Minggu, 10 Maret 2013

STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BAHASA


                                Disusun Oleh: Nita Zakiyah & Nurfathia Rahmah
 
I. PENDAHULUAN

Seringkali dijumpai sebuah masakan di rumah makan atau restoran tertentu lebih enak dibandingkan dengan masakan sejenis di restoran lain. Dengan bahan yang sama dihasilkan masakan yang berbeda rasa dan kelezatannnya. Hal tersebut berkaitan erat dengan keahlian koki atau orang yang memasaknya. Demikian juga dengan pembelajaran. Sebuah materi pembelajaran yang sama akan dirasakan berbeda apabila diajarkan oleh dosen yang berbeda. Tidak jarang pula dijumpai dosen A lebih disukai dari dosen B. Apabila kita telusuri lebih jauh, maka perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan metode pembelajaran.
Selama ini pembelajaran yang dikenal adalah pembelajaran konvensional atau disebut juga teaching centre. Dalam teaching centre yang menjadi pokok perhatian adalah jumlah materi yang tersampaikan, bukan memperhatikan seberapa jauh penerimaan mahasiswa. Selain itu, pembelajaran ini lebih pada pemenuhan kewajiban dosen-mahasiswa secara formal. Oleh karena itu, tidak heran adanya konsep D3PL (datang, duduk, dengar, pulang, lupa) yang masih banyak dianut mahasiswa saat ini.
Sistem pembelajaran ini juga masih dianut di kalangan ilmu-ilmu yang membutuhkan ketrampilan langsung salah satunya adalah Jurusan Sastra Asia Barat yang mempelajari bahasa Arab. [1]

II. PEMBAHASAN

  1. Pengertian Dasar Strategi Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Pembelajaran, disebut juga kegiatan pembelajaran atau intruksional, adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Pembelajaran merupakan sains sekaligus kiat (art). Seseorang yang mendalami aspek keilmuannya saja belum tentu dapat menerapkan dengan baik. Sebaliknya penguasaan atas aspek kiat saja juga tidak menjamin keberhasilan dalam membelajarkan peserta didik. Suatu program pembelajaran yang baik haruslah memenuhi criteria daya tarik, daya guna (efektifitas), dan hasil guna(efisiensi).
Pembelajaran sebagai suatu sains menggunakan pendekatan system dalam pengembangannya. Pendekatan yang paling sederhana oleh Briggs (1977) disebut “three anchor points” sedang oleh Kaufman (1988) disebut “system analysis step”. Pendekatan itu meliputi:
  1. Ke mana saya pergi? (Bringgs)
Apa yang harus dicapai? (Kaufman)
* yang dijawab dengan merumuskan tujuan
  1. Bagaimana saya dapat mencapainya? (Briggs)
Apa langkah yang harus dilaksanakan? (Kaufman)
* dirumuskan dengan merumuskan strategi, teknik, media dan lain-lain.
  1. Bagaimana saya tahu bahwa telah sampai? (Briggs)
Apa kriteria keberhasilan? (Kaufman)
* dijawab dengan menentukan ukuran/kriteria pencapaian dalam arti kualitas, kuantitas, waktu, dan fasilitas.
Reigeluth dan Merrill (1983) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajaran yang preskiptif itu harus memperhatikan tiga variable kondisi, metode, dan hasil. [2]
Karakteristik siswa meliputi pola kehidupan sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, kemampuan membaca, dan sebagainya. Karakteristik pelajaran meliputi tujuan apayang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa hambatan untuk pencapaian itu. Misalnya saja kemampuan berbahasa Arab yang umumnya lemah merupakan hambatan untuk mempelajari teks berbahasa Arab. Pengorganisasian bahan pelajaran, meliputi antara lain bagainmana merancang bahan untuk keperluan belajar mandiri. Strategi penyampaian meliputi pertimbangan penggunaan media apa untuk menyajikan apa, bagaimana cara menyajikannya, siapa atau apa yang akan menyajikan, dan sebagainya. Sedangkan pengelolaan kegiatan meliputi keputusan unutk mengembangkan dan mengelola serta kapan dan bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi penyajiannya.
Berdasarkan perangkat teori itu setiap metode pembelajaran harus mengandung rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan, dengan memperhatikan factor tujuan belajar, hambatan belajar, karakteristik siswa, agar dapat diperoleh efektifitas, efisien, dan daya tarik pembelajaran.
strategi pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang digunakan, termasuk jenis media yang digunakan, materi yang diberikan dan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Diharapkan siswa dapat mendapatkan pengalaman yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan, yaitu adanya perubahan tingkah laku. Dengan kata lain strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh instruktur dengan sengaja (seperti metode, sarana dan prasarana, materi, media, dan sebagainya), agar siswa di fasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan.
            Tekhnik pembelajaran merupakan salah satu kompenen system pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan oleh guru dengan jalan mengkombinasikan lima komponen system pembelajaran, yaitu yang terdiri atas orang, pesan, bahan, alat, dan lingkungan, agar tercipta tujuan belajar.

  1. Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa
  1. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pada setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran harus bersifat “behavioral” atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan “measurable” atau dapat diukur. Dapat diukur artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum. Di sinilah letak pentingnya strategi pembelajaran, yaitu menentukan semua langkah  dan kegiatan yang perlu dilakukan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah tentukan pada awal kegiatan pembelajaran.[3]
Pembelajaran bahasa Arab di perguruan tinggi melibatkan dua aspek penting yaitu aspek teoritis dan aspek praktis. Keduanya memiliki peranan yang saling melengkapi. Kemampuan teoritis harus ditopang dengan kemampuan praktis, demikian juga kemampuan praktis harus didasari pada kemampuan teoritis.[4]
Strategi pembelajaran sebagai suatu pendekan menyeluruh oleh Romiszowski (1981) dibedakan menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan diskoveri (penemuan). Kedua strategi itu dapat dipandang sebagai dua ujung yang berlawanan dalam suatu kontinum strategi. Di antara kedua ujung itu terdapat sejumlah strategi lain.
            Strategi ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan informasi. Pada garis besarnya pemrosesan informasi (information processing learning) menjelaskan proses belajar sebagai berikut:
  1. pembelajaran menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh.
  2. terjadi pemahaman pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang diberikan.
  3. Pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus.
  4. Terbentuknya tindakan pada diri pembelajar, yang merupakan hasil pengolahan prinsip/dalil dalam situasi yang sebenarnya.
Penerapan strategi ekspositori ini berlangsung sebagai berikut:
  1. Informasi disajikan pada pembelajar.
  2. diberikan test penguasaan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu.
  3. diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal, dengan jumlah dan tingkat kesulitan yang bertambah.
  4.  diberikan kesempatan penerapan informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
Strategi diskoveri didasarkan pada teori pemrosesan pengalaman, atau disebut pula teori belajar berdasarkan pengalaman(experiential learning). Pada garis besarnya proses belajar menurut teori ini berlangsung sebagai berikut:
  1. Pembelajar bertindak dalam suatu peristiwa khusus.
  2. Timbul pemahaman dalam diri pembelajar atas peristiwa khusus itu.
  3. Pembelajar menggeneralisasikan peristiwa khusus itu menjadi suatu prinsip umum.
  4. Terbentuknya tindakan pembelajar yang sesuai dengan prinsip itu dalam situasi atau prinsip baru.
Penerapan strategi diskoveri ini berlangsung dengan langkah-langkah berikut:
  1. Diberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berbuat dan mengamati  akibat suatu tindakan.
  2. Diberikan tes pemahaman tentang adanya hubungan sebab akibat serta diberikan kesempatan ulang untuk berbuat bilamana dipandang perlu.
  3. Diusahakan terbentuknya prinsip umum dengan latihan pendalaman dan pengamatan tindakan lebih banyak.
  4. Diberikan kesempatan untuk penerapan informasi yang baru dipelajari dalam situasi yang sebenarnya.
Strategi ekspositori erat sekali kaitannya dengan pendekatan deduktif, dan strategi diskoveri dengan pendekatan induktif. Namun, meskipun secara konseptual strategi instruksional itu dapat dibedakan, dalam praktik sering digabungkan. Para pendidik cenderung lebih banyak menggunakan strategi ekspositori karena ditinjau dari pertimbangan waktu lebih hemat, dan lebih mdah dikelola.
Pemilihan strategi dengan segala pertimbangannya tidak seyogianya dibebankan pada dosen sendiri-sendiri, melainkan secara bersama, atau bahkan oleh suatu tim khusus. Pemilihan itu merupakan keputusan kebijakan yang bersifat nasional ataupun institusional.
  1. Unsur-unsur Strategi Pembelajaran Bahasa.
            Setiap rumusan strategi pembelajaran mengandung sejumlah unsure atau komponen. Kombinasi di antara unsure-unsur itu boleh di katakana tidak terbatas. Unsure-unsur yang lazim terdapat dalam rumusan strategi pembelajaran adalah:
1.      Tujuan umum yang ingin di capai; misalkan meningkatkan minat membaca, meningkatnya motivasi untuk belajar bahasa Arab
2.      Teknik; berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan umum. Pada umumnya merupakan penggabungan dari beberapa teknik sekaligus, misalnya ceramah, mendongeng, simulasi, dan permainan.
3.      Pengorganisasian kegiatan belajar-mengajarmeliputi pengorganisasian mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan lain.
Siswa dapat diorganisasikan secara kualitatif, yaitu:
-          pengelompokan berdasarkan minat/pilihan
-          pengelompokan homogen
-          pengelompokan berdasarkan kemampuan
-          pengelimpokan acak/heterogen
dan pengorganisasian berdasarkan pertimbangan kuantitatif, yaiut:
-          pengelolaan pengajaran massa
-          pengelolaan kelompok besar (50 orang ke atas)
-          pengelompokan kelompok sedang
-          pengelolaan perorangan
4.      Peristiwa pembelajaran, yaitu penahapan dalam melaksanakan proses pembelajaran termasuk usaha yang perlu dilakukan dalam tiap tahap, agar prose situ berhasil.
Secara garis besar meliputi langkah-langkah berikut:
a.       Persiapan misalnya: dengan cara memikat perhatian, membangkitkan minat, memberitahukan tujuan.
b.      Penyajian misalnya: dengan merangsang ingatan atas pelajaran sebelumnya, menyajikan rangsangan baru, membimbing pemahaman, melatih penguasaan, memberikan umpan balik
c.       Penyampaian misalnya: dengan menilai penguasaan, memberikan penguatan.
  1. Urutan belajar, yaitu penehapan isi ajaran yang diberikan agar lebih mudah dipahami.
  2. Penilaian, yaitu dasar dan alat (instrument) yang digunakan untuk mengukur usaha dan atau hasil belajar.
  3. Tempat atau latar adalah lingkungan di mana proses belajar-mengajar berlangsung.
  4. Waktu; jumlah dan saat/jadwal berlangsungnya proses belajar-mengajar kalau jumlah waktunya ketat dan terbatas, seringkali guru cenderung untuk menghabiskan materi pelajaran, dengan menghiraukan pemahaman atas materi itu. Sebaliknya kalau pemahaman yang diutamakan, maka waktunya perlu luwes. Jadwal pada pagi hari pada umumnya masih didukung oleh kesegaran fisik dan mental, sedang pada siang atau sore hari kondisi mental dan fisik sudah menurun.
Jelaslah bahwa menentukan suatu strategi secara menyeluruh bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. Dalam suatu lembaga pendidikan dan pelatihan, biasanya strategi ini ditentukan oleh pimpinan bidang akademik, bekerja sama dengan para guru/instruktur yang berpengalaman. Meskipun demikian, ada unsure-unsur strategi yang perlu diperhatikan oleh masing-masing guru/instruktur dalam membina pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. [5]
  1. Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam merumuskan langkah-langkah pembelajaran bahasa arab, maka kita harus mengetahui tujuan, pendekatan dan metode yang dipilih terlebih dahulu. Menurut Abdullah, M.Ag. yang dikutip dari tulisan yang berjudul Model Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS), tujuan pembelajaran bahasa Arab yang dipandang realistis dan konkrit adalah memahami subtansi yang diekpresikan dengan bahasa Arab melalui struktur dalam bahasa Indonesia yang notabenenya lebih dekat dengan dunia mahasiswa PTAIS. Dengan kalimat lain, pengembangan kemampuan menganalisis struktur bahasa Arab dan keterampilan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan diatas pendekatan yang dianggap relevan untuk pembelajaran bahasa Arab PTAIS adalah pendekatan structural dan gramatikal dan pendekatan yang telah dipilih tidak berhasil kalau tidak diwujudkan dalam langkah-langkah konkrit. Sesuai dengan pendekatan yang dipilih, metode pengajaran bahasa arab yang sementara ini dipandang relevan dan efektif adalah metode gramatika dan tarjamah (Thariqah al-qawa’id wa al-Tarjamah).[6]
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pembelajaran bahasa arab dengan metode tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menetapkan dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, konkrit, dan fungsional.
2.      Merancang dan menetapkan materi-materi yang hendak dikembangkan melalui latihan membedah struktur bahasa, baik latihan individual maupun kelompok.
3.      Pembagian tugas individual dan kelompok sesuai dengan “kontrak kerja”.
4.      Mendiskusikan masalah-masalah kebahasaan dalam teks-teks yang telah ditetapkan.
5.      Diskusi kelas dengan presentasi hasil diskusi kelompok berupa alih bahasa, lalu diikuti dengan Tanya jawab, dialog, dan beberapa analisis kesalahan mengalih-bahasakan.
6.      Pada tatap muka yang bukan untuk diskusi juga dugunakan untuk pembinaan dan pengembangan keterampilan mengalih-bahasakan dengan penekanan pada pengenalan dan penggunaan pola-pola kalimat dan pemaknaan kosakata dalam konteks kalimat.
7.      Dipekenalkan aspek-aspek morfologis, sintaksis, dan semantic bahasa Arab serta padanannya dalam bahasa Indonesia.[7]

III. PENUTUP

            Strategi pembelajaran bahasa merupakan pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu system pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan demi mencapai tujuan umum pembelajaran.
            Selain itu strategi dan langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab harus realistis dan kongkrit berdasarkan tujuan, serta relevan dengan pendekatan dan metode pembelajaran bahasa Arab.









[1] http://www.ppkb.ugm.ac.id/pdf/inno/zulfa.pdf

[2] Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2005) h.528
[3] Dewi Salma Prawiradilaga, Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2007) H.4
[4] http://www.ppkb.ugm.ac.id/pdf/inno/zulfa.pdf

[5] Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, h. 530-535
[6] Abdullah, “ Model Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Swasta”, Koordinat, vol. 2, no. 1, 2001, h. 11-14
[7] Abdullah, “ Model Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Swasta”, h.14-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar