Jumat, 26 Oktober 2012

Short Paper on Eid al-Adha


Apa yang berbeda dari Idul Adha kali ini?
Gema takbir menggema selayaknya suasana hari raya. Ketupat menggantung indah di dapur orang-orang yang aku kunjungi. Opor ayam terbaring dengan ikhlasnya siap santap. Semuanya terasa sama. 

Lalu apa yang seharusnya berubah?
Kemantapanmu dalam memaknai hari raya kurban tentunya. Sudahkah kamu mempelajari lebih seksama akhlak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail? Nabi Ibrahim yang lama merindukan kehadiran buah hati, Ismail, rela mengorbankannya demi menjalankan perintah Allah. Dan Nabi Ismail dengan ikhlas dikorbankan, jika memang itu adalah perintah Allah. Meski akhirnya Allah ‘mengganti’ perintah-Nya dengan menyembelih hewan. 

lalu, Apakah esensi dari berkurban? Berkorban ya berkorban.  Tidak koar-koar , tidak sombong, tidak riya’ (haus pemberitaan), dan tidak marah jika ia tidak kebagian daging karena habis dibagi pada orang-orang yang berhak.    

Lantas sebenarnya apa yang harus dikorbankan? mari korbankan Egomu, Egoku, ego kita semua. Agar kita dapat berkurban dengan ikhlas, baik kurban dalam arti sesungguhnya (hewan), ataupun berkurban perasaan dalam menghadapi segala ujian hidup. (NZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar