Disusun Oleh: Nita Zakiyah & Nurfathia Rahmah
I. PENDAHULUAN
Seringkali dijumpai sebuah
masakan di rumah makan atau restoran tertentu lebih enak dibandingkan dengan
masakan sejenis di restoran lain. Dengan bahan yang sama dihasilkan masakan
yang berbeda rasa dan kelezatannnya. Hal tersebut berkaitan erat dengan
keahlian koki atau orang yang memasaknya. Demikian juga dengan pembelajaran.
Sebuah materi pembelajaran yang sama akan dirasakan berbeda apabila diajarkan
oleh dosen yang berbeda. Tidak jarang pula dijumpai dosen A lebih disukai dari
dosen B. Apabila kita telusuri lebih jauh, maka perbedaan tersebut disebabkan
adanya perbedaan metode pembelajaran.
Selama ini pembelajaran
yang dikenal adalah pembelajaran konvensional atau disebut juga teaching
centre. Dalam teaching centre yang menjadi pokok perhatian adalah
jumlah materi yang tersampaikan, bukan memperhatikan seberapa jauh penerimaan
mahasiswa. Selain itu, pembelajaran ini lebih pada pemenuhan kewajiban
dosen-mahasiswa secara formal. Oleh karena itu, tidak heran adanya konsep D3PL
(datang, duduk, dengar, pulang, lupa) yang masih banyak dianut mahasiswa saat
ini.
Sistem pembelajaran ini juga
masih dianut di kalangan ilmu-ilmu yang membutuhkan ketrampilan langsung salah
satunya adalah Jurusan Sastra Asia Barat yang mempelajari bahasa Arab. [1]
II. PEMBAHASAN
- Pengertian Dasar Strategi Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran
adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Pembelajaran, disebut juga
kegiatan pembelajaran atau intruksional, adalah usaha mengelola lingkungan
dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam
kondisi tertentu. Pembelajaran merupakan sains sekaligus kiat (art). Seseorang
yang mendalami aspek keilmuannya saja belum tentu dapat menerapkan dengan baik.
Sebaliknya penguasaan atas aspek kiat saja juga tidak menjamin keberhasilan
dalam membelajarkan peserta didik. Suatu program pembelajaran yang baik
haruslah memenuhi criteria daya tarik, daya guna (efektifitas), dan hasil
guna(efisiensi).
Pembelajaran sebagai suatu sains
menggunakan pendekatan system dalam pengembangannya. Pendekatan yang paling
sederhana oleh Briggs (1977) disebut “three anchor points” sedang oleh
Kaufman (1988) disebut “system analysis step”. Pendekatan itu meliputi:
- Ke mana saya pergi? (Bringgs)
Apa yang harus
dicapai? (Kaufman)
* yang dijawab
dengan merumuskan tujuan
- Bagaimana saya dapat mencapainya? (Briggs)
Apa langkah
yang harus dilaksanakan? (Kaufman)
* dirumuskan
dengan merumuskan strategi, teknik, media dan lain-lain.
- Bagaimana saya tahu bahwa telah sampai? (Briggs)
Apa kriteria
keberhasilan? (Kaufman)
* dijawab dengan menentukan ukuran/kriteria pencapaian dalam arti
kualitas, kuantitas, waktu, dan fasilitas.
Reigeluth dan
Merrill (1983) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori
pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan “resep”
untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajaran yang preskiptif itu harus
memperhatikan tiga variable kondisi, metode, dan hasil. [2]
Karakteristik
siswa meliputi pola kehidupan sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, kemampuan
membaca, dan sebagainya. Karakteristik pelajaran meliputi tujuan apayang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa hambatan untuk pencapaian itu.
Misalnya saja kemampuan berbahasa Arab yang umumnya lemah merupakan hambatan
untuk mempelajari teks berbahasa Arab. Pengorganisasian bahan pelajaran,
meliputi antara lain bagainmana merancang bahan untuk keperluan belajar
mandiri. Strategi penyampaian meliputi pertimbangan penggunaan media apa untuk
menyajikan apa, bagaimana cara menyajikannya, siapa atau apa yang akan
menyajikan, dan sebagainya. Sedangkan pengelolaan kegiatan meliputi keputusan
unutk mengembangkan dan mengelola serta kapan dan bagaimana digunakannya bahan
pelajaran dan strategi penyajiannya.
Berdasarkan
perangkat teori itu setiap metode pembelajaran harus mengandung rumusan
pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan
kegiatan, dengan memperhatikan factor tujuan belajar, hambatan belajar, karakteristik
siswa, agar dapat diperoleh efektifitas, efisien, dan daya tarik pembelajaran.
strategi
pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang digunakan, termasuk jenis media
yang digunakan, materi yang diberikan dan metodologi yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Diharapkan siswa dapat mendapatkan
pengalaman yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan,
yaitu adanya perubahan tingkah laku. Dengan kata lain strategi pembelajaran
adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh instruktur dengan sengaja (seperti
metode, sarana dan prasarana, materi, media, dan sebagainya), agar siswa di
fasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan.
Tekhnik
pembelajaran merupakan salah satu kompenen system pembelajaran yang dipilih dan
dilaksanakan oleh guru dengan jalan mengkombinasikan lima komponen system pembelajaran, yaitu yang
terdiri atas orang, pesan, bahan, alat, dan lingkungan, agar tercipta tujuan
belajar.
- Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa
- Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam kegiatan
pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Pada setiap kegiatan pembelajaran terlebih dahulu harus dirumuskan
tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran harus bersifat “behavioral” atau
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, dan “measurable” atau dapat diukur.
Dapat diukur artinya dapat dengan tepat dinilai apakah tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dicapai atau belum. Di
sinilah letak pentingnya strategi pembelajaran, yaitu menentukan semua
langkah dan kegiatan yang perlu
dilakukan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Hal ini
dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah tentukan
pada awal kegiatan pembelajaran.[3]
Pembelajaran bahasa Arab di
perguruan tinggi melibatkan dua aspek penting yaitu aspek teoritis dan aspek
praktis. Keduanya memiliki peranan yang saling melengkapi. Kemampuan teoritis
harus ditopang dengan kemampuan praktis, demikian juga kemampuan praktis harus
didasari pada kemampuan teoritis.[4]
Strategi
pembelajaran sebagai suatu pendekan menyeluruh oleh Romiszowski (1981)
dibedakan menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan
diskoveri (penemuan). Kedua strategi itu dapat dipandang sebagai dua ujung yang
berlawanan dalam suatu kontinum strategi. Di antara kedua ujung itu terdapat
sejumlah strategi lain.
Strategi
ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan informasi. Pada garis besarnya
pemrosesan informasi (information processing learning) menjelaskan proses
belajar sebagai berikut:
- pembelajaran menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh.
- terjadi pemahaman pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang diberikan.
- Pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus.
- Terbentuknya tindakan pada diri pembelajar, yang merupakan hasil pengolahan prinsip/dalil dalam situasi yang sebenarnya.
Penerapan
strategi ekspositori ini berlangsung sebagai berikut:
- Informasi disajikan pada pembelajar.
- diberikan test penguasaan, serta penyajian ulang bilamana dipandang perlu.
- diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal, dengan jumlah dan tingkat kesulitan yang bertambah.
- diberikan kesempatan penerapan informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
Strategi
diskoveri didasarkan pada teori pemrosesan pengalaman, atau disebut pula teori
belajar berdasarkan pengalaman(experiential learning). Pada garis besarnya
proses belajar menurut teori ini berlangsung sebagai berikut:
- Pembelajar bertindak dalam suatu peristiwa khusus.
- Timbul pemahaman dalam diri pembelajar atas peristiwa khusus itu.
- Pembelajar menggeneralisasikan peristiwa khusus itu menjadi suatu prinsip umum.
- Terbentuknya tindakan pembelajar yang sesuai dengan prinsip itu dalam situasi atau prinsip baru.
Penerapan
strategi diskoveri ini berlangsung dengan langkah-langkah berikut:
- Diberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berbuat dan mengamati akibat suatu tindakan.
- Diberikan tes pemahaman tentang adanya hubungan sebab akibat serta diberikan kesempatan ulang untuk berbuat bilamana dipandang perlu.
- Diusahakan terbentuknya prinsip umum dengan latihan pendalaman dan pengamatan tindakan lebih banyak.
- Diberikan kesempatan untuk penerapan informasi yang baru dipelajari dalam situasi yang sebenarnya.
Strategi
ekspositori erat sekali kaitannya dengan pendekatan deduktif, dan strategi
diskoveri dengan pendekatan induktif. Namun, meskipun secara konseptual
strategi instruksional itu dapat dibedakan, dalam praktik sering digabungkan. Para pendidik cenderung lebih banyak menggunakan strategi
ekspositori karena ditinjau dari pertimbangan waktu lebih hemat, dan lebih mdah
dikelola.
Pemilihan strategi
dengan segala pertimbangannya tidak seyogianya dibebankan pada dosen
sendiri-sendiri, melainkan secara bersama, atau bahkan oleh suatu tim khusus.
Pemilihan itu merupakan keputusan kebijakan yang bersifat nasional ataupun
institusional.
- Unsur-unsur Strategi Pembelajaran Bahasa.
Setiap
rumusan strategi pembelajaran mengandung sejumlah unsure atau komponen.
Kombinasi di antara unsure-unsur itu boleh di katakana tidak terbatas.
Unsure-unsur yang lazim terdapat dalam rumusan strategi pembelajaran adalah:
1.
Tujuan umum yang ingin di capai;
misalkan meningkatkan minat membaca, meningkatnya motivasi untuk belajar bahasa
Arab
2.
Teknik; berbagai macam cara yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan umum. Pada umumnya merupakan penggabungan
dari beberapa teknik sekaligus, misalnya ceramah, mendongeng, simulasi, dan
permainan.
3.
Pengorganisasian kegiatan
belajar-mengajarmeliputi pengorganisasian mahasiswa, dosen, dan tenaga
kependidikan lain.
Siswa dapat
diorganisasikan secara kualitatif, yaitu:
-
pengelompokan berdasarkan
minat/pilihan
-
pengelompokan homogen
-
pengelompokan berdasarkan
kemampuan
-
pengelimpokan acak/heterogen
dan
pengorganisasian berdasarkan pertimbangan kuantitatif, yaiut:
-
pengelolaan pengajaran massa
-
pengelolaan kelompok besar (50
orang ke atas)
-
pengelompokan kelompok sedang
-
pengelolaan perorangan
4.
Peristiwa pembelajaran, yaitu
penahapan dalam melaksanakan proses pembelajaran termasuk usaha yang perlu
dilakukan dalam tiap tahap, agar prose situ berhasil.
Secara garis besar meliputi langkah-langkah berikut:
a.
Persiapan misalnya: dengan cara
memikat perhatian, membangkitkan minat, memberitahukan tujuan.
b.
Penyajian misalnya: dengan
merangsang ingatan atas pelajaran sebelumnya, menyajikan rangsangan baru,
membimbing pemahaman, melatih penguasaan, memberikan umpan balik
c.
Penyampaian misalnya: dengan
menilai penguasaan, memberikan penguatan.
- Urutan belajar, yaitu penehapan isi ajaran yang diberikan agar lebih mudah dipahami.
- Penilaian, yaitu dasar dan alat (instrument) yang digunakan untuk mengukur usaha dan atau hasil belajar.
- Tempat atau latar adalah lingkungan di mana proses belajar-mengajar berlangsung.
- Waktu; jumlah dan saat/jadwal berlangsungnya proses belajar-mengajar kalau jumlah waktunya ketat dan terbatas, seringkali guru cenderung untuk menghabiskan materi pelajaran, dengan menghiraukan pemahaman atas materi itu. Sebaliknya kalau pemahaman yang diutamakan, maka waktunya perlu luwes. Jadwal pada pagi hari pada umumnya masih didukung oleh kesegaran fisik dan mental, sedang pada siang atau sore hari kondisi mental dan fisik sudah menurun.
Jelaslah bahwa
menentukan suatu strategi secara menyeluruh bukanlah merupakan pekerjaan yang
mudah. Dalam suatu lembaga pendidikan dan pelatihan, biasanya strategi ini
ditentukan oleh pimpinan bidang akademik, bekerja sama dengan para
guru/instruktur yang berpengalaman. Meskipun demikian, ada unsure-unsur
strategi yang perlu diperhatikan oleh masing-masing guru/instruktur dalam
membina pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. [5]
- Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam
merumuskan langkah-langkah pembelajaran bahasa arab, maka kita harus mengetahui
tujuan, pendekatan dan metode yang dipilih terlebih dahulu. Menurut Abdullah,
M.Ag. yang dikutip dari tulisan yang berjudul Model Pembelajaran Bahasa Arab di
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS), tujuan pembelajaran bahasa Arab
yang dipandang realistis dan konkrit adalah memahami subtansi yang diekpresikan
dengan bahasa Arab melalui struktur dalam bahasa Indonesia yang notabenenya
lebih dekat dengan dunia mahasiswa PTAIS. Dengan kalimat lain, pengembangan
kemampuan menganalisis struktur bahasa Arab dan keterampilan mencari padanannya
dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan tujuan diatas pendekatan yang dianggap relevan untuk pembelajaran
bahasa Arab PTAIS adalah pendekatan structural dan gramatikal dan pendekatan
yang telah dipilih tidak berhasil kalau tidak diwujudkan dalam langkah-langkah
konkrit. Sesuai dengan pendekatan yang dipilih, metode pengajaran bahasa arab
yang sementara ini dipandang relevan dan efektif adalah metode gramatika dan
tarjamah (Thariqah al-qawa’id wa al-Tarjamah).[6]
Adapun
langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pembelajaran bahasa arab dengan
metode tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menetapkan dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas, konkrit, dan fungsional.
2.
Merancang dan menetapkan
materi-materi yang hendak dikembangkan melalui latihan membedah struktur
bahasa, baik latihan individual maupun kelompok.
3.
Pembagian tugas individual dan
kelompok sesuai dengan “kontrak kerja”.
4.
Mendiskusikan masalah-masalah
kebahasaan dalam teks-teks yang telah ditetapkan.
5.
Diskusi kelas dengan presentasi
hasil diskusi kelompok berupa alih bahasa, lalu diikuti dengan Tanya jawab,
dialog, dan beberapa analisis kesalahan mengalih-bahasakan.
6.
Pada tatap muka yang bukan untuk
diskusi juga dugunakan untuk pembinaan dan pengembangan keterampilan
mengalih-bahasakan dengan penekanan pada pengenalan dan penggunaan pola-pola
kalimat dan pemaknaan kosakata dalam konteks kalimat.
7.
Dipekenalkan aspek-aspek
morfologis, sintaksis, dan semantic bahasa Arab serta padanannya dalam bahasa Indonesia.[7]
III. PENUTUP
Strategi
pembelajaran bahasa merupakan pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu
system pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan demi
mencapai tujuan umum pembelajaran.
Selain
itu strategi dan langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab harus realistis dan
kongkrit berdasarkan tujuan, serta relevan dengan pendekatan dan metode
pembelajaran bahasa Arab.
[1]
http://www.ppkb.ugm.ac.id/pdf/inno/zulfa.pdf
[2]
Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media,
2005) h.528
[3]
Dewi Salma Prawiradilaga, Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan,
(Jakarta:
Prenada Media, 2007) H.4
[4]
http://www.ppkb.ugm.ac.id/pdf/inno/zulfa.pdf
[5]
Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, h. 530-535
[6]
Abdullah, “ Model Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Swasta”,
Koordinat, vol. 2, no. 1, 2001, h. 11-14
[7]
Abdullah, “ Model Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Swasta”, h.14-15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar