Oleh: Nita Zakiyah, M.A
I.
Pendahuluan
Bahasa bertipe fleksi memiliki struktur yang sangat
kompleks, salah satunya dibuktikan dengan adanya kategori-kategori infleksional
bahasa seperti jumlah, gender, dan kasus untuk kelas nomina, sedangkan jumlah,
gender, kasus, kala, modus dan aspek untuk kelas verba. Seperti yang ditemukan
dalam struktur bahasa Arab –selanjutnya disingkat BA, kategori-kategori
infleksional tersebut berperan penting dalam gramatikal yang membentuk struktur
yang utuh dalam suatu bahasa, seperti yang terjadi pada struktur BA.
Salah satu kategori infleksional dalam BA adalah kasus,
perubahan kasus dalam BA hanya ditemukan pada nomina dan verba, karena pada
partikel tidak ditemukan perubahan kasus (mabnī). Adapun
yang menjadi perhatian penulis adalah perubahan kasus pada verba.
Verba berdasarkan kala, dibedakan menjadi tiga: verba
perfek (fi’il mādī) untuk perbuatan yang telah dikerjakan/lampau, verba
imperfek (fiil mud}āri’) untuk
perbuatan yang akan dilakukan pada masa sekarang atau yang akan datang, dan
verba imperatif (fi’il amr) yang berfungsi untuk memerintah. Pada verba
perfek dan verba imperatif tidak ditemukan perubahan kasus, karena kasus pada
kedua verba tersebut adalah tetap (mabnī),
sedangkan kasus pada verba imperfek bisa berubah-ubah berdasarkan partikel yang
mendahului verba (Ismail, 1991:64-86), misalnya:
-
Nominatif (rafa’) :
يَنْزِلُ الْمَطَرُ
[yanzilu al-mat}aru]
“hujan akan/sedang turun”
-
Akusatif (nasb) :
لَنْ أَضْرِبَ الْقِطَّ
[lan ad}riba al-qit}t}a]
“saya tidak akan memukul
kucing”
-
Jusif (jazm) :
لَمْ يَحْفَظْ تِلْمِيْذٌ دَرْسَهُ
[lam yahfaz} tilmīz|u
darsahū]
“murid itu belum menghafal
pelajarannya”
Perubahan-perubahan kasus di atas merupakan perubahan
kasus yang terjadi pada verba imperfek, perubahan kasus terjadi karena terdapat
partikel pengubah kasus yang terletak sebelum verba.
Dengan demikian akan dikaji perubahan-perubahan kasus
pada verba imperfek beserta partikel pengubah yang menjadi penyebab utama
perubahan kasus dalam verba tersebut.
II.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perubahan kasus yang terjadi pada verba imperfek?
2.
Apa saja partikel yang berperan dalam perubahan kasus
pada verba imperfek?
III.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.
Mengetahui perubahan kasus yang terjadi pada verba
imperfek
2.
Mengetahui partikel-partikel yang berperan dalam
perubahan kasus pada verba imperfek
Adapun Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam memahami perubahan kasus beserta partikel pengubah kasus pada
verba imperfek, sehingga dapat memberi pengetahuan bagi pembelajar bahasa Arab
yang ingin lebih mengetahui lebih mendalam mengenai perubahan kasus pada verba
imperfek serta partikel pengubahnya.
IV.
Landasan Teori
a.
Verba Imperfek
Dalam nahwu al-wad}ih verba imperfek (fi’il
mud}ari’) merupakan verba yang menunjukkan waktu kini atau yang akan datang,
pada awal kata dalam verba imperfek harus mulai dengan salah satu huruf mud}āra’ah yaitu: hamzah ( أ ), nūn ( ن ), yā ( ي
), dan tā’ ( ت ).
الفعل المضارع هو كلّ فعل
يدلّ على حصول عمل في الزمن الحاضر أو المستقبل، ولا بدّ أن يكون مبدوءا بحرف من
أحروف المضارعة وهي الهمزة و النون والياء والتاء.
“verba imperfek adalah setiap verba
yang menunjukkan perbuatan yang dilakukan pada waktu sekarang atau waktu yang
akan datang, verba imperfek harus dimulai dengan salah satu huruf mud}ara’ah yaitu
hamzah ( أ ), nūn ( ن ), yā ( ي ), dan tā’ ( ت ).”
Huruf Hamzah bermakna pronomina orang pertama anā “saya”,
seperti pada kata akar jalasa “duduk” pada verba imperfek menjadi ajlisu
“saya sedang/akan duduk”; huruf nūn bermakna pronomina orang pertama jamak nahnu
“kami” → najlisu “kami sedang/akan duduk”; huruf yā
bermakna pronomina orang ketiga tunggal, dual, dan jamak: huwa “dia lk
(tunggal)” → yajlisu “dia lk sedang/akan duduk”, humā “dia lk
(dual)” → yajlisāni “dia dua orang lk sedang/akan duduk”, hum “dia
laki-laki (jamak)/mereka” → yajlisūna “mereka (lk) sedang/akan duduk”, dan hunna “dia pr
(jamak)” → yajlisna “kalian pr sedang/akan duduk”; huruf tā’ bermakna pronomina orang ketiga tunggal dan dual serta
orang kedua tunggal, dual, dan jamak, yaitu: hiya “dia pr (tunggal)” → tajlisu “dia pr
sedang/akan duduk”, huma “dia pr (dual)” → tajlisāni “dua orang pr sedang/akan duduk”, anta “kamu
laki-laki” → tajlisu “kamu lk sedang/akan duduk”, antumā “kamu lk
(dual)” → tajlisāni “kamu (dua orang lk) sedang/akan duduk”, antum “kalian
(lk)” → tajlisūna “kalian (lk) sedang/akan duduk”, anti “kamu pr” → tajlisīna “kamu pr sedang/akan duduk”, antumā “kamu
(dua orang pr) sedang/akan duduk” → tajlisāni “dua
orang pr sedang/akan duduk”, antunna “kalian pr” → tajlisna “kalian
pr sedang/akan duduk” (Isma’i, 1996: ب ).
b.
Kasus
Menurut Kridalaksana (2008:108), kasus adalah kategori
gramatikal dari nomina, frase nomina, pronomina, atau adjektiva yang
memperlihatkan hubungannya dengan kata lain dalam konstruksi sintaksis. Namun
pada BA kasus juga bisa ditemukan pada verba. Penanda kasus pada verba imperfek
BA adalah sebagai berikut: penanda nominatif (rafa’) adalah d}ammah,
penanda kasus akusatif (nasb) adalah fathah, dan penanda kasus
jusif (jazm) adalah sukūn. Fathah adalah tanda bunyi [a] pada aksara Arab,
berupa garis miring kecil ( َ) yang dituliskan di atas konsonan; d}amma
adalah tanda bunyi [u] pada aksara Arab berupa ( ُ ) yang dituliskan di atas konsonan;
sedangkan kasrah adalah tanda bunyi [i] pada aksara Arab, berupa garis miring
kecil ( ِ ) yang dituliskan di atas konsonan.
V.
Metode Penelitian
Sudaryanto dalam bukunya Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa (1993) menyebutkan bahwa kurun pemecahan masalah
dalam sebuah penelitian bahasa setidaknya meliputi tiga tahapan yaitu: tahap
penyedian data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.
Ketiga tahap itu mempunyai metodenya masing-masing.
a)
Tahap Penyediaan
Data
Langkah
penelitiaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyediakan data. Data
dimaksud pada dasarnya adalah bahan jadi penelitian. Dikatakan sebagai bahan
jadi penelitian karena dengan bahan jadi penelitian itulah metode dan
teknik-teknik analisis data dapat diterapkan. Yang menjadi bahan penelitian
adalah buku–buku gramatikal BA. Setelah bahan jadi tersedia,
dilakukan pencatatan atas bahan jadi pada kartu data. Pencatatan ini dengan
menggunakan transkripsi ortografis. Kemudian peneliti melakukan
pengklasifikasian data sesuai dengan masalah yang menjadi pokok penelitian.
b)
Tahap Analisis
Data
Setelah tahap
penyedian data selanjutnya dilakukan tahap analisis data sebagai langkah kedua.
Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode agih. Metode agih merupakan
suatu metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri, yaitu bahasa Arab
dalam penelitian ini (Sudaryanto, 1993: 15).
Teknik pada metode agih yang digunakan adalah
teknik bagi unsur langsung (selanjutnya disebut BUL) sebagai teknik dasarnya, dengan teknik
lanjutan berupa teknik ganti, parafrase, dan baca markah. Teknik BUL dianggap sebagai teknik dasar karena cara yang
digunakan pada awal analisis adalah membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang
langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto,1993: 31). Teknik
ini bertujuan untuk memperjelas fungsi masing-masing unsur dalam
kalimat.
c)
Tahap Penyajian
Hasil Analisis Data
Dalam tahap ini
peneliti menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam wujud laporan
tertulis mengenai sesuatu yang telah peneliti hasilkan dari kerja analisis,
khususnya kaidah. Analisis akan disajikan dalam bentuk laporan informal, yaitu
laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).
VI.
Pembahasan
Adapun kasus pada verba imperfek ada tiga yaitu
nominatif, akusatif, dan jusif. Berikut akan dibahas perubahan-perubahan kasus
beserta partikel yang menyebabkan berubahnya kasus pada verba imperfek.
1.
Nominatif
Kasus nominatif pada verba imperfek terjadi jika tidak
didahului oleh partikel apapun yang menjadikan verba berkasus akusatif ataupun
jusif, misalnya pada kalimat berikut:
1)
يَنْبَحُ الْكَلْبُ
Yanbah}u al-kalbu
“anjing itu sedang/akan menyalak”
2)
تَذْبُلُ
الْوَرْدَةُ
taz|bulu al-wardatu
“bunga mawar itu akan layu”
3)
أَغْسِلُ يَدَيَّ
aghsilu yadayya
“saya sedang/akan mencuci tangan”
4)
نَلْعَبُ
بِالْكُرَّةِ
nal’abu bil-kurrati
“kami sedang/akan main bola”
Pada keempat contoh di atas menunjukkan verba imperfek
nominatif yang ditandai dengan d}amma diakhir kata.
2.
Akusatif
Verba imperfek berkasus akusatif jika didahului oleh
partikel tertentu yaitu اَنْ an “agar/untuk”, لَنْ lan “tidak
akan”, إِذَنْ iz|an “oleh
karena itu”, dan كَيْ kay
“supaya, agar”. Kasus akusatif pada BA ditandai dengan huruf berharakat fathah
diakhir kata.
Namun kasus akusatif tidak selalu ditandai dengan fathah,
namun pada lima verba imperfek (af’al khamsah) yaitu verba yang akhir
katanya dilekati oleh alif tas|niyah (untuk menunjukkan dual) seperti
pada verba: (1) يَكْتُبَانِ yaktubāni “mereka
dua orang laki-laki sedang menulis” jika berkasus akusatif menjadi → يَكْتُبَا yaktubā, (2) تَكْتُبَانِ taktubāni
“kalian dua orang pr sedang/akan menulis” jika
berkasus akusatif menjadi → تَكْتُبَا taktubā; huruf yā sebagai kata ganti orang
kedua (yā mukhātabah) (3) تَكْتُبِيْنَ taktubīna “kamu
(pr) sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif menjadi → تَكْتُبِيْ taktubī; dan huruf waw
untuk menunjukkan jamak (waw jamā’ah) (4) يَكْتُبُوْنَ yaktubūna “mereka lk
sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif
menjadi → يَكْتُبُوْا yaktubū, dan (5) تَكْتُبُوْنَ taktubūna “kalian lk
sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif
menjadi → تَكْتُبُوْا taktubū. Pada lima verba di atas, akusatifnya
ditandai dengan menghilangkan nūn di akhir kata.
Penggunaan dari partikel-partikel yang menjadikan verba
imperfek akusatif akan dibahas satu persatu sebagai berikut:
v
اَنْ [an]
An
merupakan salah satu partikel yang bisa terletak sebelum verba imperfek dan
menjadi faktor utama berubahnya kasus dari nominatif menjadi akusatif
(menasabkan) dan berfungsi untuk menunjukkan waktu yang akan datang (istiqbāl). Contohnya:
5)
[النساء:28] يُرِيْدُ اللهُ أَنْ
يُخَفِّفَ عَنْكُمْ
yurīdullah an
yukhaffifa ‘ankum [an-nisā’:28]
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu”
6)
أَرْجُوْا أَنْ يَعْتَدِلَ
الْجَوّْ
Arjū an
ya’tadilal jawwu
“saya berharap udara ini akan menjadi segar”
Pada contoh 5 dan 6 merupakan contoh verba imperfek
akusatif yang didahului oleh partikel an: an yukhaffifa “hendak
memberikan keringanan” dan an ya’tadila “akan menjadi segar”, ditandai
dengan fathah diakhir kata. Kedua verba imperfek akusatif tersebut berasal
dari yukhaffifu dan ya’tadilu (nominatif).
Partikel ini disebut juga sebagai partikel mas}dariyah
karena kalimat yang menggunakan partikel ini bisa dita’wil dengan menggunakan mas}dar
(verba nominal), seperti pada contoh 5 di
atas yang memiliki ta’wil mas}dar:
يُرِيْدُ اللهُ
التَّخْفِيْفَ عَنْكُمْ
yurīdullah
at-takhfīfa ‘ankum
Pada verba yang
kasus akusatifnya tidak ditandai dengan fathah yaitu lima verba (af’al
khamsah), jika didahului oleh an maka dengan menghilangkan nūn diakhir kata,
seperti:
7)
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكْوْا... العنكبوت: 2
Ah}asibannās an
yutrakū [al-‘ankabūt:2]
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan"
Asal kata pada verba imperfek contoh 7 adalah يُتْرَكْوْنَ yutrakūna, karena
didahului oleh partikel pengubah kasus an dan akusatifnya ditandai
dengan menghilangkan nūn diakhir
kata.
v
لَنْ [lan]
Lan “tidak
akan” merupakan partikel negatif yang bermakna pengingkaran terhadap suatu
perbuatan yang akan dilakukan di masa mendatang yang biasanya di dahului oleh
partikel sa dan
saufa yang keduanya bermakna gramatikal “akan” seperti kata sa’ajlisu
“saya akan duduk” menjadi lan ajlisa “saya tidak akan duduk”; partikel
inipun berfungsi sebagai pengubah kasus menjadi akusatif yang menunjukkan waktu
akan datang (istiqbāl).
Seperti contoh-contoh berikut:
8)
لَنْ أَكْذِبَ
Lan akz|iba
“saya tidak akan berbohong”
9)
لَنْ يَخْلُقُوْا
ذُبَابٌا..الحج: 73
Lan yakhluqū z|ubāban
[al-H}ajj:2]
“sekali-kali mereka tidak dapat menciptakan seekor
lalatpun”
Pada contoh 8, lan berfungsi mengubah kasus verba
imperfek menjadi akusatif, kasus nominatif dari verba tersebut adalah akz|ibu
“saya sedang/akan berbohong”, atau jika ditambah dengan partikel sa
menjadi sa’akz|ibu “saya akan berbohong”. Berbeda dengan contoh nomor 9,
partikel lan pada contoh 10 merupakan kombinasi partikel [لاَ] lā negasi
“tidak” dan [اَنْ] an yang merupakan partikel pengubah
kasus pada verba imperfek (sebagaimana yang telah dibicarakan sebelumnya), hamzah
pada partikel an dihilangkan sehingga menjadi satu partikel yang
berfungsi untuk menunjukkan makna peniadaan suatu perbuatan pada masa yang akan
datang yaitu “mereka tidak akan mampu menciptakan lalat meskipun hanya seekor
saja”.
v إِذَنْ [iz|an]
Partikel iz|an “oleh karena itu” adalah salah satu
pengubah kasus verba imperfek menjadi akusatif, merupakan partikel yang
mengiringi verba imperfek yang bertujuan untuk menjawab bagian kalimat
sebelumnya. Sebagaimana dua partikel sebelumnya, partikel ini pun berfungsi
untuk menunjukkan waktu yang akan datang (istiqbāl). Seperti contoh di bawah ini:
10)
سَأُغْلِقُ النَّوَافِذَ إِذَنْ يَفْسُدَ الهَوَاءُ
Sa’ughliqun nawāfiz|a,
iz|an yafsudal hawā
“saya akan menutup
jendela-jendela, oleh karena itu hawa (ruangan) akan pengap”
Pada contoh 10 kalimat yang didahului oleh partikel iz|an
merupakan klausa, karena merupakan bagian dari kalimat sebelumnya.
11)
سَأَزُوْرُ مَدِيْنَتَكُمْ
– إِذَنْ تُقِيْمُ عِنْدَنَا
Saa’zūru madīnatakum
– iz|an tuqīmu ‘indanā
“Saya akan datang ke kotamu; oleh karena itu, kamu akan
berada bersama kami”
Kalimat setelah partikel iz|an bisa berupa jawaban
atau respon seseorang dari pernyataan rekan bicaranya, sebagaimana pada contoh
11, إِذَنْ تُقِيْمُ عِنْدَنَا iz|an tuqīmu ‘indanā “oleh
karena itu, kamu akan berada bersama kami” merupakan respon dari kalimat
sebelumnya, yaitu سَأَزُوْرُ مَدِيْنَتَكُمْ Saa’zūru madīnatakum “Saya
akan datang ke kotamu”.
v كَيْ [kay]
Partikel kay “supaya, agar, untuk” merupakan salah
satu partikel yang bisa diletakkan sebelum verba imperfek dan berfungsi merubah
kasus menjadi akusatif (menasabkan).
12)
خَرَجْتُ كَيْ أَتَنَزَّهَ
Kharajtu kay atanazzaha
“saya keluar untuk bertamasya”
13)
أَتَعَلَّمُ كَيْ أَخْدُمَ
الْوَطَنَ
Ata’allamu kay akhdumal wat}ana
“saya belajar agar nanti dapat mengabdi pada tanah air”
Sebagaimana an, kay juga bisa dita’wil mas}dar,
contoh:
14)
جِئْتُ لِكَيْ أَتَعَلَّمَ
(akusatif) →
جِئْتُ لِتَعَلُّمِ
(mas}dar)
ji’tu likay ata’allama → ji’tu lita’allumi
“saya datang untuk belajar”
3.
Jusif
Verba imperfek berkasus jusif, berdasarkan partikelnya
dibedakan menjadi dua:
-
Partikel yang menjusifkan satu verba imperfek, seperti
partikel-partikel berikut:
(1) لم lam
“belum/tidak”
(2) لمّا lammā “belum”
(3) لام الأمر lāmul amri “lam
yang berfungsi untuk memerintah”
(4) لا
الناهية lā an-nāhiyah “la yang berfungsi untuk melarang”
Lam dan lammā merupakan dua partikel negasi (nafī) yang berfungsi untuk menjusifkan
(menjazmkan) verba setelahnya dan membalik waktu imperfek dan yang akan datang (future/istiqbāl) menjadi menjadi
verba yang bermakna lampau, misalnya:
لَمْ أَكْتُبْ
lam aktub “saya
tidak menulis”
لَمَّا أَكْتُبْ
lammā aktub “saya tidak menulis”
Maksud keduanya adalah → tidak menulis sejak zaman yang sudah lewat.
Perbedaan antara lam
dan lammā adalah:
Ø Partikel lam berfungsi menegasikan, bisa mutlak (dengan
kala yang terus menerus) namun bisa pula dengan kala yang bersifat temporer,
contohnya:
15)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
Lam yalid wa lam yūlad (QS Al-Ikhlas:3)
“Dia tiada beranak
dan tiada pula diperanakkan”
16)
لَمْ أَفْعَلْ ثُمَّ فَعَلْتُ
Lam af’al s|umma fa’altu
“saya tidak
mengerjakan, kemudian mengerjakan”
Pada contoh 15 menunjukkan partikel lam yang
bermakna negasi yang mutlak dan bersifat terus menerus, sedangkan pada contoh
16 menunjukkan partikel lam yang bermakna negasi yang temporer → lam af’al
“saya belum/tidak mengerjakan” → s|umma fa’altu
“kemudian mengerjakan.”
Sedangkan partikel lammā berfungsi untuk menafikan secara terus
menerus (istimrāru nafī) dari
kala lampau hingga saat sekarang (present), oleh karena itu tidak ada
susunan kalimat seperti لَمَّا أَفْعَلْ ثُمَّ فَعَلْتُ
lammā af’al s|umma
fa’altu “saya tidak mengerjakan kemudian mengerjakan”
Ø Lam bisa diletakkan sesudah partikel
syarat[1]
(adātus syart}i),
sedangkan lammā tidak bisa
diletakkan sesudah partikel syarat. Seperti:
17)
إِنْ لَمْ تَجْتَهِدْ تَنْدَمْ
In lam tajtahid tandam
“Apabila kamu
tidak bersungguh-sungguh maka akan menyesal”
In merupakan
partikel syarat yang diletakkan sebelum partikel lam. Namun in
tidak bisa diletakkan sebelum partikel lammā, seperti: إِنْ لَمَّا تَجْتَهِدْ تَنْدَمْ
in lammā tajtahid tandam merupakan susunan
yang salah.
Ø Verba imperfek yang
dijusifkan dengan lammā boleh dihilangkan, seperti pada kalimat berikut:
18)
قَارَبْتُ الْمَدِيْنَةَ
وَلَمَّا أَدْخُلْهَا
Qārabtul madīnata wa
lammā adkhulhā
“saya mendekati kota itu, dan saya tidak memasukinya”
Verba imperfek أَدْخُلْهَا adkhulhā pada kalimat di atas bisa dihilangkan tanpa mengurangi
pemahaman dari makna kalimat: ....قَارَبْتُ الْمَدِيْنَةَ
وَلَمَّا qārabtul
madīnata wa lammā... “saya
mendekati kota itu, dan saya tidak memasukinya.”
Sedangkan verba imperfek yang dijusifkan dengan lam
tidak boleh dihilangkan, kecuali dalam keadaan darurat, misalnya pada syair
berikut:
19)
إِحْفَظْ وَضِيْعَتَكَ
الَّتِي اسْتَوْدَعْتَهَا يَوْمَ
الأَعَازِبِ، إِنْ وَصَلْتَ وَإِنْ لَمْ
Ih}faz} wad}ī’atakal
latī istawda’tahā - yaumal ‘aāzibi, in
was}alta wa in lam
“jagalah barang titipanmu yang kamu telah titipkan, pada
saat jauh dari keluarga, jika engkau sampai, dan jika tidak.”
Lam amr (lam
imperatif) adalah partikel lam yang bermakna imperatif, misalnya pada ayat
dalam al-qur’an berikut:
20)
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ
(الطلاق: 7)
Liyunfiq z|ū sa’atin
min sa’atihi..(at}-t}alaq:7)
“hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya..”
Adapun lam nāhiyah adalah partikel yang bermakna menghendaki
ditinggalkannya suatu pekerjaan atau melarang. Seperti pada ayat berikut:
21)
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ
مَغْلُوْلَةُ إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ البَسْطِ فَتَقْعُدَ
مَلُوْمًا مَحْسُوْرًا (الإسراء:29)
Walā taj’al
yadaka maghlūlatan ilā ‘unuqika walā tabsut}hā kullal bast}i fataq’uda malūman mah}sūrā (al-isrā: 29)
“dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[2] karena
itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
-
Partikel yang menjusifkan dua verba imperfek. Ada tiga
belas partikel pengubah kasus yang menjusifkan dua verba, yaitu:
(1)
إِنْ in “jika”
Partikel in merupakan partikel yang menjusifkan dua verba
imperfek, dan merupakan induk dari partikel-partikel lain yang menjusifkan dua
verba imperfek, karena partikel lainnya menyimpan makna partikel in “jika”.
Seperti pada contoh berikut:
22)
مَنْ man
“barang siapa”→ salah satu partikel yang menjusifkan 2 verba
|
إِنْ in
“jika” → partikel induk yang menjusifkan 2 verba
|
مَنْ يَزُرْنِي اُكْرِمْهُ
Man
yazurnī ukrimhū
“barang siapa yang mengunjungi saya, maka saya akan
mulyakan dia”
|
إِنْ يَزُرْنِي أَحَدٌ
اُكْرِمْهُ
In
yazurnī ah}adun ukrimhū
“apabila ada seseorang yang
mengunjungi saya, maka saya akan mulyakan dia”
|
Oleh
karena itu, semua partikel syarat menyimpan makna partikel in.
Contoh lain dari partikel in adalah:
23)
إِنْ يُسَافِرْ أَخُوْكَ
تُسَافِرْ مَعَهُ
In yusāfir akhūka tusāfir
ma’ahū
“jika saudaramu pergi, maka pergilah engkau bersamanya”
24)
إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ
الْحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَاؤُهَا
In taftah} nawāfiz|al
hujrati yatajaddad hawā’uhā
“Jika kamu menbuka jendela-jendela kamar itu, maka
udaranya akan berganti baru”
(2)
إِذْمَا iz|mā “jika, kalau”
Partikel iz|mā merupakan gabungan
dari partikel z|ā z}arfiyah (adverb/keterangan)
da mā (partikel
tambahan yang berfungsi untuk menguatkan/lit taukīd). Partikel iz|mā juga mengandung
makna dari partikel in.
Ada sebagian
linguis Arab yang berpendapat bahwa iz|mā tidak dapat
menjusifkan kecuali dalam keadaan darurat seperti iz|mā yang ada pada syi’ir
berikut:
25)
وَإِنَّكَ إِذْمَا تَأْتِ مَا أَنْتَ آمِرٌ بِهِ تُلْفِي مَنْ إِيَّاهُ تَأْمُرُ آتِيًا
Wa innaka iz|mā ta’tī mā anta āmirun
bihī tulfī man iyyāhu ta’muru ātiyan
“sesungguhnya jika
kamu mengerjakan sesuatu yang kamu perintahkan, maka kamu siapa pun akan
melaksanakan apa yang kamu perintah.”
Bahkan linguis
Arab seperti Imam Al-Mubarrid, Ibnulsiraj, dan Al-Farisy berpendapat bahwa iz|mā adalah nomina
bukan partikel, karena iz|mā berfungsi sebagai z}araf (adverb).
Partikel iz|mā pengubah kasus
jusif juga tidak banyak ditemukan, iz|mā yang banyak ditemukan
adalah iz|mā yang tidak
memiliki fungsi untuk menjusifkan, namun ia tidak berfungsi merubah kasus (mulghah
“tidak berfungsi apa-apa”).
(3)
مَنْ man “siapa,
barang siapa”
Man adalah partikel yang ditujukan untuk sesuatu yang
berakal (‘āqil),
contoh:
26)
مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
Man yazra’ yah}shud
“barang siapa yang menanam, ia akan menuai”
27)
مَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا
يُجْزَ بِهِ (النساء:123)
Man ya’mal sūa’n
yujza bihī
(An-nisā:123)
“barang siapa yang
melakukan keburukan, maka ia akan dibalas sesuai dengan keburukannya tersebut.”
(4)
مَا mā “apa”
Jika man ditujukan pada sesuatu yang berakal, maka
partikel mā ditujukan untuk sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
28)
وَمَا تَعْمَلُوْا مِنْ
خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ (البقرة :198)
Wa mā ta’malū min
khairin ya’lamhullahu (Al-Baqarah: 198)
“...dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya...(Al-baqarah:198)
(5)
مَهْمَا mahmā “bagaimanapun, apapun,
bilamana”
Sebagaimana mā, mahmā juga
ditujukan kepada sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
29)
(#qä9$s%ur $yJôgtB $uZÏ?ù's? ¾ÏmÎ/ ô`ÏB 7ptƒ#uä $tRtysó¡tFÏj9 $pkÍ5 $yJsù ß`øtwU y7s9 šúüÏZÏB÷sßJÎ/
)الأعراف:132)
Waqālū
mahmā ta’tinā bihī min āyatin litashh}aranā
bihā famā nah}nu laka bimu’minīna (Al-A’rāf: 132)
“mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan
kepada Kami untuk menyihir Kami dengan keterangan itu, Maka Kami sekali-kali
tidak akan beriman kepadamu.”
Ada yang berpendapat bahwa partikel mahmā
merupakan susunan dari:
-
مَا mā → yang mengandung makna syarat.
Namun adapula yang berpendapat bahwa partikel mahma
tersusun dari:
-
مَا mā → mā syartiyah (yang
mengandung makna syarat)
-
مَا mā → mā zāi’dah lit-taukīd (yang berupa
tambahan dan berfungsi sebagai penegas)
(6)
مَتَى matā “kapan”
Matā merupakan partikel yang menunjukkan waktu (ism zaman)
dan mengandung arti syarat, seperti pada syi’ir berikut:
30)
مَتَى تَأْتِهِ تَعْشُوْ إِلَى
ضَوْءِ ناَرِهِ تَجِدْ خَيْرَ ناَرٍ عِنْدَهَا
خَيْرَ مُوْقِدٍ
Matā ta’tihī ta’syū ilā d}aui’ nārihī tajid khaira nārin
‘indahā khaira mūqidin
“kapan saja kamu datang kepadanya dengan hidup kepada
cahaya apinya, maka kamu menemukan api yang paling baik, dan di sisinya ada
sebaik-baiknya yang menyalakan.”
Terkadang, matā diikuti oleh partikel mā zāi’dah (tambahan), sebagaimana contoh berikut:
31)
مَتَى مَا تَلْقَنِي فَرْدَيْنِ،
تَرْجُفْ رَوَانِفُ اَلْيَتَيْكَ وَتُسْتَطَارًا
Matā mā talqanī
fardaini tarjuf rawānifu
alyataika wa tustat}āran
“kapan kamu
bertemu dengan saya dalam keadan sama-sama sendirian, maka gemetar ujung kedua
pantatmu dan kau ketakutan.”
(7)
أَيَّانَ ayyāna “kapan, ketika”
Partikel ayyāna tersusun dari -اي ان- yang berupa partikel اي ay yang
mengandung makna syarat, dan آن ān yang mempunyai makna حين hīna
“ketika”. Merupakan partikel (ism zaman), yang mengandung makna
syarat. Seperti pada syiir berikut:
32)
أَيَّانَ نُؤْمِنْكَ
تَأْمَنْ غَيْرَنَا وَإِذْا لَمْ تُدْرِكِ الأَمْنَ منا لَمْ تَزَلْ حَذِرَا
Ayyāna nu’minka ta’man ghairanā wa iz|
lam tudrikil amna minnā lam tazal h}az|irā
“ketika kami melindungimu, maka kamu akan merasa aman,
dan jika kamu tidak mendapatkan perlindungan dari kami, maka kamu harus selalu
waspada”
Partikel ini juga sering diikuti oleh partikel ماmā, yang berfungsi
sebagai tambahan untuk menegaskan pernyataan (zāi’dah lit-ta’kid),
seperti pada kalimat berikut:
33)
إِذَا النَّعْجَةُ الأَدْمَاءُ بَاتَتْ بِقَفْرَةٍ فَأَيَّانَ مَا تَعْدِلْ بِهِ
الرِّيْحُ يَنْزِلِ
Iz|ān na’jatul admā’u bātat
biqafratin
Fa-ayyāna mā ta’dil bihīr rīhu yanzili
“ketika lembu sawo matang itu
bermalam di tanah yang tandus, maka sewaktu angin kencang menimpanya dia pun
pergi”
(8)
أَيْنَ aina “dimana”
Aina adalah
partikel untuk menunjukkan tempat (ism makān), yang juga seperti partikel lainnya mengandung makna
syarat.
34)
أَيْنَ تَنْزِلْ اَنْزِلْ
Aina tanzil anzil
“Dimana kau pergi saya pun pergi”
Contoh 34 menunjukkan bahwa partikel aina mengandung
makna syarat yang menyebabkan kehadiran verba pertama tanzil “kamu
pergi” merupakan syarat untuk kehadiran verba kedua anzil “saya pergi”.
Seperti partikel ayyāna, aina pun sering diikuti oleh partikel mā yang berfungsi sebagai partikel
tambahan yang bertujuan sebagai penegas. Sebagaimana kalimat berikut:
35)
أَيْنَمَا تَكُوْنُوْا
يُدْرِكْكُمُ المَوْتُ...
Ainamā takūnū
yudrikkumul mautu (An-Nisā: 48)
“dimanapun kamu berada, kematian akan menemuimu”
(9)
أَنَّى annā “kapan, ketika”
Annā merupakan partikel yang juga mengandung makna syarat,
namun tidak seperti partikel lain yang bisa diikuti oleh partikel lainnya,
partikel annā tidak bisa diikuti oleh partikel apapun. Contoh:
36)
خَلِيْلَيَّ أَنَّى
تَأْتِيَانِيَ تَأْتِيَا اَخَا
غَيْرَمَا يُرْضِيْكُمَا لاَيُحَاوِلُ
Khalīlayya
annā ta’tiyāniya ta’tiyā
Akhā ghaira mā yurd}īkumā lā yuh}āwilu
“wahai kedua
kekasihku, ketika kalian berdua datang kepadaku, berarti kalian datang kepa
saudara laki-laki yang berupaya mencari kerelaan semata”
(10)
حَيْثُمَا
h}ais|umā “dimanapun”
H}ais|umā
merupakan partikel yang menunjukkan tempat (ism makān), namun tidak dapat menjusifkan verba kecuali jika
diikuti oleh partikel ما mā, seperti pada syiir berikut:
37)
حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ اللهُ نَجَاحًا فِي غَابِرِ
الأَزْمَانِ
h}ais|umā tastaqim yuqaddir lakallahu najāhan fī ghābiril azmāni
“dimanapun kamu istiqamah, maka Allah menentukan
kesuksesan dimasa-masa yang akan datang”
(11)
كَيْفَمَاkaifamā “bagaimanapun”
Kaifama menurut linguis Kufah (ulama Kufah), merupakan salah
satu partikel yang mengandung makna syarat yang menjusifkan dua verba. Baik
partikel kaifa yang disertai dengan partikel mā → kaifamā, maupun partikel kaifa yang tidak disertai dengan
mā. Seperti dua
kalimat berikut yang disertai kaifamā dan kaifa:
38)
كَيْفَمَا تَكُنْ يَكُنْ
قَرِيْنُكَ
|
Kaifamā takun
yakun qarīnuka
|
Bagaimanapun
kamu berada, berada pula temanmu.
|
كَيْفَ تَجْلِسْ أَجْلِسْ
|
Kaifa
tajlis ajlis
|
Bagaimanapun
kamu duduk, saya pun duduk.
|
Sedangkan menurut linguis Basrah (ulama Basrah)
berpendapat bahwa partikel kaifamā menduduki fungsi partikel إِذْ iz| yang
mengandung makna syarat dan membutuhkan dua verba, namun tidak berkasus jusif
tapi nominatif (marfu’). Dan kedua verba yang mengikuti partikel
tersebut harus sama lafaz dan maknanya.
(12)
أَيُّ
ayyu “yang mana saja, siapa saja”
Ayyu bisa berkasus nominatif ( أَيٌّ ), akusatif ( أَيًّا ),
dan genitif ( أَيٍّ ).
-
أَيٌّ ayyun → nominatif. Seperti:
39)
أَيُّ امْرِئٍ يَخْدُمْ
أَمَّتَهُ تَخْدِمْهُ
Ayyu imri’in yakhdum
ummatahū takhdimhū
“siapa saja yang mengabdi pada bangsanya, maka bangsanya pun
mengabdi padanya”
-
أَيًّا ayyan → akusatif. Seperti:
40)
أَيًّا مَا تَدْعُوْا
فَلَهُ الأَسْمَاءُ الحُسْنَى.... (الإسراء: 110)
Ayyan mā tad’ū falahūl asmā’ul husnā (Al-Isrā: 110)
“..dengan nama mana saja
yang kamu seru, Dia mempunyai al-asmaul husna (nama-nama yang terbaik)”
-
أَيٍّ ayyin → genitif. Seperti:
41)
بِأَيِّ قَلَمٍ تَكْتُبْ أَكْتُبْ
Bi ayyi qalamin taktub
aktub
“dengan pena apa saja kamu
menulis, saya pun menulis”
Ay boleh diikuti oleh partikel mā,
sebagai partikel tambahan yang berfungsi untuk menegaskan pernyataan dalam
kalimat. Sebagaimana pada kalimat dalam Al-qur’an berikut:
42)
أَيَّمَا الأَجَلَيْنِ
قَضَيْتُ فَلاَ عُدْوَانَ عَلَيَّ....(القصص: 28)
Ayyamāl
ajalaini qad}aitu falā ‘udwāna ‘alayya
“mana
saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, Maka tidak ada
tuntutan tambahan atas diriku (lagi)”
(13)
إِذَاiz|ā “apabila”
Iz|a merupakan partikel yang menunjukkan waktu (ism zaman),
seperti yang lainnya juga menunjukkan makna syarat. Tugasnya tidak menjusifkan
kecuali hanya dalam syiir. Sebagaimana syiir berikut:
43)
إِسْتَغْنِي، مَا أَغْنَاكَ
رَبُّكَ، بِالغِنَى وَإِذْ تُصِبْكَ
خَصَاصَةٌ فَتَجَمَّلِ
Istaghnī, mā aghnāka
rabbuka bil ghinā
Wa iz| tus}ibka khas}ās}atun
fatajammali
“bersikaplah kaya dengan
kekayaan yang telah diberikan Allah kepadamu”
Terkadang
menjusifkan verba bukan pada syiir, namun hanya sedikit sekali, sebagimana pada
kalimat berikut:
44)
إِذاَ أَخَذْتُمَا
مَضَاجِعَكُمَا، تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلاَثِيْنَ
Iz|ā
akhaz|tumā mad}āji’akumā, tukabbirā arba’an wa s|alās|īna
“apabila kamu berdua
berangkat tidur, maka bacalah takbir sebanyak 34 kali”
Kehadiran
partikel ini terkadang pula disertai dengan partikel mā sebagai
penambah yang berfungsi untuk penegas pernyataan dalam kalimat.
VII.
Kesimpulan Dan Penutup
Berikut adalah tabel perubahan kasus pada verba imperfek:
Pronomina
|
Nominatif
|
Akusatif
|
Jusif
|
هو
huwa
|
يَفْعُلُ
yaf’ulu
|
يَفْعُلَ
yaf’ula
|
يَفْعُلْ
yaf’ul
|
هما
humā
|
يَفْعُلاَنِ
yaf’ulāni
|
يَفْعُلاَ
yaf’ulā
|
يَفْعُلاَ
yaf’ulā
|
هم
hum
|
يَفْعُلُوْنَ
yaf’ulūna
|
يَفْعُلُوْا
yaf’ulū
|
يَفْعُلُوْا
yaf’ulū
|
هي
hiya
|
تَفْعُلُ
taf’ulu
|
تَفْعُلَ
taf’ula
|
تَفْعُلْ
taf’ul
|
هما
humā
|
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
|
تَفْعُلاَ
taf’ulā
|
تَفْعُلاَ
taf’ulā
|
هنّ
hunna
|
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna
|
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna
|
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna
|
أنتَ
anta
|
تَفْعُلُ
taf’ulu
|
تَفْعُلَ
taf’ula
|
تَفْعُلْ
taf’ul
|
أنتما
antumā
|
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
|
تَفْعُلاَ
taf’ulā
|
تَفْعُلاَ
taf’ulā
|
أنتم
antum
|
تَفْعُلُوْنَ
taf’ulūna
|
تَفْعُلُوْا
taf’ulū
|
تَفْعُلُوْا
taf’ulū
|
أنتِ
anti
|
تَفْعُلِيْنَ
taf’ulīna
|
تَفْعُلِيْ
taf’ulī
|
تَفْعُلِيْ
taf’ulī
|
أنتما
antumā
|
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
|
تَفْعُلاَ
taf’ulā
|
تَفْعُلاَ
Taf’ulā
|
أنتنّ
antunna
|
تَفْعُلْنَ
taf’ulna
|
تَفْعُلْنَ
taf’ulna
|
تَفْعُلْنَ
taf’ulna
|
أنا
anā
|
أَفْعُلُ
af’ulu
|
أَفْعُلَ
af’ula
|
أَفْعُلْ
af’ul
|
نحن
nahnu
|
نَفْعُلُ
naf’ulu
|
نَفْعُلَ
naf’ula
|
نَفْعُلْ
naf’ul
|
·
Perubahan-perubahan kasus verba imperfek pada tabel di
atas berdasarkan penggunaan pronomina.
Pada verba imperfek terdapat tiga kasus: nominatif,
akusatif, dan Jusif. Penggunaan kasus dalam kalimat dipengaruhi oleh
partikel-partikel tertentu, kecuali pada kasus nominatif yang tidak didahului
oleh partikel tertentu. pada akusatif terdiri dari 4 partikel, dan pada Jusif
diklasifikasikan menjadi 2: 4 partikel yang menjusifkan satu verba imperfek,
dan 13 partikel syarat yang menjusifkan dua verba imperfek.
Daftar
Pustaka
Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor. 1998. Kamus
Kontemporer Arab – Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Dayyab, Hifni Bek, Dkk. Qawāid
Al-Lughah Al-Arabiyyah (Kaidah Tata Bahasa Arab [terjemahan]). Jakarta: Darul Ulum Press.
Ghulayaini, Musthafa. 2004. Jāmi’u Ad-Durūsi Al-Arabiyyah.
Beirut: Dārul Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Haywood,
J. A. and H. M. Nahmad. 1962. A New Arabic Grammar of The Written Language.
London: Humphries & Co. Ltd.
Ismail,
Moh. (Pengalih Bahasa). 1991. An-Nahwul Wadlih (Tata Bahasa Arab). Surabaya: Putra Al-Ma’arif.
Isma’i, Hasyim. 1996. Jadwalun Nahwi. Indonesia:
Haramain.
Sudaryanto. 1993. Metode
Dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
[1] Partikel
syarat adalah partikel yang menjusifkan dua verba, kehadiran verba pertama yang berada setelah
partikel merupakan syarat dari kehadiran verba berkasus jusif kedua, misalnya: إِنْ تَجْتَهِدْ
تَنْجَحْin tajtahid tanjah} “jika bersungguh-sungguh
maka akan sukses”, (kesungguhan merupakan syarat kehadiran kesuksesan).
[3] Penulis belum menemukan padanan dalam
istilah linguistik umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar