Apa yang berbeda dari Idul Adha kali ini?
Gema takbir menggema selayaknya suasana hari raya. Ketupat menggantung
indah di dapur orang-orang yang aku kunjungi. Opor ayam terbaring dengan
ikhlasnya siap santap. Semuanya terasa sama.
Lalu apa yang seharusnya berubah?
Kemantapanmu dalam memaknai hari raya kurban tentunya. Sudahkah kamu
mempelajari lebih seksama akhlak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail? Nabi Ibrahim
yang lama merindukan kehadiran buah hati, Ismail, rela mengorbankannya demi
menjalankan perintah Allah. Dan Nabi
Ismail dengan ikhlas dikorbankan, jika memang itu adalah perintah Allah. Meski akhirnya
Allah ‘mengganti’ perintah-Nya dengan menyembelih hewan.
lalu, Apakah
esensi dari berkurban? Berkorban ya berkorban. Tidak koar-koar , tidak sombong, tidak riya’
(haus pemberitaan), dan tidak marah jika ia tidak kebagian daging karena habis
dibagi pada orang-orang yang berhak.
Lantas sebenarnya
apa yang harus dikorbankan? mari korbankan Egomu, Egoku, ego kita semua. Agar kita dapat
berkurban dengan ikhlas, baik kurban dalam arti sesungguhnya (hewan), ataupun
berkurban perasaan dalam menghadapi segala ujian hidup. (NZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar