan merajalela
Kapitalisme mencekik, menikam para dhu’afa
Sedangkan para borjuis semakin hidup sentosa
Seakan bumi telah lelah menyaksikan segala peristiwa
Lalu bencana seolah berlomba-lomba melanda
Dan manusia meronta-ronta menghadapinya
Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua duka?
Sudah terlambat menyesali atas eksploitasi besar-besaran
pada dunia
Yang dapat dilakukan sekarang adalah berdo’a dan berusaha
Sambil menunggu kiamat tiba!!
Ada
Hanya ada senyum
Hanya ada tawa
Hanya ada tawa dan senyum
Senyum
dan tawa…
Memenuhi semesta
Mengisi jagad raya
Gelegarnya mengepul ke angkasa
Kemudian kembali ke bumi dengan gembira
Kosong
Akulah pelangi…bersembunyi di balik tabir rahasia
Meniti jalan-jalan kelam tak berwarna
Berharap dapat menapaki dunia seperti energi yang menerangi
semesta
Lalu berlayar
mengarungi samudera
Namun tak ku dapati apapun selain ruang hampa tanpa cahaya
Tak henti..ku telusuri lorong sunyi sesak nan lara
Tetap saja, hanya kekosongan dan kekosongan yang mendera
Wahai merpati surga
Aku menantimu hingga akhir masa
Meski semua utopia
Tiba-tiba aku tersadar dengan mata terbuka
Rupanya realitas membangunkanku dari fatamorgana
Antara…
Namamu redup dan bersinar
Bersinar
dan redup…
Lalu bersinar kembali kemudian redup
What must I do???
Karena setelah redup, ia bisa seketika bersinar….
Dan menyilaukan mataku..!
Puisi
Puisi sebagai ungkapan
Puisi sebagai ekspresi
Puisi sebagai bahasa hati
Puisi sebagai penerjemah perjalanan diri
Dengannya seseorang berbicara dan bercengkrama
Menyelami dasar laut terdalam
Berkelana dari satu sudut ke sudut lain
Menyusuri setiap jalan dan gang sepi
Ia mengandung makna yang dapat mewakili seribu bahasa jiwa
Di episode ria dan duka
Rangkaiannya mampu meluluh lantakkan jiwa
Atau mengobati sayap-sayap patah dari seorang yang terluka
Dua dunia
Kau hidup dalam dua dunia
Dunia nyata dan dunia maya
Dalam anganku kau berlari kesana kemari tanpa ku mampu
mengejarnya
Selalu tersenyum meski hati ini lara
Ku tak ingin bayangmu datang dan datang menambah luka
Meyayat seluruh anggota jiwa
Ku ingin menghapusmu dari hari
Membiarkanmu pergi tanpa memanggil kembali
Karena kenyataannya kaupun tak pernah peduli
Dan kini aku masih disini
Sendiri mengobati hati….
sYib – sYib
Engkau begitu setia
Mengiringi disetiap derap langkah
Tak pernah berkeluh kesah
Bila kau tak ada
Ku merasa hampa
Ada yang hilang…dan ku merana..
Terima kasih telah menemaniku
Bila ku tiada kau menunggu
Menanti tanpa bosan dan ragu
Aduhai sandal jepitku
Kau pujaan kalbu..
Kelu
Tak ada yang dapat ku tulis
Tak ada yang dapat ku lukis
Tulisan itu ada dan tiada
Lukisan ini maya dan nyata
Tutur bahasa tanpa suara
Suara tanpa bahasa
Melihat suara
Mendengar mata
Keadaan selalu berubah
Membolak balik masa
Membentur-benturkan asa dan logika
Mengguncang angkasa
Dimanakah aku berada?
Di angkasa atau dunia?
Surga atau neraka?
Nuraniku mencari..
Dan yang ku rasa..kini ku tersungkur di neraka dalam surga
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar