Oleh: Nita Zakiyah, M.A
I.
Latar Belakang
Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sebuah
dasar atau bentuk dasar, bentuk dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi
dapat berupa akar, sedangkan afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem
terikat yang diimbuhkan pada dasar atau akar dalam proses pembentukan kata
(Chaer, 2003:177).
Bahasa Arab –selanjutnya disingkat BA- dalam proses
pembentukan katanya banyak ditemukan afiksasi, yang berupa prefiks, infiks, dan
sufiks dan konfiks. Dalam BA prefiks dapat diistilahkan dengan حرف الزيادة /harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah
kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai
makna yang berbeda (Nasif, 1994:8). Proses afiksasi dalam bahasa Arab dapat
dibentuk dari bentuk akar verba dengan penambahan prefiks/awalan (as-sābiq) seperti pada kata af’ala [a-],
infiks/sisipan (az-ziyādah) seperti kata fa’’ala[-‘ain-], dan konfiks/awalan
dan akhiran (as-sābiq wa
al-lāhiq) seperti pada kata if’alla [/i-/ dan /-lām/].
Pembentukan kata pada verba dapat terbentuk dari stem
sekunder triliteral (s|ulās|ī mazīd) dan stem sekunder quadriliteral (rubā’ī mazīd). stem sekunder triliteral (s|ulās|ī mazīd) adalah verba yang berstem (berwazan) tiga konsonan f
- ‘a - l (ف - ع - ل), sedangkan stem sekunder quadriliteral (rubā’ī mazīd) adalah verba yang berstem empat konsonan. Kajian ini
dibatasi pada analisis stem sekunder triliteral, dengan demikian dalam kajian
ini berusaha mengungkap afiksasi pada verba s|ulās|ī mazīd pada beberapa akar kata berimbuhan yang bersifat
infleksional (karena tidak merubah kelas kata), yaitu fa’aala (فعّل), fā’ala (فاعل), af’ala (أفعل), tafā’ala (تفاعل), tafa’aala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), if’alla (افعلّ), istaf’ala (استفعل), if’au’ala
(افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
Adapun yang akan menjadi perhatian penelitian ini adalah
afiksasi verba BA yang berupa geminasi beserta fungsinya dalam kalimat. Hal ini
dipilih karena seringkali pembelajar BA mengalami kesulitan dalam memahami
afiksasi verba beserta fungsinya khususnya pada geminasi, karena afiksasi yang
berupa geminasi tidak ditemukan pada sistem morfologi bahasa Indonesia.
Berangkat dari problematika memahami salah satu proses morfologis dalam BA,
yaitu pembentukan kata dengan afiksasi yang berupa geminasi, maka akan dikaji
makna dan fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada verba BA.
Mengenai tinjauan pustaka kajian ini, afiksasi verba
pernah dibahas oleh Asy’ari (1992) dalam penelitiannya yang berjudul Muatan
Kata kerja Arab, penelitian tersebut mengungkap secara rinci stem (wazan)
kata kerja Arab namun tidak membahas fungsi dan makna dari perubahan-perubahan
stem tersebut.
II.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka
dirumuskanlah masalah-masalah sebagai berikut:
a)
Bagaimana bentuk afiksasi yang berupa geminasi pada verba
BA (khususnya yang berwazan s|ulāsī mazīd / stem sekunder triliteral)?
b)
Apa fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada setiap
wazan dalam kalimat?
III.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Mendekripsikan afiksasi yang berupa geminasi pada kata
kerja BA.
b.
Mengetahui fungsi dari afiksasi yang berupa geminasi setiap
wazan berimbuhan dalam kalimat
Adapun Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam memahami komponen pembentuk kata kerja dalam bahasa Arab yang
berupa afiks, sehingga dapat menjadi sumber acuan bagi pembelajar bahasa Arab
yang ingin lebih memperdalam bidang morfologi bahasa Arab khususnya pada kajian
kata kerja.
IV.
Landasan teori
v
Afiksasi
Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada
bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Pada proses afiksasi, afiks
menjadi dasar dalam pembentukan kata. Afiks merupakan bentuk linguistik yang
pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata,
memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru (Putrayasa, 2008:5). Afiksasi atau pengimbuhan merupakan proses
morfologis dengan menggabungkan akar atau pokok dengan afiks (Samsuri, 1982:190).
Afiks pula merupakan morfem terikat yang tidak dapat
berdiri sendiri kecuali jika dilekatkan pada morfem bebas seperti morfem akar,
stem, atau dasar. (Kridalaksana, 2008:3) (Katamba, 1994: 44). Verba dalam
bahasa Arab merupakan morfem akar, morfem akar adalah morfem inti dari kata dan
tidak dapat direduksi, dan tidak ada tambahan sama sekali pada kata tersebut
(1994:41).
Matthews
(1974:41) menyimpulkan bahwa morfologi
terdiri atas dua subbidang, yakni: (1) morfologi infleksi dan (2) morfologi leksikal (morfologi derivasional).
Bauer (1988:73) juga menyatakan bahwa
morfologi secara tradisional dibagi atas dua
cabang yakni derivasi dan infleksi; dasar pembedanya adalah derivasi menghasilkan leksem baru dan infleksi menghasilkan
bentuk kata (kata gramatikal) dari leksem. Pembagian dua ranah morfologi oleh
Matthews (1974) dan Bauer (1988) tersebut juga dilakukan oleh Widdowson (1997).
Menurut Widdowson (1997: 46-47) morfologi berkonsentrasi
pada dua fenomena yang berbeda
yakni derivasi dan infleksi. Pembentukan kata dengan
afiks verba yang akan dibahas kemudian afiksasi infleksional, yang terjadi pada
verba akar yang menunjukkan masa lampau (fi’il mād}i).
v
Geminasi
Menurut Campbell (1998:41)
Gemination is the doubling of consonant (geminasi adalah penggandaan
konsonan), afiksasi dengan penggandaan konsonan pada bahasa Arab misalnya: فَرَحَfarah}a “bahagia”
→فَرَّحَ
farrah}a
“membahagiakan”. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:177), geminasi adalah deretan
fonem atau bunyi yang sama.
V.
Metode Penelitian
Sudaryanto dalam bukunya Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa (1993) menyebutkan bahwa kurun pemecahan masalah
dalam sebuah penelitian bahasa setidaknya meliputi tiga tahapan yaitu: tahap
penyedian data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.
Ketiga tahap itu mempunyai metodenya masing-masing.
a)
Tahap Penyediaan
Data
Langkah penelitiaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menyediakan data. Data dimaksud pada dasarnya adalah bahan jadi penelitian.
Dikatakan sebagai bahan jadi penelitian karena dengan bahan jadi penelitian
itulah metode dan teknik-teknik analisis data dapat diterapkan. Yang menjadi
bahan penelitian adalah buku
morfologi Arab Al-Ams|ilah at-tas}rīfiyyah karya syeikh Muhammad Ma’shum bin Ali. Setelah bahan jadi tersedia,
dilakukan pencatatan atas bahan jadi pada kartu data. Pencatatan ini dengan
menggunakan transkripsi ortografis. Kemudian peneliti melakukan
pengklasifikasian data sesuai dengan masalah yang menjadi pokok penelitian.
b)
Tahap Analisis
Data
Setelah tahap penyedian data selanjutnya dilakukan tahap analisis
data sebagai langkah kedua. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode
agih. Metode agih merupakan suatu metode yang alat penentunya justru bagian
dari bahasa yang bersangkutan itu
sendiri, yaitu bahasa Arab dalam penelitian ini (Sudaryanto, 1993: 15).
Teknik pada metode agih yang digunakan adalah
teknik bagi unsur langsung (selanjutnya disebut BUL) sebagai teknik dasarnya, dengan teknik
lanjutan berupa teknik ganti, parafrase, dan baca markah. Teknik BUL dianggap sebagai teknik dasar karena cara yang
digunakan pada awal analisis adalah membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang
langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto,1993: 31). Teknik
ini bertujuan untuk memperjelas fungsi masing-masing unsur dalam
kalimat.
c)
Tahap Penyajian
Hasil Analisis Data
Dalam tahap ini peneliti menyajikan hasil penelitian yang telah
dilakukan dalam wujud laporan tertulis mengenai sesuatu yang telah peneliti
hasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah. Analisis akan disajikan dalam bentuk laporan informal, yaitu
laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).
VI.
Pembahasan
Afiksasi verba dalam BA meliputi verba berimbuhan satu
huruf, dua huruf dan tiga huruf pada kata akar verbaفَعَلَ fa’ala. Dengan demikian afiksasi dalam verba akar
diklasifikasikan menjadi tiga:
ü Verba akar dengan imbuhan
satu huruf, meliputi: fa’’ala (فعّل), fā’ala (فاعل), dan af’ala (أفعل).
ü Verba akar dengan imbuhan
dua huruf, meliputi: tafā’ala (تفاعل), tafa’’ala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), dan if’alla (افعلّ).
ü Verba akar dengan tiga
huruf imbuhan, meliputi: istaf’ala (استفعل), if’au’ala
(افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
Pada pembahasan ini akan
dibatasi pada afiksasi yang berupa geminasi. Geminasi pada bahasa arab ditandai
dengan tasydid ( ّ ) yaitu pada 5 stem verba berikut → (1)fa’’ala
(فعّل), (2)tafa’’ala (تفعّل), (3) if’alla (افعلّ), (4) if’ālla (افعالّ), dan (5) if’awwala (افعوّل).
1.
Fa’’ala (فعّل )
Kata فعّل fa’’ala
merupakan kata akar yang berinfiks, mendapat imbuhan ditengah kata yang berupa
geminasi konsonan ‘ain (ع). sebagaimana ditemukan pada kata:
فَرَّحَ farraha “membuat
senang”
يَسَّرَ yassara “memudahkan/mempermudah”
نَوَّرَ nawwara “menyinari”
Geminasi yang ditambahkan ditengah akar kata berfungsi
sebagai:
1)
Untuk mentransitifkan (ta’diyah), seperti pada kalimat berikut:
Ø
فَرَّحَ سُلَيْمَان سَلْوَى
farrah}a sulaiman salwa
“sulaiman membahagiakan salwa”.
Kataفَرَّحَ farrah}a “membahagiakan”, merupakan kata kerja transitif
yang mendapat imbuhan berupa geminasi konsonan rā' (ر) pada mulanya merupakan kata kerja
intransitif فَرَحَ farah}a
“bahagia” seperti: فَرَحَ سُلَيْمَان Farah}a sulaiman “Sulaiman merasa bahagia”
2)
Menunjukkan pekerjaan yang berulang-ulang (dalālah ‘alā taks}īr), seperti pada kalimat:
Ø
قَطَّعَ نِيْتَا القِرْطَاسَ
qat}t}a’a
Nita al-qirt}āsa
“Nita memotong-motong kertas”
Kata قَطَعَ qat}a’a “memotong” jika mendapat infiks geminasi t} (ط) قَطَّعَ qat}t}a’a maka maknanya
menjadi “memotong-motong”, sebagaimana contoh di atas.
Ø
غَلَّقَ مُحَمَّدٌ
الأَبْوَابَ
ghallaqa
Muhammadun al-abwāba
“Muhammad menutup pintu-pintu itu”
Kata غَلَقَ ghalaqa “menutup”, mendapat infiks yang berupa geminasi konsonan
lām (ل) غَلَّقَ ghallaqa maka
maknanya menjadi “menutup-nutup”, seperti contoh di atas.
3)
Menisbatkan objek kalimat pada verba, seperti pada
kalimat:
Ø
كَفَّرَ زَيْدٌ عَمْرًا
kaffara
Zaidun amran
“Zaid
mengkafirkan Amar / Zaid menganggap Amar kafir”
Geminasi kata كَفَّرَ kaffara
“mengkafirkan” terdapat pada konsonan fā' (ف), كَفَّرَ kaffara berasal
dari nomina verbal (verbal noun/mas}dar) كُفْرٌkufrun
“kekafiran”.
4)
Membentuk verba dari objek kalimat, contoh:
Ø
قَشَّرَ زَيْدٌ الرُّمَانَ
qassyara
Zaidun ar-rummān
“Zaid
mengupas buah delima”
Asal dari kalimat di atas adalahنَزَعَ زَيْدٌ قَشْرَهُ naza’a
Zaidun qasyrahu “Zaid mencabuti
kulitnya”, kata قَشْرٌqasyrun “kulit”
yang menjadi objek dari نَزَعَnaza’a
“mencabut” diderivasi menjadi verba, hingga menjadiقَشَّرَ qassyara “mengupas”.
5)
Geminasi juga berfungsi sebagai denominal. Denominal
adalah kata yang berasal atau dibentuk dari nomina (Kridalaksana, 2008:46),
seperti:
Ø
خَيَّمَ القَوْمُ
khayyama
al-qauma
“kaum
itu sudah mendirikan tenda”
Geminasi pada verba خَيَّمَ khayyama “mendirikan tenda” terletak pada penggandaan semi vokal yā (ي). Verba خَيَّمَ khayyama merupakan
denominal dari nomina خِيَمٌkhiyamun “tenda”.
2.
Tafa’’ala ( تفعّل)
Adapun imbuhan pada verba tafa’aala merupakan
prefiks [ta-] dan infiks yang berupa geminasi (tad}’if ).
تَكَرَّرَ takarrara “berulang kembali”
تَيَسَّرَ tayassara “menjadi mudah”
تَنَوَّرَ tanawwara “menjadi bersinar”
تَوَعَّدَ tawa’aada “mengancam”
Fungsi dari geminasi pada verba ini adalah:
1)
Menunjukkan korelasi (muthāwa’ah) dengan stemفَعَّلَ fa’aala, yaitu berupa hubungan sebab akibat (kausalitas).
Contoh:
Ø
كَسَّرْتُ
الزُّجَاجَ فَتَكَسَّرَ
kassartu
az-zujāja fatakassara
“saya memecahkan kaca, maka kaca itu menjadi
terpecah-pecah”.
Pada kalimat di atas, ditemukan dua verba berimbuhan
berupa geminasi yaitu pada kata كَسَّرْتُkassartu “saya
memecahkan” yang berstem فَعَّلَfa’’ala, dan
maknanya menjadi sebab untuk verba kedua تَكَسَّرَtakassara
“menjadi terpecah-pecah” yang berstem تَفَعَّلَ tafa’’ala berprefiks
tā' (ت) sebagai akibat, dengan kata lain kalimat ini bermakna
“karena saya memecahkan kaca (sebab) maka kaca itu menjadi pecah (akibat)”.
2)
Menunjukkan makna kesungguhan subjek dalam melakukan
sesuatu (takalluf). Contoh:
Ø
تَشَجَّعَ زَيْدٌ
tasyajja’a Zaidun
“Zaid
memberanikan diri”
Pada fungsi ini maksudnya adalah verba berprefiks tā' (ت) dan bergeminasi konsonan jim (ج) pada stem تَشَجَّعَ tasyajja’a “memberanikan
diri” menunjukkan makna → kesungguhan Zaid sebagai subjek pelaku dalam berusaha agar
berani dalam melakukan sesuatu,
تَشَجَّعَ tasyajja’a “memberanikan diri” berasal dari akar verba شَجُعَsyaju’a
“berani”.
Ø
تَصَبَّرْتُ
Tas}abbartu
“saya
telah bersabar”
Verba berprefiks tā' (ت)
dan bergeminasi konsonan bā' (ب) pada kalimat di atas menunjukkan
makna bahwa subjek pelaku telah berusaha untuk bersabar. Stem تَصَبَّرَ tas}abbara
“berusaha bersabar” berasal dari akar verbaصَبَرَ s}abara
“bersabar”.
3)
Membentuk verba dari objek kalimat. Contohnya:
Ø
تَبَنَّيْتُ يُوْسُفَ
tabannaitu yūsufa
“saya
menjadikan yusuf sebagai anak angkat”
Kalimat di atas pada awalnya tersusun seperti kalimat di
bawah ini:
إِتَّخَذْتُ يُوْسُفَ إِبْناً
ittakhażtu yūsufa
ibnan
Pada kalimat di atas, objek yang berupa nomina إِبْنٌ ibnun “anak” didenominal menjadi verbaتَبَنَّى tabannā yang berprefiks
tā' (ت)
dan berimbuhan
berupa geminasi konsonan nūn (ن) yang bermakna إِتَّخَذَ إِبْنٌ ittakhaża ibnun “mengangkat
anak”.
4)
Menunjukkan makna menjauhi perbuatan. Contoh:
Ø
تَذَمَّمَ حُسَيْنُ
tażammama Husainu
“Husain menjauhi perbuatan tercela”
Stemتَذَمَّمَ tażammama
“menjauhi perbuatan tercela” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan mīm (م). Stemتَذَمَّمَ tażammama berasal
dari verba akarذَمَّ z|amma “mencela”.
5)
Menunjukkan makna menjadi. Contoh:
Ø
تَأَيَمَتْ المَرْأَةُ
taa’yyamat al-mar’ah
“perempuan
itu menjadi janda”
Stem تَأَيَم ta’ayyama
“menjanda/menjadi janda” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal yā (ي) yang berfungsi menunjukkan makna
menjadi, sebagaimana contoh di atas maknanya menunjukkan perempuan yang menjadi
janda. Stem تَأَيَم ta’ayyama merupakan
denominal dari nomina إِيَمٌ iyamun
“janda”.
Ø
تَمَوَّلَ زَيْدٌ
tamawwala Zaidun
“Zaid
menjadi berharta”
Stem verba تَمَوَّلَ tamawwala
“menjadi berharta” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna
menjadi, sebagaimana contoh di atas, maknanya menunjukkan bahwa Zaid menjadi
berharta/kaya. Stem verba تَمَوَّلَ tamawwala merupakan denominal dari nomina مَالٌmālun “harta”.
6)
Menunjukkan makna → perbuatan yang dilakukan secara bertahap.
Contoh:
Ø
تَجَرَّأَتْ الأُمُّ
tajarra’at
ummu
“ibu
minum seteguk-seteguk”
Stem verbaتَجَرَّأَ tajarra’a “minum seteguk-seteguk” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan rā' (ر) yang berfungsi menunjukkan makna perbuatan
yang dilakukan secara bertahap, sebagaimana contoh di atas تَجَرَّأَ tajarra’a “minum seteguk-seteguk”, maknanya → minum yang dilakukan
secara bertahap seteguk demi seteguk. Stem verbaتَجَرَّأَ tajarra’a “minum seteguk-seteguk” berasal dari verba akar جَرَأَjara’a “meneguk”.
7)
Menunjukkan makna → menuntut sesuatu. Contoh:
Ø
تَعَجَّلَ الشَّيْءَ
ta’ajjala
asy-syai’a
“dia
berusaha mempercepat sesuatu”
Stem verba
تَعَجَّلَ ta’ajjala “mempercepat” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi konsonan jim (ج) yang berfungsi menunjukkan makna
menuntut sesuatu, yaitu menuntut agar menjadi cepat. Stem verba تَعَجَّلَ ta’ajjala
“mempercepat” berasal dari verba akar عَجِلَ‘ajila
“terburu-buru/bersegera”.
Ø
تَبَيَّنَهُ
tabayyanahu
“dia
berusaha mendapatkan keterangan tentang sesuatu”;
Stem verba تَبَيَّنَ tabayyana
“berusaha mendapatkan keterangan” merupakan verba berprefiks tā' (ت) dan berinfiks geminasi semivokal yā (ي) yang berfungsi menunjukkan makna
menuntut sesuatu, seperti pada contoh di atas yaitu menuntut agar mendapat
keterangan. Stem verba تَبَيَّنَ tabayyana
“berusaha mendapatkan keterangan” berasal dari verba akar بَانَbāna “tampak, jelas, terang”.
3.
if’alla (افعلّ )
Wazan if’alla merupakan verba berkonfiks, dengan
prefiks hamzah washl dan suffiks yang berupa geminasi konsonan. Verba
yang mengikuti wazan ini, khusus untuk verba yang bermakna untuk warna-warna
atau aib (cacat). Contoh:
إِحْمَرَّ Ihmarra “memerah/menjadi merah”
إِسْوَدَّ Iswadda “menghitam/menjadi hitam”
إِحْضَرَّ Ikhd}arra “menghijau”
إِعْوَرَّ I’warra “buta
sebelah”
Fungsi afiksasi yang berupa geminasi pada verba افعلّ if’alla adalah
sebagai berikut:
1)
Menunjukkan makna bahwa subjek (fā’il) masuk pada satu sifat. Contoh:
Ø
إِحْمَرَّ الوّجْهُ
ihmarra
al-wajhu “wajah itu memerah”
Stem verba إِحْمَرَّ ihmarra “memerah”
merupakan verba berprefiks hamzah washl dan suffiks berupa geminasi
konsonan rā' (ر) yang berfungsi menunjukkan makna bahwa
subjek (fā’il) masuk pada satu sifat, seperti pada contoh di atas
yaitu subjek → wajah masuk pada sifat merah (memerah/menjadi merah). Begitupula
pada contoh di bawah ini:
Ø
إِحْمَرَّ البُشْرُ
ihmarra
al-busyru
“buah
kurma itu telah memerah”.
2)
Berfungsi untuk melebih-lebihkan. Contoh:
Ø
إِسْوَدَّ اللَّيْلُ
iswadda al-lailu
“malam
menjadi sangat hitam”
Stem verba إِسْوَدّ iswadda “menjadi
sangat hitam” merupakan verba berprefiks hamzah washl dan suffiks berupa
geminasi konsonan dal (د) yang berfungsi menunjukkan makna melebih-lebihkan,
seperti pada contoh di atas yaitu makna melebih-lebihkan suasana malam “menjadi
sangat hitam”.
4.
if’ālla (افعالّ )
Stem اِفْعَالَّ If’ālla merupakan verba berimbuhan dengan tiga huruf dan
merupakan konfiks, dengan prefiks hamzah washl, suffiks berupa geminasi
konsonan akhir lām (ل), dan infiks alif (ا) setelah konsonan fā' (ف) Seperti pada:
إِحْمَارَّ Ih}mārra “sangat
merah”
إِسْفَارَّ Is}fārra “sangat
kuning”
إِبْيَاضَّ Ibyād}d}a “sangat putih”
Afiksasi ini
berfungsi untuk menunjukkan sifat yang
berlebih-lebihan pada sesuatu. Contoh:
Ø
إِصْفَارَّ المَوْزُ
is}fārra al-mauzu
“pisang itu sangat kuning”
Stem verba إِصْفاَرَّ is}fārra “sangat kuning” merupakan verba berprefiks hamzah
washl, bersufiks berupa geminasi konsonan akhir rā' (ر), dan berinfiks alif (ا) yang berfungsi menunjukkan makna
melebih-lebihkan, seperti pada contoh di atas yaitu menunjukkan makna
melebih-lebihkan menunjukkan makna ‘yang sangat’→ yaitu pisang ditunjukkan
memiliki warna yang amat kuning.
5.
if’awwala (افعوّل )
Verba berwazan افعوّلif’awwala
merupakan verba berimbuhan prefiks hamzah was}l, dan infiks
geminasi waw setelah konsonan ‘ain. Seperti:
إِعْلَوَّطَ I’lawwat}a “bergantung pada”
إِجْلَوَّذَ Ijlawwaz|a “berjalan sangat
cepat”
إِخْرَوَّطَ Ikhrawwat}a “sangat bulat”
Afiksasi ini berfungsi untuk menunjukkan makna
melebih-lebihkan sesuatu (lil-mubālaghah). Contoh:
Ø
إِخْرَوَّطَ شُّعَاءُ
الشَّمْشِ
ikhrawwat}a
syu’ā’u as-syamsi
“sinar matahari itu sangat bulat”
Stem verba إِخْرَوَّطَ ikhrawwat}a “sangat
bulat” merupakan verba berprefiks hamzah was}l dan berinfiks
geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna
melebih-lebihkan atau menunjukkan makna ‘sangat’, seperti pada contoh di atas
yaitu menunjukkan makna sinar matahari yang berbentuk sangat bulat.
Ø
إِجْلَوَّذَ الإِبِلُ
ijlawwaz|a
al-ibilu
“unta
itu berjalan sangat cepat”
Stem verba إِجْلَوَّذَ ijlawwaz|a “sangat
cepat” merupakan verba berprefiks hamzah was}l dan berinfiks
geminasi semivokal waw (و) yang berfungsi menunjukkan makna
melebih-lebihkan atau menunjukkan makna ‘sangat’, seperti pada contoh di atas
yaitu menunjukkan makna unta yang berjalan dengan sangat cepat.
VII.
Kesimpulan Dan Penutup
Dari uraian diatas dapat diketahui afiksasi verba s}ulās}i beserta makna serta fungsinya dalam kalimat. Yaitu 1)
Verba akar dengan imbuhan satu huruf, meliputi: fa’aala (فعّل), fā’ala (فاعل), dan af’ala (أفعل), 2) Verba akar dengan imbuhan dua
huruf, meliputi: tafā’ala (تفاعل), tafa’aala (تفعّل), ifta’ala (افتعل), infa’ala (انفعل), dan if’alla (افعلّ), 3) Verba akar dengan tiga huruf
imbuhan, meliputi: istaf’ala (استفعل), if’au’ala
(افعوعل), dan if’awwala (افعوّل).
Sedangkan afiksasi
yang didalamnya terdapat geminasi ada pada 5 stem berikut → (1) fa’’ala
(فعّل), (2)tafa’’ala (تفعّل), (3) if’alla (افعلّ), dan (4) if’awwala (افعوّل). Geminasi
adalah deretan fonem atau bunyi yang sama, geminasi pada bahasa Arab ditandai
dengan tasydid ( ّ ) dan memiliki berbagai fungsi
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Daftar Pustaka
Anas, A. Idhoh. 2007. Ilmu Shorof Lengkap (Morphologie
Bahasa Arab). Pekalongan: Al-Asri.
Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor. 1999. Kamus
Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Bauer, Laurie. 1988. Introducing
Linguistic Morphology.
Edinburgh: Edinburgh University Press.
Campbell, Lyle.
1998. Historical Linguistics An Introduction. Edinburgh: Edinburgh
University Press.
Hamzah, Muhammad. 2009. Tas}rif Binā’ Al-Af’āl (Mawāzīn Wa Amṡilah).
Cairo: dār al-fajri al-islamī.
Kridalaksana, Harimurti.
2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Katamba, Francis. 1993. Morphology.
Great Britanian: Macmillan.
Matthews, P.H. 1974. Morphology: An
Introduction to
The Theory of Word - Structure. Cambridge: Cambridge University Press.
Ma’shum, Muhammad. 1992. Ams|ilatu at-taṣrifiyah.
Semarang: Pustaka Alawiyah.
Munawwir, A.W. 2002. Kamus Al-Munawwir Arab–Indonesia
Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progressif.
Nasiff, Hafnā Bek. 1994. Qawā’id
al-lughat al-‘Arabiyyah. Beirut
: Maktabah Nahdah.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk
Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama
Sudaryanto. 1993. Metode
Dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Samsuri. 1982. Analisis
Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.
Widdowson, H.G. 1997. Linguistics. New York: Oxford University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar