Komplikasi rasa
kecewa kerap menjelma laksana sayatan sembilu, mengiris-iris seluruh komponen
vital dalam jiwa, dan membuat dunia ini serasa akan runtuh seketika. Saat kamu tau,
kamu bukanlah satu-satunya wanita yang ada dihati orang yang kamu sayang (parahnya
ia lebih memilih meninggalkanmu dibanding wanita itu?!); atau dengan sebab
tertentu yang menjadikan orang yang kamu sayang pergi begitu saja; atau
hubungan yang terjalin lama harus putus karena dibina tanpa restu orang
tua..dan masih banyak lagi. Sakit yang amat sangat itu memungkin kamu merasa
bahwa hidupmu akan berakhir saat itu juga. Namun jangan berpikir ‘bodoh’ dengan
larut dalam kekecewaan. Yakinlah apa yang terjadi saat itu bukanlah akhir dari
segalanya, tapi awal dari sebuah kehidupan bahagia, hidup yang lebih hidup.
Problematika
Penyebab Rasa kecewa yang ada dalam diri seseorang adalah karena ketidakselarasan
antara harapan dan kenyataan yang terjadi. Harapan yang berwujud keyakinan
terhadap seseorang berbeda dengan realita yang terjadi. kecewa itu manusiawi,
karena kita manusia, kita mampu merasakan kecewa. segala perasaan, baik
bahagia, sedih, kecewa, marah, dll. yang mampu kita rasakan adalah salah satu
anugrah Ilahi, dan merupakan indikator bahwa hati kita masih berfungsi dengan
baik.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Kecewa merupakan hal yang sangat wajar, karena
apa yang telah tertanam dan menjadi keyakinan, jika tercerabut begitu saja akan
meninggalkan luka. Yang membuat rasa kecewa menjadi tak wajar adalah cara
seseorang dalam menyikapi kekecewaan tersebut. Stres hingga depresi yang
membawa seseorang tak menggunakan akal sehat, hingga memutuskan untuk menyakiti
diri sendiri dengan minum racun, bahkan bunuh diri. Naudzubillah..! Entah apa
yang ada dipikiran orang tersebut ketika berbuat demikian? Tidakkah terpikir
olehnya bayang-bayang orang-orang terdekat yang selalu ada disampingnya. Orang
tua, keluarga, saudara, sahabat, teman-teman, bahkan masa depannya kelak yang
masih panjang?. Padahal Pada saat itu kita hanya kehilangan satu orang. Itu juga orang yang mungkin menurut Tuhan tidak baik untukmu..!
Pada umumnya, manusia sangat fokus ketika kehilangan suatu nikmat tertentu, hingga
mengabaikan nikmat Allah lainnya. Dari Nikmat jasmaniah seperti bernafas,
memiliki jasmani yang tidak cacat, hingga nikmat batiniah berupa kasih sayang
dari orang tua dan segenap keluarga serta sahabat, yang keseluruhannya
merupakan karunia Allah yang diakui atau tidak kerap terlupakan ketika kekecewaan
atau patah hati mendera. Atau kecewa pun bisa dijadikan alasan seseorang tuk
menyakiti orang lain.
لا يكلّف الله نفسا
إلاّ وسعها لها ما كسبت وعليها ما اكتسبت..
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah: 286)
Jelas sekali,
telah tercantum dalam Al-Qur’an bahwasanya segala apa yang terjadi pada setiap
diri manusia, tidak lain dan bukan, karena manusia itu mampu mengembannya.
Termasuk yang terjadi pada seseorang yang kecewa atau patah hati. Mungkin Allah
sedang memberi pelajaran berharga, seperti ketika kepercayaanmu dalam konteks
setia dikhianati, maka –Ia memberi pelajaran padamu agar lebih setia pada
pasangan dan lebih dapat menjaga kepercayaan yang dipercayakan padamu; atau
kekecewaan ketika apa yang kamu lakukan selalu tidak dihargai, sesungguhnya -Ia
sedang mengajarkan padamu arti kesabaran dan agar kamu dapat lebih menghargai
orang lain; sama ketika kamu berusaha untuk memahami orang lain tapi orang lain
tidak memberi timbal balik yang serupa, sesungguhnya -Ia sedang mengajarkan manisnya
keikhlasan sekaligus agar kau lebih membuka pintu hatimu untuk memahami orang
lain. dan bukan menyikapinya dengan aksi balas dendam.
Tuhan sang
pemilik misteri kehidupan. Ia selalu menganugrahkan pada hamba-Nya segala
sesuatu yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Setiap yang terjadi pada diri
manusia terdapat hikmah didalamnya. Meskipun kita tidak dapat melihat hikmah
dibalik peristiwa saat itu juga, akan tetapi jika kita mengambil pelajaran dan
bersabar, cepat atau lambat kita akan mengetahui nikmat dibalik peristiwa yang
kita anggap penderitaan tersebut. Berbaik sangka terhadap Allah dapat memberi
kekuatan tersendiri, bahwa -Sang Sutradara sedang mempersiapkan kehidupan yang
lebih indah.
Peristiwa demi
peristiwa yang terjadi laksana harmonisasi kehidupan, melengkapi satu sama
lain, alunan-alunan peristiwa tersebut menitikkan goresan-goresan tinta warna-warni.
Tak indah jika hidup hanya di isi dengan bahagia, dan tak mungkin hidup hanya
terdiri dari penderitaan. Semuanya terdapat porsi masing-masing. Dan kembali
pada manusia menyikapinya. Jika setiap peristiwa diterima dengan rasa syukur,
niscaya harmoni apapun yang mengalun, hanya akan disikapi dengan rasa syukur
tanpa menyisakan ruang untuk su’udzan terhadap-Nya. Man ‘arafallah azala
at-tuhmah - fa-qa la kullu fi’lihi bil
hikmah, barangsiapa yang mengenal Allah maka ia akan menghilangkan
rasa suudzan terhadap-Nya, dan akan berkata bahwa setiap peristiwa yang terjadi
mengandung HIKMAH. (NZ)
**Sebuah pesan
sederhana namun amat mendalam dari Ayahanda: “cintai makhluk-Nya dengan
sekedarnya saja, jangan melebihi kecintaanmu pada -Sang Khaliq, dan jangan
berharap berlebihan kecuali hanya kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar