Minggu, 10 Maret 2013

RAGAM BAHASA: Kajian Tentang Bahasa Gaul, Slang, dan Prokem


                                             Oleh: Nita Zakiyah

I. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antar sesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Bahkan bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak di sertai bahasa.
Bahasa bersifat arbitrer yang bisa di artikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. [1] Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain. Di samping itu keheterogenitasan bangsa Indonesia penyebab utama bagi keberagaman bahasa-bahasa di Indonesia.
II. Pengertian
            Ragam bahasa merupakan salah satu dari bagian dari variasi bahasa yang berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya atau fungsinya (fungsiolek), atau register.[2]
Perkembangan bahasa yang tergantung pada pemakainya, bahasa itu terikat secara sosial, dikontruksi, dan direkonstruksi dalam kondisi sosial tertentu daripada tertata menurut hukum yang diatur secara ilmiah dan universal. Disamping fungsi sosial, bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di dalam masyarakat.[3]
Dalam masyarakat tutur tertentu, masih mengenal system sratafikasi yang kental, misalnya bagi masyarakat bangsawan atau golongan priyayi.[4] Sebagaimana  bagi kelompok tutur, bahasa tutur generasi tua berbeda bahasa tutur generasi muda. Umumnya perbedaan itu menonjol pada fitur linguistik antara keduanya. Fitur kebahasaan generasi tua jarang di temukan pada generasi muda, begitu pula sebaliknya, fitur linguistik generasi muda jarang di gunakan oleh generasi tua.
Salah satu ciri atau sifat bahasa yang hidup dan dipakai di dalam masyarakat, apa pun dan di manapun bahasa tersebut digunakan, akan selalu terus mengalami perubahan. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam atau variasi, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat/politikus, ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul.
III. Fungsi dan Peran  Keberagaman Bahasa.
            Ragam bahasa memiliki fungsi atau peran serta di masyarakat tutur maupun kelompok tutur tertentu di antaranya:
1.  Pemakaian ragam bahasa menunjukkan identitas kelompok tutur. Dengan demikian perlu penyesuaian antara situasi dan fungsi pemakaian. Hal ini sebagai indikasi bahwa kebutuhan manusia terhadap sarana komunikasi juga bermacam-macam. Untuk itu, kebutuhan sarana komunikasi bergantung pada situasi pembicaraan yang berlangsung. Dengan adanya keanekaragaman bahasa di dalam masyarakat, kehidupan bahasa dalam masyarakat dapat diketahui, misalnya berdasarkan jenis pendidikan atau jenis pekerjaan seseorang, bahasa yang dipakai memperlihatkan perbedaan.
2.  Ragam bahasa menurut hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal atau informal. Medium pembicaraan atau cara pengungkapan dapat berupa sarana atau cara pemakaian bahasa, misalnya bahasa lisan dan bahasa tulis. Sehingga, masing-masing ragam bahasa memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga ragam bahasa yang satu berbeda dengan ragam yang lainnya.
3.  Dengan penguasaan ragam bahasa, penutur bahasa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan berbagai ragam bahasa dan fungsinya, dapat di ketahui penguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja yang menjadi tuntutan bagi setiap penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan masing-masing, menghendaki akan kesesuaian bahasa yang digunakan.
IV. Bahasa Gaul, slang, dan Prokem
1. Bahasa Gaul
            Di dalam suatu masyarakat terdapat dua klasifikasi situasi pemakaian bahasa:
a.   Situasi resmi atau formal, pada situasi ini seseorang dituntut untuk menggunakan bahasa baku, yang disebabkan oleh situasi resmi, misalnya: pada acara seminar, pidato kenegaraan bagi kepala Negara, dalam acara rapat, dan lain sebagainya.
b.  Situasi tidak resmi atau informal, pemakaian bahasa tidak resmi di pengaruhi oleh situasi tidak resmi. Kuantitas pemakaian bahasa ini banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi, pada bahasa tidak resmi bahasa baku di kesampingkan dan tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah bahasa akan tetapi yang diprioritaskan adalah antara pemakai bahasa dan yang lawan bicaranya bisa saling mengerti. Situasi pemakaian bahasa ini digunakan misalnya, pada komunikasi remaja di sebuah mal, interaksi penjual dan pembeli, dan lain-lain. Dari ragam tidak resmi tersebut, selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan istilah bahasa gaul.
Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi yang Hampir semua istilah yang digunakan bahasa rahasia di antara mereka yang bertujuan untuk menghindari campur tangan orang lain. Oleh karenanya bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman, maka bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja. Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami makna bahasa tersebut.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Seperti halnya bahasa lain, bahasa gaul juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata. Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh trend dan perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini, bahasalah sebagai representatifnya.
Namun tidak dapat di pungkiri bahwa kehadiran bahasa gaul menimbulkan kekhawatiran tersendiri akan terkikisnya bahasa Indonesia yang baik dan benar di tengah arus globalisasi. Kecenderungan masyarakat ataupun para pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari semakin tinggi. Dan yang lebih parah makin berkembangnya bahasa slank atau bahasa gaul yang mencampuradukkan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Contoh:
Bahasa Indonesia
Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Di masa depan
kapan-kapan
Apakah benar?
Emangnya bener?
Tidak
Gak
Tidak Peduli
Emang gue pikirin!
Sejarah Bahasa Gaul
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu digunakan untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena intensitas pemakaian tinggi, maka istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.[6]
Hal ini sejalan dengan halaman Wilimedia Ensiklopedi Indonesia (2006), yang menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya populer seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah kata bahasa gaul tersebut:
1). Nih Yee…
        Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini.
2) Memble dan Kece
        Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh  Dorce Gamalama.
3) Booo….
        Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Boo…adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini.
4) Nek…
        Setelah kata Boo… popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek… pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut  sering mengucapkan kata  Nek… 
5) Jayus
        Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan’. Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di kitaran Kemang.
        Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau  Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar.
 
 
6. Jaim
        Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image gitu.
7. Gitu Loh…(GL)
        Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang  kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh…di tiap akhir pembicaraan.[7]
 
2. Bahasa Slang
Slang adalah ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman dipakai oleh kelompok sosial tertentu untuk konsumsi intern, dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti[8]
Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya. Dan slang di ciptakan oleh perubahan bentuk pesan linguistik tanpa mengubah isinya untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan. Jadi, slang bukanlah bahasa yang selayaknya di gunakan melainkan hanya transformasi parsial sebagian dari suatu bahasa menurut pola-pola tertentu.
Contoh bahasa slang banyak ditemukan di kepulauan Indonesia meskipun perkembangan sejarah slang ini boleh dikatakan tidak diketahui, yang jelas di Indonesia, seperti dihampir setiap Negara di dunia, kelompok masyarakat telah menciptakan dan mengembangkan pola kebahasaan mereka sendiri yang berbeda. Gejala ini mencakup bahasa permainan di antara anak-anak sekolah dan di berbagai lingkungan serta kalangan, bahasa ini mungkin memiliki fungsi yang agak kocak atau rahasia, tetapi semua cenderung mengasingkan kelompok dan membedakannya dari masyarakat yang lebih luas. (misalnya: kata bahasa Indonesia “mobil” dapat di ubah wujudnya menjadi bo’il, bolim, demobs, atau kosmob) atau artinya (misalnya: kuda, kebo, bebek, gerobak, dokar, dan akuarium. Semua berarti “mobil”).[9]
Sejarah Bahasa Slang
Pada mulanya pembentukan bahasa slang, di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas atau golongan bawah. Lambat laun oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi sehari-hari.
3. Bahasa Prokem
Seandainya pertanyaan ini kita kemukakan kepada warga masyarakat yang tidak memahami bahasa prokem ini sama sekali, sebagian besar akan menjawab bahwa bahasa prokem itu adalah bahasa yang hanya dipakai para pemuda, remaja yang digunakan seenak dan tidak dapat dipahami masyarakat umum. Bila pertanyaan ini kita kemukakan kepada para remaja dan orang muda lainnya yang paham akan bahasa prokem ini, jawaban yang akan diperoleh ternyata bervariasi.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan untuk mencari dan menunjukkan identitas diri; bahasa  yang dapat merahasiakan pembicaraan mereka dari kelompok yang lain. Ada pula yang menyatakan bahasa prokem itu adalah bahasa yang diolah kembali agar pembicaraaan mereka ini tidak dipahami orang tua ataupun guru-guru yang sering melarang mereka sebelum sempat melakukan sesuatu.[10] Bahasa prokem ini sejenis ragam bahasa khas yang boleh disebut sebagai jenis bahasa rahasia yang hanya digunakan kelompok tertentu saja untuk berkomunikasi dengan warga masyarakat yang bukan anggota kelompok mereka.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Tumbuhkembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa dan bersifat universal. Artinya bahasa-bahasa seperti itu akan ada pada kurun waktu tertentu (temporal) dan di dunia manapun sifatnya akan sama (universal).
Prokem menjadi mode kaum muda ibukota, Jakarta. Kerumitannya menarik dari sudut pandang ilmu bahasa. Tanda keinginan kaum muda untuk menegaskan dirinya sebagai kelompok masyarakat mandiri, berbeda dengan angkatan orang tuanya. Dan bagaimanapun dekat dengan dunia gelap pengedar NAZA (narkotik dan zat-zat adiktif) dan penjahat. Ini merupakan gejala sosial yang sangat menarik.[11]

Sejarah Bahasa Prokem
Tidak ada orang yang dapat menjelaskan secara tepat bagaimana wujud bahasa  prokem pada waktu timbul pertama. Namun mengingat bahwa nama bahasa ini disebut “bahasa prokem”, penulis mengambil kesimpulan bahwa bentuk olahan awal bahasa ini adalah penyisipan-ok-, antara lain seperti yang terlihat pada nama bahasa itu : ‘prokeman’, lalu mengalami gejala apokot dengan lenyapnya bunyi akhir menjadi prokem. Kalau kita perhatikan kosakata bahasa prokem sampai pertengahan dekade 1980, tampak bahwa sebagian kata-katanya diolah dengan memberi sisipan –ok-. Apakah cara ini saja yang digunakan pada saat awal timbulnya, tidaklah dapat dipastikan. Namun dari data tertulis dapat disimpulkan bahwa kosakata yang diolah dengan cara ini merupakan salah satu rumus yang memegang peranan yang sangat penting, melihat besarnya kosakata seperti ini disekitar 30 %. Di samping penyisipan –ok-, kosakata bahasa prokem pun banyak mengalami gejala metatesis (pembalikan urutan penulisan huruf). Gejala ini sudah dikenal lama sekali ia sudah tampak sekitar 30 tahun yang lalu. Namun yang patut dicatat adalah bahwa pembalikan unsur-unsur kata yang diolah itupun mempunyai beberapa bentuk yang berbeda. Beberapa perbedaan di antaranya masih dapat kita lihat dari kosakata yang tampak dari sejumlah data yang tertulis, seperti dalam kibin’bikin’,depek’pendek’, maya’ayam’, dan baak’asbak.
Para remaja ini cenderung mencampuradukkan segala macam pola kedalam bahasa prokem seolah-olah mau menganggap bahwa segala macam bentuk yang tidak baku merupakan bahasa prokem. Kosakata yang mengalami gejala efesinsis dengan menyisipkan-ok-masih digunakan sampai kini, tetapi kalau diperhatikan bentuk-bentuk kata bahwa bentukan metatesis banyak sekali. Setelah diteliti secara lebih cermat, ternyata kata yang diolah dengan bentuk ini bahkan lebih dari sepertiga jumlah kosakata bahasa prokem. Dari data ini tersirat bahwa banyak mengolah kata bentuk metatesis.[12]

V. Kesimpulan
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa. Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan kebutuhannya untuk hidup bersama.
Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda. Dari adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan bervariasi. Keberagaman bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, variasi bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.
Dengan berbagai kaidah sosial merupakan salah satu penyebab utama lahirnya ragam bahasa seperti bahasa gaul, bahasa slang dan bahasa prokem.
Pengertian
 
VI. Concept Map ( Peta Konsep )


 






VII. Penutup
            Demikianlah makalah yang saya susun, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terbentuk, meski sangat di sadari banyak sekali kekurangan di sana-sini dari sisi teknis maupun substansi. Mohon maaf dan maklum adanya.
            Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak terutama bapak dosen, saya sambut dengan tangan terbuka.


VIII. Daftar Pustaka
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet. Ke-2.
------- Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka cipta, 2004, cet. Ke-2.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. Ke-1.
Heritage, Indonesian, Bahasa Dan Sastra, Jakarta: Grolier International, 2002, cet. Ke-1.
Salliyanti, Bahasa Prokem Di Kalangan Remaja, http://www.library.USU.2003.



[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h. 33.
[2] Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 68.
[3] http;//lubisgrafura.wordpress.com.
[4] Abdul Chaer, Leonie Agustina, op. cit, h. 65.
[8] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) cet. Ke-2, h. 851.
[9] Indonesian Heritage, Bahasa dan Sastra,(Jakarta: Grolier International, 2002) cet. Ke-1, h.132.
[10] Salliyanti, Bahasa Prokem Di Kalangan Remaja,  http://www.library.USU.2003. h. 1.
[11] Indonesian Heritage,op. cit, h. 133.
[12] Dra. Salliyanti , op. cit. h. 3.

1 komentar:

  1. bisa minta tolong referensi ...aku lagi mw meneliti tentang bahsa gaul jg

    BalasHapus