Rabu, 24 Oktober 2012

GANGGUAN KELANCARAN BERBICARA “GAGAP” PADA ANAK


Oleh: Nita Zakiyah, M.A


Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan bekerjasama (Kridalaksana: 2005:4). Bahasa dipelajari oleh tiap manusia secara berproses, yaitu sejak bayi antara usia 6-8 minggu anak mulai mendekut (cooing), merupakan bunyi-bunyi yang belum bisa diidentifikasi karena hanya menyerupai bunyi vokal dan konsonan; kemudian sekitar umur 6 bulan anak mulai mampu berceloteh (babbling) dengan menuturkan bunyi yang berupa suku kata; lalu pada umur sekitar 1 tahun anak mulai mampu menuturkan bunyi yang sudah bisa diidentifikasi sebagai kata meskipun belum lengkap, misalnya untuk kata ikan hanya akan dilafalkan dengan kan; perkembangan selanjutnya, anak akan mulai berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), menjelang umur dua tahun barulah anak mulai mampu berujar dengan ujaran dua kata (two word utterance); hingga pada sekitar umur 4-5 tahun anak akan mampu berkomunikasi dengan lancar. Kemampuan berujar anak dengan patokan-patokan di atas bersifat relatif karena perbedaan faktor biologi pada setiap manusia, namun urutan pemerolehan bahasa pada anak itu sama: dari dekutan (cooing), ke celotehan (babbling), ke ujaran satu kata (one word utterance), kemudian ke ujaran dua kata (two word utterance), dan seterusnya (Dardjowidjojo, 2008:197-199 & Steinberg dkk, 2001: 3-9).
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa Bahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang berasal dari anak dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan. Faktor intrinsik adalah kondisi pembawaan anak sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik menjelma berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.
Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara yang biasa disebut dengan gagap; afasia, yaitu kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata-kata, biasanya akibat gangguan pembuluh darah otak (stroke) dan juga luka-luka kepala karena kecelakaan(Cahyono, 1994: 263-264); serta keterlambatan dalam berbicara atau berbahasa.
Makalah ini akan membahas dan mendeskripsikan salah satu gangguan kelancaran berbicara atau gagap yang terjadi pada anak dari penyebab terjadinya, karakteristik atau gejala, serta penanganan pada anak yang mengalaminya. Secara garis besar, Gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya adalah Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring.
            Gangguan kelancaran berbicara menarik untuk dikaji karena gangguan kelancaran berbicara dapat menghambat anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak yang dapat berakibat fatal dan membuat anak terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya. Dengan diketahuinya salah satu gangguan berbicara tersebut, diharapkan orang tua atau kerabat terdekat anak dapat mendeteksi sejak dini salah satu gangguan kelancaran berbicara hingga dapat pula di atasi sedini mungkin.
    II.           


Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262). Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlaku, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi.
Menurut Tri Gunardi, S.Psi., gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi kefasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagian pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti mmmmakan), atau menahan bunyi tunggal ditengah kata (misal begggggini). Sebagian orang yang gagap malah lebih parah, tidak ada satu suara pun yang keluar, tertahan semua di kerongkongan. 

 
Kemampuan berkomunikasi seorang anak dianggap terlambat apabila kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan anak-anak seusianya. Salah satu gangguan berbicara adalah gagap. Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Sebelum mengetahui gejala gagap lebih lanjut, perlu diketahui bahwa terdapat tiga tipe gagap berdasarkan berat atau ringannya gangguan, yaitu :
v  Gagap Perkembangan
Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan remaja yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada periode usia 2-4 tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi, karena hanya sebagai bagian dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini biasanya muncul disebabkan karena kontrol emosi penderita yang masih relatif rendah, serta antusiasme anak untuk mengemukakan ide-idenya belum disertai dengan kematangan alat bicaranya. Sementara pada anak remaja biasanya disebabkan karena rasa kurang percaya diri dan kecemasan akibat perubahan fisik, mental dan sosial yang sedang dialaminya. Jadi, gagap pada fase perkembangan merupakan gagap yang masih dalam tahap biasa dan wajar-wajar saja.
v  Gagap Sementara/Gagap Ringan
Anak-anak usia 6-8 tahun sering mengalami gagap sementara, hal ini biasanya hanya berlangsung sebentar. Umumnya disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya anak mulai memasuki lingkungan baru yang lebih luas, seperti lingkungan sekolah dan pergaulan, sehingga anak memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri baik secara mental maupun sosial.
v  Gagap Menetap
Gagap ini dapat terjadi pada anak usia 3-8 tahun. Biasanya lebih banyak disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus berlangsung, sebagian kata yang akan dituturkan oleh penderita gagap akan terasa lenyap, meskipun penutur mengetahui akan kata-kata yang ingin dituturkannya, namun ia tidak mampu untuk menghasilkan kata-kata tersebut dengan sempurna. Anak yang menderita gagap menetap, alternatif penanganannya adalah dengan melakukan terapi wicara (speech therapy).
Gejala Dan Karakteristik Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)
Gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran. 
Gagap atau tidaknya seorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech (bicara benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas di usia 4 - 5 tahun, karena pada usia ini seharusnya perkembangan bahasa anak sudah baik, pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat, bahasa ekspresif, kelancaran bicaranya juga sudah bagus, serta sosialisasi anak pun sudah lebih luas.
Kondisi gagap pada anak bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada gagap yang berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata dengan huruf awal b, d, s, dan t, juga sering kali diikuti oleh gerakan berulang pada bagian tubuh yang tak bisa dia kendalikan. Namanya tics, yang terjadi pada wajah atau gerak-gerak kecil pada bagian punggung yang berulang dan tak terkendali. Gerakan ini merupakan representasi perjuangan dari dalam dirinya (internal) yang berat untuk dapat berbicara lancar. Napasnya pun relatif lebih cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada situasi-siatuasi tertentu seperti harus berbicara di hadapan orang-orang yang dianggapnya memiliki kelebihan daripada dirinya. 
Sementara pada gagap yang ringan, anak dalam keadaan tertentu dapat bicara normal dan lancar saat sedang sendiri, berbisik, menyanyi, dan di antara orang-orang yang dia anggap lebih rendah posisi atau usianya dibanding dirinya. Namun, gagap akan dialami jika ia merasa malu, rendah diri atau terlampau menyadari kondisi dirinya.
Gagap tidak akan berlanjut sampai dewasa bila anak diterapi dengan baik dan segera. Selain itu juga dibutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. Namun jika penyebabnya adalah herediter (keturunan), ada kemungkinan agak sulit untuk disembuhkan. Begitu juga, meski jika tingkat keparahannya ringan namun tidak ditangani dengan baik. Langkah yang dapat dilakukan adalah hendaknya anak Segera dikonsultasikan pada ahlinya, yaitu untuk masalah kecemasannya bisa dikonsultasikan ke psikolog, sedangkan masalah wicaranya ke terapis wicara, dan masalah performance/kinerjanya ke terapis okupasi.
Menurut Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department of Speech and Hearing Science, Universitas Illinois, Amerika Serikat, tanda-tanda anak yang mengalami gagap adalah sebagai berikut :
a.       Anak terlihat mengulang-ulang bunyi lebih dari dua kali, seperti i-i-i-ini.
b.      Anak tampak tegang dan berjuang untuk bicara, hal ini dapat dilihat dari otot-otot wajah anak, terutama di sekitar mulut.
c.       Nada suara yang tidak stabil, mungkin naik seiring pengulangan.
d.      Terkadang pula suara anak terdengar seperti tercekat, udara atau suara tertahan selama beberapa detik.
e.       Jika telah diamati dan ternyata anak mengalami kegagapan dalam 10% lebih pada pembicaraannya, maka kegagapan yang dialaminya dianggap cukup parah.


Penyebab Gangguan Kelancaran Berbicara (Gagap)
Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis. Faktor fisik kemungkinan berasal dari keturunan yang menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik, seperti gangguan pada syaraf bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah. Sedangkan faktor psikologis yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang terhadap lingkungannya, di antaranya adalah stress mental karena sesuatu yang dirasakan, namun tidak mampu untuk dilakukan.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.

 Penanganan Anak Yang Mengalami Gagap
Dari hasil berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli, mengungkap fenomena, bahwa gagap lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada perempuan. Sementara pada perempuan kecenderungannya adalah menderita latah.
Menurut Drs Suripto SSpTh, terapis wicara RS Dr Oen Surakarta, beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait dengan gagap adalah apabila orangtua melihat anaknya gagap yang disertai dengan kesulitan mengucapkannya secara fisik. Sebagai contoh, anak memperlihatkan kesulitan mengoordinasikan alat-alat bunyi (mulut atau lidah) sehingga tampak seperti tidak wajar, atau sering memukul anggota tubuhnya agar keluar kata-kata sebagaimana yang tadi telah disinggung di atas. Jika hal ini terjadi sebaiknya orangtua segera memeriksa anaknya ke terapis wicara. Pendekatan yang banyak digunakan oleh terapis wicara untuk menangani anak kecil yang gagap adalah program pelancaran bicara (fluency-shaping program). Dalam program ini, fokusnya adalah meningkatkan pengeluaran kata-kata yang lancar pada anak. Program tersebut dilakukan dengan tujuan agar anak berbicara satu suku kata atau kata dengan lambat dan rileks. Jumlah kata-kata ini kemudian pelan-pelan ditingkatkan sampai anak bisa bicara satu kalimat. Proses ini akan bermula dari beberapa minggu hingga beberapa bulan atau lebih. Metode ini akan efektif jika orangtua bisa mengikuti sesi terapi sehingga mereka bisa belajar menggunakan pendekatan yang sama di rumah (http://harianjoglosemar.com)
Selain langkah di atas, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua yang dikutip dari sebuah artikel “Tips Mengatasi Gagap Pada Anak” yang menyatakan saran mengenai sikap yang dianjurkan atau tidak dianjurkan bagi orang tua dalam menghadapi anak yang menderita gagap, dengan tujuan agar tercipta suasana ‘nyaman’ yang dianggap akan membantu anak.
Ø   Orang tua hendaknya tidak memerintahkan anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang benar. Biarkan anak untuk berbicara dengan nyaman dan menyenangkan.
Ø   Manfaatkan waktu makan bersama untuk melatih kelancaran berbicara anak. Hindari hal-hal lain yang mungkin mengganggu seperti televisi atau radio dan ciptakan suasana yang tenang di rumah
Ø   Hendaknya tidak selalu mengkritik anak dengan ucapan seperti pelan-pelan saja atau semacamnya. Komentar semacam ini, walaupun diucapkan dengan niat baik, hanya akan membuat anak merasa semakin tertekan.
Ø   Jangan selalu menyuruh anak untuk berhati-hati dalam berbicara, biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai, dan ijinkan anak untuk berhenti berbicara jika ia merasa tidak nyaman.
Ø   Jangan menyuruh anak untuk mengulangi kata-katanya.
Ø   Berbicaralah dengan pelan dan jelas kepada anak. Tataplah mata anak jika berbicara dengannya. Jangan melihat kearah lain dan hal yang tidak kalah penting adalah hendaknya orang tua tidak menunjukkan kekecewaan didepan anak.
Ø   Yang paling penting adalah: seringlah berlatih! Jadilah contoh yang baik bagi anak dengan selalu berbicara dengan jelas.
Tips Bicara Dengan Penderita Gagap
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai tips berbicara dengan anak penderita gagap, tema ini begitu penting karena anak yang mengalami kekurangan pada fisik, yang dalam hal ini terletak pada organ bicara, secara psikologis kerap mengalami rasa kurang percaya diri dan cenderung sensitif. dengan demikian, cara berbicara dengan anak yang mengalami gagap juga harus diperhatikan, demi terciptanya kepercayaan diri pada anak dan tidak menutup kemungkinan untuk mengurangi penyakit gagap yang diderita oleh anak.
Berikut adalah apa yang hendaknya dilakukan oleh orang tua, kerabat, orang-orang terdekat, juga para pendidik anak (jika berada di sekolah) yang mengalami gagap.
a.         Lihat dan dengarkan dengan cermat dan hati-hati, konsentrasilah saat anak mengatakan sesuatu daripada mempermaslahkan bagaimana dia berbicara.
b.        Turunkan kecepatan bicara anda dan pastikan bahwa bahasa yang anda gunakan dimengerti olehnya, penekanan artikulasi diperingan.
c.         Tetaplah perlahan ketika anda bicara.
d.        Cobalah mempunyai waktu yang rutin selama sekolah atau di rumah, untuk mendiskusikan masa depan yang harus disiapkan anak anda
e.         Bicalah tentang kecepatan bicara anak anda, jika memang dia ingin membahasnya.
f.         Hindari penekanan bahwa ketidaklancaran bahasa adalah sesuatu yang salah dan memalukan.
g.        Dengarkan dengan penuh perhatian, doronglah dalam susasan tidak meneganggkan sebisa mungkin di mana saja.
h.        Tanyakan petunjuk yang benar pada terapis bicara dan bahasa.
i.          Tunggu dengan sabar hingga anak menyelesaikan bicara, terus jaga kontak mata.
j.          Bicaralah tentang gangguan ini secara terbuka tanpa harus mengganggua perasaannya, masalah ini bukanlah tabu untuk didiskusikan dengan anak. Anggota keluarga lainnya harus ikut mendukung dalam penanganan gangguan ini.
k.        Jangan takut untuk mengatakan, bahwa anda tidak mengerti apa yang diucapkannya, suruh anak mengulang bicaranya dengan pelan dan relaks.
Jika poin-poin di atas merupakan saran yang hendaknya dilakukan, berikut adalah apa yang hendaknya tidak dilakukan oleh orang tua, kerabat, orang-orang terdekat, juga para pendidik (jika berada di sekolah) pada anak yang mengalami gagap.
a.       Tidak mengurangi bahkan menarik perhatian pada anak kita yang gagap.
b.      Tidak membantu menyelesaikan kalimatnya, atau melengkapi kata atau huruf yang tertinggal saat dia bicara.
c.       Tidak meniru mimik mereka.
d.      Tidak Menyela atau menghentikan pembicaraannya.
e.       Tidak menuntut mereka berbicara saat mereka tak ingin berbicara.
f.       Tidak mengatakan kepada mereka untuk mulai mengulangi lagi kalimatnya.
g.      Saat mereka bicara, jangan memberi nasehat: bicara dipelankan, relaks atau ambil napas dalam.
h.      Tidak menghukum mereka ketika bicara salah.
i.        Hindari kehilangan kontak mata karena akan menunjukkan kejenuhan dan ketidaksabaran (this can be a sign of boredom or impatience).
j.        Tidak Membandingkan dia dengan anak lain. (http://childrenclinic.wordpress.com/)
           Kesimpulan Dan Penutup
Gagap merupakan salah satu gangguan berbicara selain afasia ataupun keterlambatan anak dalam berbicara. Secara garis besar, Gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya adalah Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring.
Gangguan kelancaran berbicara ini tidak akan berlanjut sampai dewasa jika anak diterapi dengan baik dan segera, dan diberi dukungan dan motivasi dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. kecuali jika penyebabnya adalah herediter (keturunan), ada kemungkinan agak sulit untuk dihilangkan. Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis. Dan gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis, seperti trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa.
Mengenai penanganannya adalah dengan membawa anak penderita gagap ke ahli terapis wicara dengan mengikuti program pelancaran bicara (fluency-shaping program) dan memperlakukan anak tersebut dengan memperlakukan anak penderita gagap dengan sebaik-baiknya sebagimana yang telah dianjurkan di atas.


Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Steinberg, Danny D. Dkk. 2001. Psycholinguistics: Language, Mind, and World. England: Longman.
Effendi, Irwan dan Rahmi Lestari (ed.). 2008. Gangguan Bicara Dan Bahasa Pada Anak (ebook Pdf).http://www.dokteranakku.com/wp-content/downloads/Buku%20gangguan%20 bicara%20dan%20bahasa.pdf. Diposting Pada Agustus 2008. Diakses pada 15 Juni 2010. Pukul 13.55 WIB.
Judarwanto, Widodo. Bicara Gagap (Stammering/Stutering) Pada Anak. http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/bicara-gagap-stammeringstutering-pada-anak/. Diposting Pada 25 April 2009, Diakses pada 30 Mei 2010. Pukul 06.51 WIB.
Tim Redaksi Klik Dokter dalam Rubrik Konsultasi Anak. http://anak.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=3397. Diakses pada 03 Juni 2010. Pukul 07.15 WIB.
Anonim. Studi Kasus Anak Gagap (Pdf). http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=15845542. Diakses pada 3 Juni 2010. Pukul 07.10 WIB.
Anonim. Atasi Gagap dengan Program Pelancaran Bicara.
Anonim. Definisi Gangguan Bicara Dan Bahasa. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/definisi-gangguan-bicara-dan-bahasa/. Diposting pada 30 Mei 2010. Diakses pada 03 Juni 2010. Pukul 07.01 WIB.

5 komentar:

  1. makasih... ini membantu tgs kuliah saya...

    BalasHapus
  2. hhmmm,, ahirnya ketemu juga sama tulisan niy,, thankz postingannya...:)

    BalasHapus
  3. smoga bermanfaat ya.. kalau berkenan silahkan baca postingan yg lainnya :)

    BalasHapus
  4. terimakasihh :) sangat membantuu kak :)))) sukses terus yaaa

    BalasHapus