v
Ferdinand de Seassure: Pelopor linguistik stuktural/sinkronik. Bukunya yang
berjudul “course in general linguistics Ferdinand de Saussure” (pemikiran
linguistik stuktural De Seassure yang ditulis oleh murid-muridnya).
v
Linguistik sinkronik: kajian linguistik yang mempelajari bahasa dan objeknya
dalam satu kurun waktu saja. Studi linguistik sinkronik meliputi:
-
Fonologi
-
Morfologi
-
Sintaksis
-
Leksikon
-
semantik
v
Linguistik diakronik: mempelajari bahasa dan objeknya dalam dua kurun
waktu/lebih. (pada hakekatnya adalah membahas tentang perubahan bahasa).
Kajian ini membicarakan tentang perbedaan bahasa yang ada pada zaman
Shakespeare dengan bahasa Inggris Modern, juga membahas tentang perbedaan
bahasa pada zaman raja Ali Haji dengan bahasa melayu modern (bahasa Indonesia
&bahasa Malaysia).
Wilhelm Van Humboldt: Seorang Jerman yang pertama kali
‘meletakkan’ istilah rumpun Melayu – Polinesia. Ia melakukan studi
perbandingan pada bahasa Jerman – Jawa yang berjudul: “Uber die Kavi Sprache
Auf Der Insel Java” (mengenai bahasa jawa kuno dari pulau Jawa). Ia
berpendapat bahwa bahasa jawa kuno berasal dari bahasa jerman disebabkan adanya
kosakata-kosakata yang hampir sama. Namun para peneliti tidak sependapat karena
bahasa Jawa terpengaruh dari bahasa Sansekerta.
v
Melayu-Polinesia: merupakan rumpun yang terdiri dari dua kelompok yang
berupa gabungan dari dua wilayah: Polinesia: pulau-pulau diantara dua benua,
Melayu: daerah nusantara.
v
Wilhelm Schmidt: Ahli antropologi linguistik Jerman yang membagi rumpun austronesia kedalam 4
kelompok, yaitu:
1.
Polinesia (arti: Pulau-pulau) yang kemudian dikenal dengan Oceania (kepulauan
teduh).
2.
Melanesia (Mela: hitam)yang bermakna “kepulauan orang-orang yang berkulit hitam”,
klasifikasi berdasarkan ras.
3.
Mikronesia (pulau-pulau kecil), berdasarkan antropologi.
4.
Indonesia. Indonesia pada tataran ini meliputi filipina, Brunei, Malaysia, dan
seluruh nusantara (Melayu – Polinesia barat).
v Enklafe: Daerah kantung bahasa yang terletak diwilayah lain/daerah
kantung bahasa yang tidak berada diwilayah asli bahasa. Misalnya: Enklafe Melayu
meliputi melayu Ambon yang berada di Ambon, Melayu Loloan yang berada di Bali,
Melayu larantuka yang berada di Flores, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar