Rabu, 24 Oktober 2012

AFIKSASI GEMINASI PADA VERBA BAHASA ARAB


Oleh: Nita Zakiyah, M.A
 
     I.        Latar Belakang
Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, bentuk dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, sedangkan afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada dasar atau akar dalam proses pembentukan kata (Chaer, 2003:177). 
Bahasa Arab –selanjutnya disingkat BA- dalam proses pembentukan katanya banyak ditemukan afiksasi, yang berupa prefiks, infiks, dan sufiks dan konfiks. Dalam BA prefiks dapat diistilahkan dengan حرف الزيادة /harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda (Nasif, 1994:8). Proses afiksasi dalam bahasa Arab dapat dibentuk dari bentuk akar verba dengan penambahan prefiks/awalan (as-sābiq) seperti pada kata af’ala [a-], infiks/sisipan (az-ziyādah) seperti kata fa’’ala[-‘ain-], dan konfiks/awalan dan akhiran (as-sābiq wa al-lāhiq) seperti pada kata if’alla [/i-/ dan /-lām/].
Pembentukan kata pada verba dapat terbentuk dari stem sekunder triliteral (s|ulās|ī mazīd) dan stem sekunder quadriliteral (rubāī mazīd). stem sekunder triliteral (s|ulās|ī mazīd) adalah verba yang berstem (berwazan) tiga konsonan f - ‘a - l (ف - ع - ل), sedangkan stem sekunder quadriliteral (rubāī mazīd) adalah verba yang berstem empat konsonan. Kajian ini dibatasi pada analisis stem sekunder triliteral, dengan demikian dalam kajian ini berusaha mengungkap afiksasi pada verba s|ulās|ī mazīd pada beberapa akar kata berimbuhan yang bersifat infleksional (karena tidak merubah kelas kata), yaitu fa’aala (فعّل), fā’ala (فاعل), af’ala (أفعل), tafā’ala (تفاعل), tafa’aala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), if’alla (افعلّ), istaf’ala (استفعل), if’au’ala (افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
Adapun yang akan menjadi perhatian penelitian ini adalah afiksasi verba BA yang berupa geminasi beserta fungsinya dalam kalimat. Hal ini dipilih karena seringkali pembelajar BA mengalami kesulitan dalam memahami afiksasi verba beserta fungsinya khususnya pada geminasi, karena afiksasi yang berupa geminasi tidak ditemukan pada sistem morfologi bahasa Indonesia. Berangkat dari problematika memahami salah satu proses morfologis dalam BA, yaitu pembentukan kata dengan afiksasi yang berupa geminasi, maka akan dikaji makna dan fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada verba BA.
Mengenai tinjauan pustaka kajian ini, afiksasi verba pernah dibahas oleh Asy’ari (1992) dalam penelitiannya yang berjudul Muatan Kata kerja Arab, penelitian tersebut mengungkap secara rinci stem (wazan) kata kerja Arab namun tidak membahas fungsi dan makna dari perubahan-perubahan stem tersebut.
   II.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dirumuskanlah masalah-masalah sebagai berikut:
a)      Bagaimana bentuk afiksasi yang berupa geminasi pada verba BA (khususnya yang berwazan s|ulāsī mazīd / stem sekunder triliteral)?
b)      Apa fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada setiap wazan dalam kalimat?
 III.        Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a.       Mendekripsikan afiksasi yang berupa geminasi pada kata kerja BA.
b.      Mengetahui fungsi dari afiksasi yang berupa geminasi setiap wazan berimbuhan dalam kalimat
Adapun Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat memberi kontribusi dalam memahami komponen pembentuk kata kerja dalam bahasa Arab yang berupa afiks, sehingga dapat menjadi sumber acuan bagi pembelajar bahasa Arab yang ingin lebih memperdalam bidang morfologi bahasa Arab khususnya pada kajian kata kerja. 


IV.        Landasan teori
v  Afiksasi
Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Pada proses afiksasi, afiks menjadi dasar dalam pembentukan kata. Afiks merupakan bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru (Putrayasa, 2008:5). Afiksasi atau pengimbuhan merupakan proses morfologis dengan menggabungkan akar atau pokok dengan afiks (Samsuri, 1982:190).
Afiks pula merupakan morfem terikat yang tidak dapat berdiri sendiri kecuali jika dilekatkan pada morfem bebas seperti morfem akar, stem, atau dasar. (Kridalaksana, 2008:3) (Katamba, 1994: 44). Verba dalam bahasa Arab merupakan morfem akar, morfem akar adalah morfem inti dari kata dan tidak dapat direduksi, dan tidak ada tambahan sama sekali pada kata tersebut (1994:41).
Matthews (1974:41) menyimpulkan bahwa morfologi terdiri atas dua subbidang, yakni: (1) morfologi infleksi dan (2) morfologi leksikal (morfologi derivasional). Bauer (1988:73) juga menyatakan bahwa morfologi secara tradisional dibagi atas dua cabang yakni derivasi dan infleksi; dasar pembedanya adalah derivasi menghasilkan leksem baru dan infleksi menghasilkan bentuk kata (kata gramatikal) dari leksem. Pembagian dua ranah morfologi oleh Matthews (1974) dan Bauer (1988) tersebut juga dilakukan oleh Widdowson (1997). Menurut Widdowson (1997: 46-47) morfologi berkonsentrasi pada dua fenomena yang berbeda yakni derivasi dan infleksi. Pembentukan kata dengan afiks verba yang akan dibahas kemudian afiksasi infleksional, yang terjadi pada verba akar yang menunjukkan masa lampau (fi’il mād}i).
v  Geminasi
Menurut Campbell (1998:41) Gemination is the doubling of consonant (geminasi adalah penggandaan konsonan), afiksasi dengan penggandaan konsonan pada bahasa Arab misalnya:  فَرَحَfarah}a “bahagia” فَرَّحَ  farrah}a “membahagiakan”. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:177), geminasi adalah deretan fonem atau bunyi yang sama.

  V.        Metode Penelitian
Sudaryanto dalam bukunya Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (1993) menyebutkan bahwa kurun pemecahan masalah dalam sebuah penelitian bahasa setidaknya meliputi tiga tahapan yaitu: tahap penyedian data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap itu mempunyai metodenya masing-masing. 
a)      Tahap Penyediaan Data
Langkah penelitiaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyediakan data. Data dimaksud pada dasarnya adalah bahan jadi penelitian. Dikatakan sebagai bahan jadi penelitian karena dengan bahan jadi penelitian itulah metode dan teknik-teknik analisis data dapat diterapkan. Yang menjadi bahan penelitian adalah buku morfologi Arab Al-Ams|ilah at-tas}rīfiyyah karya syeikh Muhammad Ma’shum bin Ali. Setelah bahan jadi tersedia, dilakukan pencatatan atas bahan jadi pada kartu data. Pencatatan ini dengan menggunakan transkripsi ortografis. Kemudian peneliti melakukan pengklasifikasian data sesuai dengan masalah yang menjadi pokok penelitian.
b)      Tahap Analisis Data
Setelah tahap penyedian data selanjutnya dilakukan tahap analisis data sebagai langkah kedua. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode agih. Metode agih merupakan suatu metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang  bersangkutan itu sendiri, yaitu bahasa Arab dalam penelitian ini (Sudaryanto, 1993: 15).
Teknik pada metode agih yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (selanjutnya disebut BUL) sebagai teknik dasarnya, dengan teknik lanjutan berupa teknik ganti, parafrase, dan baca markah. Teknik BUL dianggap sebagai teknik dasar karena cara yang digunakan pada awal analisis adalah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto,1993: 31). Teknik ini bertujuan untuk memperjelas fungsi masing-masing unsur dalam kalimat.
c)      Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam tahap ini peneliti menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam wujud laporan tertulis mengenai sesuatu yang telah peneliti hasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah. Analisis akan disajikan dalam bentuk laporan informal, yaitu laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).
VI.        Pembahasan
Afiksasi verba dalam BA meliputi verba berimbuhan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf pada kata akar verbaفَعَلَ  fa’ala. Dengan demikian afiksasi dalam verba akar diklasifikasikan menjadi tiga:
ü Verba akar dengan imbuhan satu huruf, meliputi: fa’’ala (فعّل), fā’ala (فاعل), dan af’ala (أفعل).
ü Verba akar dengan imbuhan dua huruf, meliputi: tafā’ala (تفاعل), tafa’’ala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), dan if’alla (افعلّ).
ü Verba akar dengan tiga huruf imbuhan, meliputi: istaf’ala (استفعل), if’au’ala (افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
Pada pembahasan ini akan dibatasi pada afiksasi yang berupa geminasi. Geminasi pada bahasa arab ditandai dengan tasydid ( ّ ) yaitu pada 5 stem verba berikut (1)fa’’ala (فعّل), (2)tafa’’ala (تفعّل), (3) if’alla (افعلّ), (4) if’ālla (افعالّ), dan (5) if’awwala (افعوّل).
1.    Fa’’ala (فعّل )
Kata  فعّل fa’’ala merupakan kata akar yang berinfiks, mendapat imbuhan ditengah kata yang berupa geminasi konsonan ‘ain (ع). sebagaimana ditemukan pada kata:
فَرَّحَ          farraha             “membuat senang”
 يَسَّرَ         yassara             “memudahkan/mempermudah”
نَوَّرَ          nawwara          “menyinari”
Geminasi yang ditambahkan ditengah akar kata berfungsi sebagai:
1)      Untuk mentransitifkan (ta’diyah), seperti  pada kalimat berikut:
Ø  فَرَّحَ سُلَيْمَان سَلْوَى
farrah}a sulaiman salwa
“sulaiman membahagiakan salwa”.
Kataفَرَّحَ  farrah}a “membahagiakan”, merupakan kata kerja transitif yang mendapat imbuhan berupa geminasi konsonan rā' (ر) pada mulanya merupakan kata kerja intransitif  فَرَحَ farah}a “bahagia” seperti: فَرَحَ سُلَيْمَان Farah}a sulaiman “Sulaiman merasa bahagia”
2)      Menunjukkan pekerjaan yang berulang-ulang (dalālah ‘alā taks}īr), seperti pada kalimat:
Ø  قَطَّعَ نِيْتَا القِرْطَاسَ
qat}t}a’a Nita al-qirt}āsa
“Nita memotong-motong kertas”
Kata قَطَعَ  qat}a’a “memotong” jika mendapat infiks geminasi t} (ط)  قَطَّعَ qat}t}a’a maka maknanya menjadi “memotong-motong”, sebagaimana contoh di atas.
Ø  غَلَّقَ مُحَمَّدٌ الأَبْوَابَ
ghallaqa Muhammadun al-abwāba
“Muhammad menutup pintu-pintu itu”
Kata غَلَقَ  ghalaqa “menutup”, mendapat infiks yang berupa geminasi konsonan lām (ل) غَلَّقَ ghallaqa maka maknanya menjadi “menutup-nutup”, seperti contoh di atas.
3)      Menisbatkan objek kalimat pada verba, seperti pada kalimat:
Ø  كَفَّرَ زَيْدٌ عَمْرًا
kaffara Zaidun amran
“Zaid mengkafirkan Amar / Zaid menganggap Amar kafir”
Geminasi kata كَفَّرَ kaffara “mengkafirkan” terdapat pada konsonan fā' (ف), كَفَّرَ kaffara berasal dari nomina verbal (verbal noun/mas}dar)   كُفْرٌkufrun “kekafiran”.
4)      Membentuk verba dari objek kalimat, contoh:
Ø  قَشَّرَ زَيْدٌ الرُّمَانَ
qassyara Zaidun ar-rummān
“Zaid mengupas buah delima”
Asal dari kalimat di atas adalahنَزَعَ زَيْدٌ قَشْرَهُ  naza’a Zaidun qasyrahu “Zaid mencabuti kulitnya”, kata  قَشْرٌqasyrun “kulit” yang menjadi objek dari  نَزَعَnaza’a “mencabut” diderivasi menjadi verba, hingga menjadiقَشَّرَ   qassyara “mengupas”.
5)      Geminasi juga berfungsi sebagai denominal. Denominal adalah kata yang berasal atau dibentuk dari nomina (Kridalaksana, 2008:46), seperti:
Ø  خَيَّمَ القَوْمُ
khayyama al-qauma
“kaum itu sudah mendirikan tenda”
Geminasi pada verba خَيَّمَ  khayyama “mendirikan tenda” terletak pada penggandaan semi vokal yā (ي). Verba خَيَّمَ  khayyama  merupakan denominal dari nomina  خِيَمٌkhiyamun “tenda”.
2.    Tafa’’ala ( تفعّل)
Adapun imbuhan pada verba tafa’aala merupakan prefiks [ta-] dan infiks yang berupa geminasi (tad}’if ).
 تَكَرَّرَ   takarrara          “berulang kembali”
 تَيَسَّرَ   tayassara          “menjadi mudah”
 تَنَوَّرَ   tanawwara       “menjadi bersinar”
 تَوَعَّدَ   tawa’aada        “mengancam”
Fungsi dari geminasi pada verba ini adalah:
1)      Menunjukkan korelasi (muthāwa’ah) dengan stemفَعَّلَ  fa’aala, yaitu berupa hubungan sebab akibat (kausalitas). Contoh:
Ø  كَسَّرْتُ الزُّجَاجَ فَتَكَسَّرَ
kassartu az-zujāja fatakassara
“saya memecahkan kaca, maka kaca itu menjadi terpecah-pecah”.
Pada kalimat di atas, ditemukan dua verba berimbuhan berupa geminasi yaitu pada kata  كَسَّرْتُkassartu “saya memecahkan” yang berstem  فَعَّلَfa’’ala, dan maknanya menjadi sebab untuk verba kedua  تَكَسَّرَtakassara “menjadi terpecah-pecah” yang berstem تَفَعَّلَ tafa’’ala berprefiks tā' (ت) sebagai akibat, dengan kata lain kalimat ini bermakna “karena saya memecahkan kaca (sebab) maka kaca itu menjadi pecah (akibat)”.
2)      Menunjukkan makna kesungguhan subjek dalam melakukan sesuatu (takalluf). Contoh:
Ø  تَشَجَّعَ زَيْدٌ
tasyajja’a Zaidun
“Zaid memberanikan diri”
Pada fungsi ini maksudnya adalah verba berprefiks tā' (ت) dan bergeminasi konsonan jim (ج) pada stem تَشَجَّعَ tasyajja’a “memberanikan diri” menunjukkan makna kesungguhan Zaid sebagai subjek pelaku dalam berusaha agar berani dalam melakukan sesuatu, تَشَجَّعَ tasyajja’a “memberanikan diri” berasal dari akar verba  شَجُعَsyaju’a “berani”.
Ø  تَصَبَّرْتُ
Tas}abbartu
“saya telah bersabar”
Verba berprefiks tā' (ت) dan bergeminasi konsonan bā' (ب) pada kalimat di atas menunjukkan makna bahwa subjek pelaku telah berusaha untuk bersabar. Stem تَصَبَّرَ tas}abbara “berusaha bersabar” berasal dari akar verbaصَبَرَ   s}abara “bersabar”.
3)      Membentuk verba dari objek kalimat. Contohnya:
Ø  تَبَنَّيْتُ يُوْسُفَ
tabannaitu yūsufa
“saya menjadikan yusuf sebagai anak angkat”
Kalimat di atas pada awalnya tersusun seperti kalimat di bawah ini:
 إِتَّخَذْتُ يُوْسُفَ إِبْناً
ittakhażtu yūsufa ibnan
Pada kalimat di atas, objek yang berupa nomina إِبْنٌ  ibnun “anak” didenominal menjadi verbaتَبَنَّى  tabannā yang berprefiks tā' (ت) dan berimbuhan berupa geminasi konsonan nūn (ن) yang bermakna إِتَّخَذَ إِبْنٌ ittakhaża ibnun  “mengangkat anak”.
4)      Menunjukkan makna menjauhi perbuatan. Contoh:
Ø  تَذَمَّمَ حُسَيْنُ
tażammama Husainu
“Husain menjauhi perbuatan tercela”
Stemتَذَمَّمَ  tażammama “menjauhi perbuatan tercela” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan mīm (م). Stemتَذَمَّمَ  tażammama berasal dari verba akarذَمَّ  z|amma “mencela”.
5)      Menunjukkan makna menjadi. Contoh:
Ø  تَأَيَمَتْ المَرْأَةُ
taa’yyamat al-mar’ah
“perempuan itu menjadi janda”
Stem تَأَيَم ta’ayyama “menjanda/menjadi janda” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal yā (ي) yang berfungsi menunjukkan makna menjadi, sebagaimana contoh di atas maknanya menunjukkan perempuan yang menjadi janda. Stem تَأَيَم ta’ayyama merupakan denominal dari nomina  إِيَمٌ iyamun “janda”.
Ø  تَمَوَّلَ زَيْدٌ
tamawwala Zaidun
“Zaid menjadi berharta”
Stem verba تَمَوَّلَ tamawwala “menjadi berharta” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna menjadi, sebagaimana contoh di atas, maknanya menunjukkan bahwa Zaid menjadi berharta/kaya. Stem verba تَمَوَّلَ tamawwala merupakan denominal dari nomina  مَالٌmālun “harta”.
6)      Menunjukkan makna perbuatan yang dilakukan secara bertahap. Contoh:
Ø  تَجَرَّأَتْ الأُمُّ
tajarra’at ummu
“ibu minum seteguk-seteguk”
Stem verbaتَجَرَّأَ  tajarra’a “minum seteguk-seteguk” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan rā' (ر) yang berfungsi menunjukkan makna perbuatan yang dilakukan secara bertahap, sebagaimana contoh di atas تَجَرَّأَ  tajarra’a “minum seteguk-seteguk”, maknanya minum yang dilakukan secara bertahap seteguk demi seteguk. Stem verbaتَجَرَّأَ  tajarra’a “minum seteguk-seteguk” berasal dari verba akar  جَرَأَjara’a  “meneguk”.
7)      Menunjukkan makna menuntut sesuatu. Contoh:
Ø  تَعَجَّلَ الشَّيْءَ
ta’ajjala asy-syai’a
“dia berusaha mempercepat sesuatu”
Stem verba تَعَجَّلَ ta’ajjala “mempercepat” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan jim (ج) yang berfungsi menunjukkan makna menuntut sesuatu, yaitu menuntut agar menjadi cepat. Stem verba تَعَجَّلَ ta’ajjala “mempercepat” berasal dari verba akar  عَجِلَajila “terburu-buru/bersegera”.
Ø  تَبَيَّنَهُ
tabayyanahu
“dia berusaha mendapatkan keterangan tentang sesuatu”;
Stem verba تَبَيَّنَ tabayyana “berusaha mendapatkan keterangan” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal yā (ي) yang berfungsi menunjukkan makna menuntut sesuatu, seperti pada contoh di atas yaitu menuntut agar mendapat keterangan. Stem verba تَبَيَّنَ tabayyana “berusaha mendapatkan keterangan” berasal dari verba akar  بَانَbāna “tampak, jelas, terang”.
3.    if’alla (افعلّ )
Wazan if’alla merupakan verba berkonfiks, dengan prefiks hamzah washl dan suffiks yang berupa geminasi konsonan. Verba yang mengikuti wazan ini, khusus untuk verba yang bermakna untuk warna-warna atau aib (cacat). Contoh:
 إِحْمَرَّ   Ihmarra            “memerah/menjadi merah”
 إِسْوَدَّ   Iswadda           “menghitam/menjadi hitam”
إِحْضَرَّ  Ikhd}arra           “menghijau”
 إِعْوَرَّ   I’warra             “buta sebelah”
Fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada verba افعلّ if’alla adalah sebagai berikut:
1)      Menunjukkan makna bahwa subjek (fā’il) masuk pada satu sifat. Contoh:
Ø  إِحْمَرَّ الوّجْهُ
ihmarra al-wajhu  “wajah itu memerah”
Stem verba إِحْمَرَّ ihmarra “memerah” merupakan verba berprefiks hamzah washl dan suffiks berupa geminasi konsonan rā' (ر) yang berfungsi menunjukkan makna bahwa subjek (fā’il) masuk pada satu sifat, seperti pada contoh di atas yaitu subjek wajah masuk pada sifat merah (memerah/menjadi merah). Begitupula pada contoh di bawah ini:
Ø  إِحْمَرَّ البُشْرُ
ihmarra al-busyru
“buah kurma itu telah memerah”.
2)      Berfungsi untuk melebih-lebihkan. Contoh:
Ø  إِسْوَدَّ اللَّيْلُ
iswadda al-lailu
“malam menjadi sangat hitam”
Stem verba إِسْوَدّ iswadda “menjadi sangat hitam” merupakan verba berprefiks hamzah washl dan suffiks berupa geminasi konsonan dal (د) yang berfungsi menunjukkan makna melebih-lebihkan, seperti pada contoh di atas yaitu makna melebih-lebihkan suasana malam “menjadi sangat hitam”.
4.    if’ālla (افعالّ )
Stem اِفْعَالَّ If’ālla merupakan verba berimbuhan dengan tiga huruf dan merupakan konfiks, dengan prefiks hamzah washl, suffiks berupa geminasi konsonan akhir lām (ل), dan infiks alif  (ا) setelah konsonan fā' (ف) Seperti pada:
 إِحْمَارَّ         Ih}mārra            “sangat merah”
 إِسْفَارَّ         Is}fārra              “sangat kuning”
 إِبْيَاضَّ        Ibyād}d}a           “sangat putih”
Afiksasi ini berfungsi untuk menunjukkan sifat yang berlebih-lebihan pada sesuatu. Contoh:
Ø  إِصْفَارَّ المَوْزُ
 is}fārra al-mauzu
“pisang itu sangat kuning”
Stem verba إِصْفاَرَّ is}fārra “sangat kuning” merupakan verba berprefiks hamzah washl, bersufiks berupa geminasi konsonan akhir rā' (ر), dan berinfiks alif (ا) yang berfungsi menunjukkan makna melebih-lebihkan, seperti pada contoh di atas yaitu menunjukkan makna melebih-lebihkan menunjukkan makna ‘yang sangat’ yaitu pisang ditunjukkan memiliki warna yang amat kuning.
5.    if’awwala (افعوّل )
Verba berwazan  افعوّلif’awwala merupakan verba berimbuhan prefiks hamzah was}l, dan infiks geminasi waw setelah konsonan ‘ain. Seperti:
 إِعْلَوَّطَ    I’lawwat}a        “bergantung pada”
            إِجْلَوَّذَ     Ijlawwaz|a        “berjalan sangat cepat”
 إِخْرَوَّطَ  Ikhrawwat}a     “sangat bulat”
Afiksasi ini berfungsi untuk menunjukkan makna melebih-lebihkan sesuatu (lil-mubālaghah). Contoh:
Ø  إِخْرَوَّطَ شُّعَاءُ الشَّمْشِ
ikhrawwat}a syu’ā’u as-syamsi
“sinar matahari itu sangat bulat”
Stem verba إِخْرَوَّطَ ikhrawwat}a “sangat bulat” merupakan verba berprefiks hamzah was}l dan berinfiks geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna melebih-lebihkan atau menunjukkan makna ‘sangat’, seperti pada contoh di atas yaitu menunjukkan makna sinar matahari yang berbentuk sangat bulat.
Ø  إِجْلَوَّذَ الإِبِلُ
ijlawwaz|a al-ibilu
“unta itu berjalan sangat cepat”
Stem verba إِجْلَوَّذَ ijlawwaz|a “sangat cepat” merupakan verba berprefiks hamzah was}l dan berinfiks geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna melebih-lebihkan atau menunjukkan makna ‘sangat’, seperti pada contoh di atas yaitu menunjukkan makna unta yang berjalan dengan sangat cepat.
VII.        Kesimpulan Dan Penutup
Dari uraian diatas dapat diketahui afiksasi verba s}ulās}i beserta makna serta fungsinya dalam kalimat. Yaitu 1) Verba akar dengan imbuhan satu huruf, meliputi: fa’aala (فعّل), fā’ala (فاعل), dan af’ala (أفعل), 2) Verba akar dengan imbuhan dua huruf, meliputi: tafā’ala (تفاعل), tafa’aala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), dan if’alla (افعلّ), 3) Verba akar dengan tiga huruf imbuhan, meliputi: istaf’ala (استفعل), if’au’ala (افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
 Sedangkan afiksasi yang didalamnya terdapat geminasi ada pada 5 stem berikut (1) fa’’ala (فعّل), (2)tafa’’ala (تفعّل), (3) if’alla (افعلّ), dan (4) if’awwala (افعوّل). Geminasi adalah deretan fonem atau bunyi yang sama, geminasi pada bahasa Arab ditandai dengan tasydid ( ّ ) dan memiliki berbagai fungsi sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Daftar Pustaka
Anas, A. Idhoh. 2007. Ilmu Shorof Lengkap (Morphologie Bahasa Arab). Pekalongan: Al-Asri.
Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor. 1999. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Campbell, Lyle. 1998. Historical Linguistics An Introduction. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Hamzah, Muhammad. 2009. Tas}rif Binā’ Al-Af’āl (Mawāzīn Wa Amilah). Cairo: dār al-fajri al-islamī.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Katamba, Francis. 1993. Morphology. Great Britanian: Macmillan.
Matthews, P.H. 1974. Morphology: An Introduction to The Theory of Word - Structure. Cambridge: Cambridge University Press.
Ma’shum, Muhammad. 1992. Ams|ilatu at-tarifiyah. Semarang: Pustaka Alawiyah.
Munawwir, A.W. 2002. Kamus Al-Munawwir Arab–Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progressif.
Nasiff, Hafnā Bek. 1994. Qawā’id al-lughat al-‘Arabiyyah. Beirut : Maktabah Nahdah.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama
Sudaryanto. 1993. Metode Dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.
Widdowson, H.G. 1997. Linguistics. New York: Oxford University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar