Rabu, 24 Oktober 2012

PERUBAHAN KASUS VERBA IMPERFEK PADA BAHASA ARAB


Oleh: Nita Zakiyah, M.A
     I.        Pendahuluan
Bahasa bertipe fleksi memiliki struktur yang sangat kompleks, salah satunya dibuktikan dengan adanya kategori-kategori infleksional bahasa seperti jumlah, gender, dan kasus untuk kelas nomina, sedangkan jumlah, gender, kasus, kala, modus dan aspek untuk kelas verba. Seperti yang ditemukan dalam struktur bahasa Arab –selanjutnya disingkat BA, kategori-kategori infleksional tersebut berperan penting dalam gramatikal yang membentuk struktur yang utuh dalam suatu bahasa, seperti yang terjadi pada struktur BA.
Salah satu kategori infleksional dalam BA adalah kasus, perubahan kasus dalam BA hanya ditemukan pada nomina dan verba, karena pada partikel tidak ditemukan perubahan kasus (mabnī). Adapun yang menjadi perhatian penulis adalah perubahan kasus pada verba.
Verba berdasarkan kala, dibedakan menjadi tiga: verba perfek (fi’il mādī) untuk perbuatan yang telah dikerjakan/lampau, verba imperfek (fiil mud}āri’) untuk perbuatan yang akan dilakukan pada masa sekarang atau yang akan datang, dan verba imperatif (fi’il amr) yang berfungsi untuk memerintah. Pada verba perfek dan verba imperatif tidak ditemukan perubahan kasus, karena kasus pada kedua verba tersebut adalah tetap (mabnī), sedangkan kasus pada verba imperfek bisa berubah-ubah berdasarkan partikel yang mendahului verba (Ismail, 1991:64-86), misalnya:
-          Nominatif (rafa’)   : يَنْزِلُ الْمَطَرُ       
[yanzilu al-mat}aru]
“hujan akan/sedang turun”
-          Akusatif (nasb)     : لَنْ أَضْرِبَ الْقِطَّ   
[lan ad}riba al-qit}t}a]
“saya tidak akan memukul kucing”
-          Jusif (jazm)            : لَمْ يَحْفَظْ تِلْمِيْذٌ دَرْسَهُ
[lam yahfaz} tilmīz|u darsahū]
“murid itu belum menghafal pelajarannya”
Perubahan-perubahan kasus di atas merupakan perubahan kasus yang terjadi pada verba imperfek, perubahan kasus terjadi karena terdapat partikel pengubah kasus yang terletak sebelum verba.
Dengan demikian akan dikaji perubahan-perubahan kasus pada verba imperfek beserta partikel pengubah yang menjadi penyebab utama perubahan kasus dalam verba tersebut.
   II.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perubahan kasus yang terjadi pada verba imperfek?
2.      Apa saja partikel yang berperan dalam perubahan kasus pada verba imperfek?
 III.        Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah: Read More

1.      Mengetahui perubahan kasus yang terjadi pada verba imperfek
2.      Mengetahui partikel-partikel yang berperan dalam perubahan kasus pada verba imperfek
Adapun Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat memberi kontribusi dalam memahami perubahan kasus beserta partikel pengubah kasus pada verba imperfek, sehingga dapat memberi pengetahuan bagi pembelajar bahasa Arab yang ingin lebih mengetahui lebih mendalam mengenai perubahan kasus pada verba imperfek serta partikel pengubahnya.

IV.        Landasan Teori
a.       Verba Imperfek
Dalam nahwu al-wad}ih verba imperfek (fi’il mud}ari’) merupakan verba yang menunjukkan waktu kini atau yang akan datang, pada awal kata dalam verba imperfek harus mulai dengan salah satu huruf mud}āra’ah yaitu: hamzah ( أ ), nūn ( ن ), yā ( ي ), dan tā ( ت ).
الفعل المضارع هو كلّ فعل يدلّ على حصول عمل في الزمن الحاضر أو المستقبل، ولا بدّ أن يكون مبدوءا بحرف من أحروف المضارعة وهي الهمزة و النون والياء والتاء.
“verba imperfek adalah setiap verba yang menunjukkan perbuatan yang dilakukan pada waktu sekarang atau waktu yang akan datang, verba imperfek harus dimulai dengan salah satu huruf mud}ara’ah yaitu hamzah ( أ ), nūn ( ن ), yā ( ي ), dan tā’ ( ت ).”
Huruf Hamzah bermakna pronomina orang pertama anā “saya”, seperti pada kata akar jalasa “duduk” pada verba imperfek menjadi ajlisu “saya sedang/akan duduk”; huruf nūn bermakna pronomina orang pertama jamak nahnu “kami” najlisu “kami sedang/akan duduk”; huruf yā bermakna pronomina orang ketiga tunggal, dual, dan jamak: huwa “dia lk (tunggal)” yajlisu “dia lk sedang/akan duduk”, humā “dia lk (dual)” yajlisāni “dia dua orang lk sedang/akan duduk”, hum “dia laki-laki (jamak)/mereka” yajlisūna “mereka (lk) sedang/akan duduk”, dan hunna “dia pr (jamak)” yajlisna “kalian pr sedang/akan duduk”; huruf tā bermakna pronomina orang ketiga tunggal dan dual serta orang kedua tunggal, dual, dan jamak, yaitu: hiya “dia pr (tunggal)” tajlisu “dia pr sedang/akan duduk”, huma “dia pr (dual)” tajlisāni “dua orang pr sedang/akan duduk”, anta “kamu laki-laki” tajlisu “kamu lk sedang/akan duduk”, antumā “kamu lk (dual)” tajlisāni “kamu (dua orang lk) sedang/akan duduk”, antum “kalian (lk)” tajlisūna “kalian (lk) sedang/akan duduk”, anti “kamu pr” tajlisīna “kamu pr sedang/akan duduk”, antumā “kamu (dua orang pr) sedang/akan duduk” tajlisāni “dua orang pr sedang/akan duduk”, antunna “kalian pr” tajlisna “kalian pr sedang/akan duduk” (Isma’i, 1996: ب ).
b.      Kasus
Menurut Kridalaksana (2008:108), kasus adalah kategori gramatikal dari nomina, frase nomina, pronomina, atau adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan kata lain dalam konstruksi sintaksis. Namun pada BA kasus juga bisa ditemukan pada verba. Penanda kasus pada verba imperfek BA adalah sebagai berikut: penanda nominatif (rafa’) adalah d}ammah, penanda kasus akusatif (nasb) adalah fathah, dan penanda kasus jusif (jazm) adalah sukūn. Fathah adalah tanda bunyi [a] pada aksara Arab, berupa garis miring kecil (  َ) yang dituliskan di atas konsonan; d}amma adalah tanda bunyi [u] pada aksara Arab berupa ( ُ  ) yang dituliskan di atas konsonan; sedangkan kasrah adalah tanda bunyi [i] pada aksara Arab, berupa garis miring kecil ( ِ ) yang dituliskan di atas konsonan.

  V.        Metode Penelitian
Sudaryanto dalam bukunya Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (1993) menyebutkan bahwa kurun pemecahan masalah dalam sebuah penelitian bahasa setidaknya meliputi tiga tahapan yaitu: tahap penyedian data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap itu mempunyai metodenya masing-masing. 
a)      Tahap Penyediaan Data
Langkah penelitiaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyediakan data. Data dimaksud pada dasarnya adalah bahan jadi penelitian. Dikatakan sebagai bahan jadi penelitian karena dengan bahan jadi penelitian itulah metode dan teknik-teknik analisis data dapat diterapkan. Yang menjadi bahan penelitian adalah buku–buku gramatikal BA. Setelah bahan jadi tersedia, dilakukan pencatatan atas bahan jadi pada kartu data. Pencatatan ini dengan menggunakan transkripsi ortografis. Kemudian peneliti melakukan pengklasifikasian data sesuai dengan masalah yang menjadi pokok penelitian.
b)      Tahap Analisis Data
Setelah tahap penyedian data selanjutnya dilakukan tahap analisis data sebagai langkah kedua. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode agih. Metode agih merupakan suatu metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang  bersangkutan itu sendiri, yaitu bahasa Arab dalam penelitian ini (Sudaryanto, 1993: 15).
Teknik pada metode agih yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (selanjutnya disebut BUL) sebagai teknik dasarnya, dengan teknik lanjutan berupa teknik ganti, parafrase, dan baca markah. Teknik BUL dianggap sebagai teknik dasar karena cara yang digunakan pada awal analisis adalah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto,1993: 31). Teknik ini bertujuan untuk memperjelas fungsi masing-masing unsur dalam kalimat.
c)      Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam tahap ini peneliti menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam wujud laporan tertulis mengenai sesuatu yang telah peneliti hasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah. Analisis akan disajikan dalam bentuk laporan informal, yaitu laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).

VI.        Pembahasan
Adapun kasus pada verba imperfek ada tiga yaitu nominatif, akusatif, dan jusif. Berikut akan dibahas perubahan-perubahan kasus beserta partikel yang menyebabkan berubahnya kasus pada verba imperfek.
1.    Nominatif
Kasus nominatif pada verba imperfek terjadi jika tidak didahului oleh partikel apapun yang menjadikan verba berkasus akusatif ataupun jusif, misalnya pada kalimat berikut:
1)      يَنْبَحُ الْكَلْبُ
Yanbah}u al-kalbu       
“anjing itu sedang/akan menyalak”
2)      تَذْبُلُ الْوَرْدَةُ
taz|bulu al-wardatu
“bunga mawar itu akan layu”
3)      أَغْسِلُ يَدَيَّ
aghsilu yadayya
“saya sedang/akan mencuci tangan”
4)      نَلْعَبُ بِالْكُرَّةِ
nal’abu bil-kurrati
“kami sedang/akan main bola”
Pada keempat contoh di atas menunjukkan verba imperfek nominatif yang ditandai dengan d}amma diakhir kata.
2.    Akusatif
Verba imperfek berkasus akusatif jika didahului oleh partikel tertentu yaitu اَنْ  an “agar/untuk”, لَنْ lan “tidak akan”, إِذَنْ iz|an “oleh karena itu”, dan كَيْ kay “supaya, agar”. Kasus akusatif pada BA ditandai dengan huruf berharakat fathah diakhir kata.
Namun kasus akusatif tidak selalu ditandai dengan fathah, namun pada lima verba imperfek (af’al khamsah) yaitu verba yang akhir katanya dilekati oleh alif tas|niyah (untuk menunjukkan dual) seperti pada verba: (1) يَكْتُبَانِ yaktubāni “mereka dua orang laki-laki sedang menulis” jika berkasus akusatif menjadi يَكْتُبَا yaktubā, (2) تَكْتُبَانِ taktubāni “kalian  dua orang pr sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif menjadi تَكْتُبَا taktubā; huruf yā sebagai kata ganti orang kedua (yā mukhātabah) (3) تَكْتُبِيْنَ taktubīna “kamu (pr) sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif menjadi تَكْتُبِيْ taktubī; dan huruf waw untuk menunjukkan jamak (waw jamā’ah) (4) يَكْتُبُوْنَ yaktubūna “mereka lk sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif menjadi يَكْتُبُوْا yaktubū, dan (5) تَكْتُبُوْنَ taktubūna “kalian lk sedang/akan menulis” jika berkasus akusatif menjadi تَكْتُبُوْا taktubū. Pada lima verba di atas, akusatifnya ditandai dengan menghilangkan nūn di akhir kata.
Penggunaan dari partikel-partikel yang menjadikan verba imperfek akusatif akan dibahas satu persatu sebagai berikut:
v  اَنْ [an]
An merupakan salah satu partikel yang bisa terletak sebelum verba imperfek dan menjadi faktor utama berubahnya kasus dari nominatif menjadi akusatif (menasabkan) dan berfungsi untuk menunjukkan waktu yang akan datang (istiqbāl). Contohnya:
5)      [النساء:28] يُرِيْدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ
yurīdullah an yukhaffifa ‘ankum  [an-nisā’:28]
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu”
6)      أَرْجُوْا أَنْ يَعْتَدِلَ الْجَوّْ
Arjū an ya’tadilal jawwu
“saya berharap udara ini akan menjadi segar”
Pada contoh 5 dan 6 merupakan contoh verba imperfek akusatif yang didahului oleh partikel an: an yukhaffifa “hendak memberikan keringanan” dan an ya’tadila “akan menjadi segar”, ditandai dengan fathah diakhir kata. Kedua verba imperfek akusatif tersebut berasal dari yukhaffifu dan ya’tadilu (nominatif).
Partikel ini disebut juga sebagai partikel mas}dariyah karena kalimat yang menggunakan partikel ini bisa dita’wil dengan menggunakan mas}dar (verba nominal), seperti pada contoh 5 di atas yang memiliki ta’wil mas}dar:
يُرِيْدُ اللهُ التَّخْفِيْفَ عَنْكُمْ
 yurīdullah at-takhfīfa ‘ankum
Pada verba yang kasus akusatifnya tidak ditandai dengan fathah yaitu lima verba (af’al khamsah), jika didahului oleh an maka dengan menghilangkan nūn diakhir kata, seperti:
7)      أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكْوْا...  العنكبوت: 2
Ah}asibannās an yutrakū [al-‘ankabūt:2]
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan"
Asal kata pada verba imperfek contoh 7 adalah  يُتْرَكْوْنَ yutrakūna, karena didahului oleh partikel pengubah kasus an dan akusatifnya ditandai dengan menghilangkan nūn diakhir kata.
v  لَنْ [lan]
Lan “tidak akan” merupakan partikel negatif yang bermakna pengingkaran terhadap suatu perbuatan yang akan dilakukan di masa mendatang yang biasanya di dahului oleh partikel sa dan saufa yang keduanya bermakna gramatikal “akan” seperti kata sa’ajlisu “saya akan duduk” menjadi lan ajlisa “saya tidak akan duduk”; partikel inipun berfungsi sebagai pengubah kasus menjadi akusatif yang menunjukkan waktu akan datang (istiqbāl). Seperti contoh-contoh berikut:
8)      لَنْ أَكْذِبَ
Lan akz|iba
“saya tidak akan berbohong”
9)      لَنْ يَخْلُقُوْا ذُبَابٌا..الحج: 73
Lan yakhluqū z|ubāban [al-H}ajj:2]
“sekali-kali mereka tidak dapat menciptakan seekor lalatpun”
Pada contoh 8, lan berfungsi mengubah kasus verba imperfek menjadi akusatif, kasus nominatif dari verba tersebut adalah akz|ibu “saya sedang/akan berbohong”, atau jika ditambah dengan partikel sa menjadi sa’akz|ibu “saya akan berbohong”. Berbeda dengan contoh nomor 9, partikel lan pada contoh 10 merupakan kombinasi partikel [لاَ] lā negasi “tidak” dan [اَنْ] an yang merupakan partikel pengubah kasus pada verba imperfek (sebagaimana yang telah dibicarakan sebelumnya), hamzah pada partikel an dihilangkan sehingga menjadi satu partikel yang berfungsi untuk menunjukkan makna peniadaan suatu perbuatan pada masa yang akan datang yaitu “mereka tidak akan mampu menciptakan lalat meskipun hanya seekor saja”.
v  إِذَنْ [iz|an]
Partikel iz|an “oleh karena itu” adalah salah satu pengubah kasus verba imperfek menjadi akusatif, merupakan partikel yang mengiringi verba imperfek yang bertujuan untuk menjawab bagian kalimat sebelumnya. Sebagaimana dua partikel sebelumnya, partikel ini pun berfungsi untuk menunjukkan waktu yang akan datang (istiqbāl). Seperti contoh di bawah ini:
10)  سَأُغْلِقُ النَّوَافِذَ   إِذَنْ يَفْسُدَ الهَوَاءُ
Sa’ughliqun nawāfiz|a, iz|an yafsudal hawā
“saya akan menutup jendela-jendela, oleh karena itu hawa (ruangan) akan pengap”
Pada contoh 10 kalimat yang didahului oleh partikel iz|an merupakan klausa, karena merupakan bagian dari kalimat sebelumnya.
11)  سَأَزُوْرُ مَدِيْنَتَكُمْ – إِذَنْ تُقِيْمُ عِنْدَنَا
Saa’zūru madīnatakum – iz|an tuqīmu ‘indanā
“Saya akan datang ke kotamu; oleh karena itu, kamu akan berada bersama kami”
Kalimat setelah partikel iz|an bisa berupa jawaban atau respon seseorang dari pernyataan rekan bicaranya, sebagaimana pada contoh 11, إِذَنْ تُقِيْمُ عِنْدَنَا iz|an tuqīmu ‘indanā “oleh karena itu, kamu akan berada bersama kami” merupakan respon dari kalimat sebelumnya, yaitu سَأَزُوْرُ مَدِيْنَتَكُمْ Saa’zūru madīnatakum “Saya akan datang ke kotamu”.
v  كَيْ [kay]
Partikel kay “supaya, agar, untuk” merupakan salah satu partikel yang bisa diletakkan sebelum verba imperfek dan berfungsi merubah kasus menjadi akusatif (menasabkan).
12)  خَرَجْتُ كَيْ أَتَنَزَّهَ
Kharajtu kay atanazzaha
“saya keluar untuk bertamasya”
13)  أَتَعَلَّمُ كَيْ أَخْدُمَ الْوَطَنَ
Ata’allamu kay akhdumal wat}ana
“saya belajar agar nanti dapat mengabdi pada tanah air”
Sebagaimana an, kay juga bisa dita’wil mas}dar, contoh:
14)     جِئْتُ لِكَيْ أَتَعَلَّمَ (akusatif)   جِئْتُ لِتَعَلُّمِ (mas}dar)
ji’tu likay ata’allama ji’tu lita’allumi
“saya datang untuk belajar”
3.    Jusif
Verba imperfek berkasus jusif, berdasarkan partikelnya dibedakan menjadi dua:
-          Partikel yang menjusifkan satu verba imperfek, seperti partikel-partikel berikut:
(1) لم lam “belum/tidak”
(2) لمّا lammā “belum”
(3) لام الأمر lāmul amrilam yang berfungsi untuk memerintah”
(4) لا الناهية lā an-nāhiyahla yang berfungsi untuk melarang”
Lam dan lammā merupakan dua partikel negasi (nafī) yang berfungsi untuk menjusifkan (menjazmkan) verba setelahnya dan membalik waktu imperfek dan yang akan datang (future/istiqbāl) menjadi menjadi verba yang bermakna lampau, misalnya:
لَمْ أَكْتُبْ lam aktub          “saya tidak menulis”
لَمَّا أَكْتُبْ lammā aktub    “saya tidak menulis”
Maksud keduanya adalah tidak menulis sejak zaman yang sudah lewat.
Perbedaan antara lam dan lammā adalah:
Ø  Partikel lam berfungsi menegasikan, bisa mutlak (dengan kala yang terus menerus) namun bisa pula dengan kala yang bersifat temporer, contohnya:
15)  لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
Lam yalid wa lam yūlad (QS Al-Ikhlas:3)
“Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan”
16)  لَمْ أَفْعَلْ ثُمَّ فَعَلْتُ
Lam af’al s|umma fa’altu
“saya tidak mengerjakan, kemudian mengerjakan”
Pada contoh 15 menunjukkan partikel lam yang bermakna negasi yang mutlak dan bersifat terus menerus, sedangkan pada contoh 16 menunjukkan partikel lam yang bermakna negasi yang temporer lam af’al “saya belum/tidak mengerjakan” s|umma fa’altu “kemudian mengerjakan.”
Sedangkan partikel lammā berfungsi untuk menafikan secara terus menerus (istimrāru nafī) dari kala lampau hingga saat sekarang (present), oleh karena itu tidak ada susunan kalimat seperti لَمَّا أَفْعَلْ ثُمَّ فَعَلْتُ lammā af’al s|umma fa’altu “saya tidak mengerjakan kemudian mengerjakan”
Ø  Lam bisa diletakkan sesudah partikel syarat[1] (adātus syart}i), sedangkan lammā tidak bisa diletakkan sesudah partikel syarat. Seperti:
17)  إِنْ لَمْ تَجْتَهِدْ تَنْدَمْ
In lam tajtahid tandam
“Apabila kamu tidak bersungguh-sungguh maka akan menyesal”
In merupakan partikel syarat yang diletakkan sebelum partikel lam. Namun in tidak bisa diletakkan sebelum partikel lammā, seperti: إِنْ لَمَّا تَجْتَهِدْ تَنْدَمْ in lammā tajtahid tandam merupakan susunan yang salah.
Ø  Verba imperfek yang dijusifkan dengan lammā boleh dihilangkan, seperti pada kalimat berikut:
18)  قَارَبْتُ الْمَدِيْنَةَ وَلَمَّا أَدْخُلْهَا
Qārabtul madīnata wa lammā adkhulhā
“saya mendekati kota itu, dan saya tidak memasukinya”
Verba imperfek أَدْخُلْهَا adkhulhā pada kalimat di atas bisa dihilangkan tanpa mengurangi pemahaman dari makna kalimat: ....قَارَبْتُ الْمَدِيْنَةَ وَلَمَّا qārabtul madīnata wa lammā... “saya mendekati kota itu, dan saya tidak memasukinya.”
Sedangkan verba imperfek yang dijusifkan dengan lam tidak boleh dihilangkan, kecuali dalam keadaan darurat, misalnya pada syair berikut:
19)  إِحْفَظْ وَضِيْعَتَكَ الَّتِي اسْتَوْدَعْتَهَا      يَوْمَ الأَعَازِبِ، إِنْ وَصَلْتَ وَإِنْ لَمْ
Ih}faz} wad}ī’atakal latī istawda’tahā - yaumal ‘aāzibi, in was}alta wa in lam
“jagalah barang titipanmu yang kamu telah titipkan, pada saat jauh dari keluarga, jika engkau sampai, dan jika tidak.”
Lam amr (lam imperatif) adalah partikel lam yang bermakna imperatif, misalnya pada ayat dalam al-qur’an berikut:
20)  لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ (الطلاق: 7)
Liyunfiq z|ū sa’atin min sa’atihi..(at}-t}alaq:7)
“hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya..”
Adapun lam nāhiyah adalah partikel yang bermakna menghendaki ditinggalkannya suatu pekerjaan atau melarang. Seperti pada ayat berikut:
21)  وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةُ إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ البَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَحْسُوْرًا (الإسراء:29)
Walā taj’al yadaka maghlūlatan ilā ‘unuqika walā tabsut}hā kullal bast}i fataq’uda malūman mah}sūrā (al-isrā: 29)
“dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[2] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
-          Partikel yang menjusifkan dua verba imperfek. Ada tiga belas partikel pengubah kasus yang menjusifkan dua verba, yaitu:
(1)   إِنْ in “jika”
Partikel in merupakan partikel yang menjusifkan dua verba imperfek, dan merupakan induk dari partikel-partikel lain yang menjusifkan dua verba imperfek, karena partikel lainnya menyimpan makna partikel in “jika”. Seperti pada contoh berikut:
22)   
مَنْ man “barang siapa” salah satu partikel yang menjusifkan 2 verba
إِنْ in “jika” partikel induk yang menjusifkan 2 verba
مَنْ يَزُرْنِي اُكْرِمْهُ
Man yazurnī ukrimhū
“barang siapa yang mengunjungi saya, maka saya akan mulyakan dia”
إِنْ يَزُرْنِي أَحَدٌ اُكْرِمْهُ
In yazurnī ah}adun ukrimhū
“apabila ada seseorang yang mengunjungi saya, maka saya akan mulyakan dia”
Oleh karena itu, semua partikel syarat menyimpan makna partikel in.
Contoh lain dari partikel in adalah:
23)  إِنْ يُسَافِرْ أَخُوْكَ تُسَافِرْ مَعَهُ
In yusāfir akhūka tusāfir ma’ahū
“jika saudaramu pergi, maka pergilah engkau bersamanya”
24)  إِنْ تَفْتَحْ نَوَافِذَ الْحُجْرَةِ يَتَجَدَّدْ هَوَاؤُهَا
In taftah} nawāfiz|al hujrati yatajaddad hawā’uhā
“Jika kamu menbuka jendela-jendela kamar itu, maka udaranya akan berganti baru”
(2) إِذْمَا iz|mā  “jika, kalau”
Partikel iz|mā merupakan gabungan dari partikel z|ā z}arfiyah (adverb/keterangan) da mā (partikel tambahan yang berfungsi untuk menguatkan/lit taukīd). Partikel iz|mā juga mengandung makna dari partikel in.
Ada sebagian linguis Arab yang berpendapat bahwa iz|mā tidak dapat menjusifkan kecuali dalam keadaan darurat seperti iz|mā yang ada pada syi’ir berikut:
25)  وَإِنَّكَ إِذْمَا تَأْتِ مَا أَنْتَ آمِرٌ        بِهِ تُلْفِي مَنْ إِيَّاهُ تَأْمُرُ آتِيًا
Wa innaka iz|mā ta’tī mā anta āmirun 
bihī tulfī man iyyāhu ta’muru ātiyan
“sesungguhnya jika kamu mengerjakan sesuatu yang kamu perintahkan, maka kamu siapa pun akan melaksanakan apa yang kamu perintah.”
Bahkan linguis Arab seperti Imam Al-Mubarrid, Ibnulsiraj, dan Al-Farisy berpendapat bahwa iz|mā adalah nomina bukan partikel, karena iz|mā berfungsi sebagai z}araf (adverb).
Partikel iz|mā pengubah kasus jusif juga tidak banyak ditemukan, iz|mā yang banyak ditemukan adalah iz|mā yang tidak memiliki fungsi untuk menjusifkan, namun ia tidak berfungsi merubah kasus (mulghah “tidak berfungsi apa-apa”).
(3) مَنْ man “siapa, barang siapa”
Man adalah partikel yang ditujukan untuk sesuatu yang berakal (‘āqil), contoh:
26)  مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
Man yazra’ yah}shud
“barang siapa yang menanam, ia akan menuai”
27)  مَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا يُجْزَ بِهِ (النساء:123)
Man ya’mal sūa’n yujza bihī  (An-nisā:123)
“barang siapa yang melakukan keburukan, maka ia akan dibalas sesuai dengan keburukannya tersebut.”

(4) مَا mā “apa”
Jika man ditujukan pada sesuatu yang berakal, maka partikel mā ditujukan untuk sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
28)  وَمَا تَعْمَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ (البقرة :198)
Wa mā ta’malū min khairin ya’lamhullahu (Al-Baqarah: 198)
“...dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya...(Al-baqarah:198)
(5) مَهْمَا mahmā “bagaimanapun, apapun, bilamana”
Sebagaimana mā, mahmā juga ditujukan kepada sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
29)  (#qä9$s%ur $yJôgtB $uZÏ?ù's? ¾ÏmÎ/ ô`ÏB 7ptƒ#uä $tRtysó¡tFÏj9 $pkÍ5 $yJsù ß`øtwU y7s9 šúüÏZÏB÷sßJÎ/ )الأعراف:132)
Waqālū mahmā ta’tinā bihī min āyatin litashh}aranā bihā famā nah}nu laka bimu’minīna (Al-A’rāf: 132)
“mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada Kami untuk menyihir Kami dengan keterangan itu, Maka Kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.”
Ada yang berpendapat bahwa partikel mahmā merupakan susunan dari:
-          مَهْ mah merupakan isim fi’il amr [3] yang bermakna “cegahlah atau laranglah.”
-          مَا mā yang mengandung makna syarat.
Namun adapula yang berpendapat bahwa partikel mahma tersusun dari:
-          مَا mā mā syartiyah (yang mengandung makna syarat)
-           مَا mā mā zāi’dah lit-taukīd (yang berupa tambahan dan berfungsi sebagai penegas)

(6) مَتَى matā “kapan”
Matā merupakan partikel yang menunjukkan waktu (ism zaman) dan mengandung arti syarat, seperti pada syi’ir berikut:
30)  مَتَى تَأْتِهِ تَعْشُوْ إِلَى ضَوْءِ ناَرِهِ      تَجِدْ خَيْرَ ناَرٍ عِنْدَهَا خَيْرَ مُوْقِدٍ
Matā ta’tihī ta’syū ilā d}aui’ nārihī     tajid khaira nārin ‘indahā khaira mūqidin
“kapan saja kamu datang kepadanya dengan hidup kepada cahaya apinya, maka kamu menemukan api yang paling baik, dan di sisinya ada sebaik-baiknya yang menyalakan.”
Terkadang, matā diikuti oleh partikel mā zāi’dah (tambahan), sebagaimana contoh berikut:
31)  مَتَى مَا تَلْقَنِي فَرْدَيْنِ، تَرْجُفْ     رَوَانِفُ اَلْيَتَيْكَ وَتُسْتَطَارًا
Matā mā talqanī fardaini tarjuf   rawānifu alyataika wa tustat}āran
“kapan  kamu bertemu dengan saya dalam keadan sama-sama sendirian, maka gemetar ujung kedua pantatmu dan kau ketakutan.”

(7) أَيَّانَ ayyāna “kapan, ketika”
Partikel ayyāna tersusun dari  -اي ان- yang berupa partikel اي ay yang mengandung makna syarat, dan آن ān yang mempunyai makna حين hīna “ketika”. Merupakan partikel (ism zaman), yang mengandung makna syarat. Seperti pada syiir berikut:
32)  أَيَّانَ نُؤْمِنْكَ تَأْمَنْ غَيْرَنَا وَإِذْا لَمْ تُدْرِكِ الأَمْنَ منا لَمْ تَزَلْ حَذِرَا
Ayyāna nu’minka ta’man ghairanā wa iz| lam tudrikil amna minnā lam tazal h}az|irā
“ketika kami melindungimu, maka kamu akan merasa aman, dan jika kamu tidak mendapatkan perlindungan dari kami, maka kamu harus selalu waspada”
Partikel ini juga sering diikuti oleh partikel  ماmā, yang berfungsi sebagai tambahan untuk menegaskan pernyataan (zāi’dah lit-ta’kid), seperti pada kalimat berikut:
33)  إِذَا النَّعْجَةُ الأَدْمَاءُ بَاتَتْ بِقَفْرَةٍ       فَأَيَّانَ مَا تَعْدِلْ بِهِ الرِّيْحُ يَنْزِلِ
Iz|ān na’jatul admā’u bātat biqafratin
                                                Fa-ayyāna mā ta’dil bihīr rīhu yanzili
“ketika lembu sawo matang itu bermalam di tanah yang tandus, maka sewaktu angin kencang menimpanya dia pun pergi”
(8) أَيْنَ aina “dimana”
Aina adalah partikel untuk menunjukkan tempat (ism makān), yang juga seperti partikel lainnya mengandung makna syarat.
34)  أَيْنَ تَنْزِلْ اَنْزِلْ
Aina tanzil anzil
“Dimana kau pergi saya pun pergi”
Contoh 34 menunjukkan bahwa partikel aina mengandung makna syarat yang menyebabkan kehadiran verba pertama tanzil “kamu pergi” merupakan syarat untuk kehadiran verba kedua anzil  “saya pergi”.
Seperti partikel ayyāna, aina pun sering diikuti oleh partikel mā yang berfungsi sebagai partikel tambahan yang bertujuan sebagai penegas. Sebagaimana kalimat berikut:
35)  أَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُمُ المَوْتُ...
Ainamā takūnū yudrikkumul mautu (An-Nisā: 48)
“dimanapun kamu berada, kematian akan menemuimu”

(9) أَنَّى annā “kapan, ketika”
Annā merupakan partikel yang juga mengandung makna syarat, namun tidak seperti partikel lain yang bisa diikuti oleh partikel lainnya, partikel annā tidak bisa diikuti oleh partikel apapun. Contoh:
36)  خَلِيْلَيَّ أَنَّى تَأْتِيَانِيَ تَأْتِيَا       اَخَا غَيْرَمَا يُرْضِيْكُمَا لاَيُحَاوِلُ
Khalīlayya annā ta’tiyāniya ta’tiyā
                                                Akhā ghaira mā yurd}īkumā lā yuh}āwilu
“wahai kedua kekasihku, ketika kalian berdua datang kepadaku, berarti kalian datang kepa saudara laki-laki yang berupaya mencari kerelaan semata”

(10) حَيْثُمَا h}ais|umā “dimanapun”
                 H}ais|umā merupakan partikel yang menunjukkan tempat (ism makān), namun tidak dapat menjusifkan verba kecuali jika diikuti oleh partikel ما mā, seperti pada syiir berikut:
37)  حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ اللهُ نَجَاحًا فِي غَابِرِ الأَزْمَانِ
h}ais|umā tastaqim yuqaddir lakallahu najāhan fī ghābiril azmāni
“dimanapun kamu istiqamah, maka Allah menentukan kesuksesan dimasa-masa yang akan datang”

(11)  كَيْفَمَاkaifamā “bagaimanapun”
            Kaifama menurut linguis Kufah (ulama Kufah), merupakan salah satu partikel yang mengandung makna syarat yang menjusifkan dua verba. Baik partikel kaifa yang disertai dengan partikel mā kaifamā, maupun partikel kaifa yang tidak disertai dengan mā. Seperti dua kalimat berikut yang disertai kaifamā dan kaifa:
38)   
كَيْفَمَا تَكُنْ يَكُنْ قَرِيْنُكَ
Kaifamā takun yakun qarīnuka
Bagaimanapun kamu berada, berada pula temanmu.
كَيْفَ تَجْلِسْ أَجْلِسْ
Kaifa tajlis ajlis
Bagaimanapun kamu duduk, saya pun duduk.
Sedangkan menurut linguis Basrah (ulama Basrah) berpendapat bahwa partikel kaifamā menduduki fungsi partikel إِذْ iz| yang mengandung makna syarat dan membutuhkan dua verba, namun tidak berkasus jusif tapi nominatif (marfu’). Dan kedua verba yang mengikuti partikel tersebut harus sama lafaz dan maknanya.
(12) أَيُّ ayyu “yang mana saja, siapa saja”
                 Ayyu bisa berkasus nominatif ( أَيٌّ ), akusatif ( أَيًّا ), dan genitif ( أَيٍّ ).
-       أَيٌّ ayyun nominatif. Seperti:
39)  أَيُّ امْرِئٍ يَخْدُمْ أَمَّتَهُ تَخْدِمْهُ
Ayyu imri’in yakhdum ummatahū takhdimhū
“siapa saja yang mengabdi pada bangsanya, maka bangsanya pun mengabdi padanya”
-       أَيًّا ayyan akusatif. Seperti:
40)  أَيًّا مَا تَدْعُوْا فَلَهُ الأَسْمَاءُ الحُسْنَى.... (الإسراء: 110)
Ayyan mā tad’ū falahūl asmā’ul husnā (Al-Isrā: 110)
“..dengan nama mana saja yang kamu seru, Dia mempunyai al-asmaul husna (nama-nama yang terbaik)”
-       أَيٍّ ayyin genitif. Seperti:
41)  بِأَيِّ قَلَمٍ تَكْتُبْ أَكْتُبْ
Bi ayyi qalamin taktub aktub
“dengan pena apa saja kamu menulis, saya pun menulis”
                 Ay boleh diikuti oleh partikel mā, sebagai partikel tambahan yang berfungsi untuk menegaskan pernyataan dalam kalimat. Sebagaimana pada kalimat dalam Al-qur’an berikut:
42)  أَيَّمَا الأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلاَ عُدْوَانَ عَلَيَّ....(القصص: 28)
Ayyamāl ajalaini qad}aitu falā ‘udwāna ‘alayya
            “mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, Maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi)”


(13)  إِذَاiz|ā “apabila”
            Iz|a merupakan partikel yang menunjukkan waktu (ism zaman), seperti yang lainnya juga menunjukkan makna syarat. Tugasnya tidak menjusifkan kecuali hanya dalam syiir. Sebagaimana syiir berikut:
43)  إِسْتَغْنِي، مَا أَغْنَاكَ رَبُّكَ، بِالغِنَى  وَإِذْ تُصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَجَمَّلِ
Istaghnī, mā aghnāka rabbuka bil ghinā
                                                Wa iz| tus}ibka khas}ās}atun fatajammali
“bersikaplah kaya dengan kekayaan yang telah diberikan Allah kepadamu”
            Terkadang menjusifkan verba bukan pada syiir, namun hanya sedikit sekali, sebagimana pada kalimat berikut:
44)  إِذاَ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا، تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلاَثِيْنَ
Iz|ā akhaz|tumā mad}āji’akumā, tukabbirā arba’an wa s|alās|īna
“apabila kamu berdua berangkat tidur, maka bacalah takbir sebanyak 34 kali”
            Kehadiran partikel ini terkadang pula disertai dengan partikel mā sebagai penambah yang berfungsi untuk penegas pernyataan dalam kalimat.

VII.            Kesimpulan Dan Penutup
Berikut adalah tabel perubahan kasus pada verba imperfek:
Pronomina
Nominatif
Akusatif
Jusif
هو
huwa
يَفْعُلُ
yaf’ulu
يَفْعُلَ
yaf’ula
يَفْعُلْ
yaf’ul
هما
humā
يَفْعُلاَنِ
yaf’ulāni
يَفْعُلاَ
yaf’ulā
يَفْعُلاَ
yaf’ulā
هم
hum
يَفْعُلُوْنَ
yaf’ulūna
يَفْعُلُوْا
yaf’ulū
يَفْعُلُوْا
yaf’ulū




هي
hiya
تَفْعُلُ
taf’ulu
تَفْعُلَ
taf’ula
تَفْعُلْ
taf’ul
هما
humā
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
تَفْعُلاَ
taf’ulā
تَفْعُلاَ
taf’ulā
هنّ
hunna
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna
يَفْعُلْنَ
yaf’ulna




أنتَ
anta
تَفْعُلُ
taf’ulu
تَفْعُلَ
taf’ula
تَفْعُلْ
taf’ul
أنتما
antumā
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
تَفْعُلاَ
taf’ulā
تَفْعُلاَ
taf’ulā
أنتم
antum
تَفْعُلُوْنَ
taf’ulūna
تَفْعُلُوْا
taf’ulū
تَفْعُلُوْا
taf’ulū




أنتِ
anti
تَفْعُلِيْنَ
taf’ulīna
تَفْعُلِيْ
taf’ulī
تَفْعُلِيْ
taf’ulī
أنتما
antumā
تَفْعُلاَنِ
taf’ulāni
تَفْعُلاَ
taf’ulā
تَفْعُلاَ
Taf’ulā
أنتنّ
antunna
تَفْعُلْنَ
taf’ulna
تَفْعُلْنَ
taf’ulna
تَفْعُلْنَ
taf’ulna




أنا
anā
أَفْعُلُ
af’ulu
أَفْعُلَ
af’ula
أَفْعُلْ
af’ul
نحن
nahnu
نَفْعُلُ
naf’ulu
نَفْعُلَ
naf’ula
نَفْعُلْ
naf’ul
·         Perubahan-perubahan kasus verba imperfek pada tabel di atas berdasarkan penggunaan     pronomina.
Pada verba imperfek terdapat tiga kasus: nominatif, akusatif, dan Jusif. Penggunaan kasus dalam kalimat dipengaruhi oleh partikel-partikel tertentu, kecuali pada kasus nominatif yang tidak didahului oleh partikel tertentu. pada akusatif terdiri dari 4 partikel, dan pada Jusif diklasifikasikan menjadi 2: 4 partikel yang menjusifkan satu verba imperfek, dan 13 partikel syarat yang menjusifkan dua verba imperfek.











Daftar Pustaka 
Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor. 1998. Kamus Kontemporer Arab – Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Dayyab, Hifni Bek, Dkk. Qawāid Al-Lughah Al-Arabiyyah (Kaidah Tata Bahasa Arab [terjemahan]). Jakarta: Darul Ulum Press.
Ghulayaini, Musthafa. 2004. Jāmi’u Ad-Durūsi Al-Arabiyyah. Beirut: Dārul Al-Kutub Al-‘Ilmiyah.
Haywood, J. A. and H. M. Nahmad. 1962. A New Arabic Grammar of The Written Language. London: Humphries & Co. Ltd.
Ismail, Moh. (Pengalih Bahasa). 1991. An-Nahwul Wadlih (Tata Bahasa Arab). Surabaya: Putra Al-Ma’arif.
Isma’i, Hasyim. 1996. Jadwalun Nahwi. Indonesia: Haramain.
Sudaryanto. 1993. Metode Dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.


[1] Partikel syarat adalah partikel yang menjusifkan dua verba, kehadiran verba pertama  yang berada setelah partikel merupakan syarat dari kehadiran verba berkasus jusif kedua, misalnya:  إِنْ تَجْتَهِدْ تَنْجَحْin tajtahid tanjah} “jika bersungguh-sungguh maka akan sukses”, (kesungguhan merupakan syarat kehadiran kesuksesan).
[2] Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.
[3] Penulis belum menemukan padanan dalam istilah linguistik umum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar