Sabtu, 07 Desember 2013

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA (DIKSI)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan pemilihan kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti. Untuk itu, seorang penulis atau seorang yang ingin berkomunikasi dengan orang lain harus memahami apa pengertian dari pemilihan kata dan penjabarannya. Maka dalam makalah ini, kami akan mencoba menjelaskan secara singkat dan jelas tentang pengertian dari pemilihan kata ( Diksi ).

1.2    Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian dari pemilihan kata?
2.Apakah pengertian dari makna denotatif dan konotatif
3.Kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi pada pembentukan dan pemilihan kata?




BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu.Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat dapat membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.1

 2.2  Makna Denotatif dan Konotatif

Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adala suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya bermakna masukan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan. Makana kata makan seperti ini adalah makana denotatif.
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan kepada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.


                                               
1Arifin E Zaenal,Tasai s Amran, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta:Akademika Pressindo,2008).hlm.28

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.

Kata rumah monyet mengandung kata konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah Rumah Asap.

Makna–makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misal:
1.      Rumah Gedung, wisma, Graha
2.      Penonton Pemirsa, Pemerhati
3.      Dibuat Dirakit, Disulap
4.      Sesuai Harmonis
5.      Tukang Ahli, Juru
6.      Pembantu Asisten
7.      Pekerja Pegawai, Karyawan


Makna Konotatif dan Makna Denotatif berkaitan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna Denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Kalimat dibawah ini menunjukkan hal itu, Dia adalah wanita cantik (denotatif).

Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terdapat suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat dibawah ini
: Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.

Kata membanting tulang (yang mengambil dari suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atua ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong ke dalam kata yang bermakna konotatif.

 
2.3  Makna Umum Dan Khusus

Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele. Ikan tidak hanya mujair atau lele, tetapi ikan terdiri dari beberapa macam, seperti gurame, sepat, tuna, baronan. Sebaliknya lele pasti tergolong jenis ikan; demikian pula dengan gurame, sepat, tuna, dan baronang pastilah jenis ikan. Dalam hal ini kata yang acuannya lebih luas adalah kata umum, seperti ikan. Sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, tuna, lele, baronang dan lain-lain.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas dibandingkan dengan kata mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga melati, dahlia, anggrek dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti jenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan senjenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih khusus disebut kata khusus.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik. Sapi, kerbau, kuda dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi, kerbau, kuda adalah kata khusus (spesifik).


2.4  Kata Konkret Dan Kata Abstrak

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak tepat.

2.5  Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, melainkan hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mngonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.

Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata tersebut bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak percis sama benar. Kata-kata yang bersinonim lainnya adalah:

1.        Agung, besar, raya
2.      Mati, mangkat, wafat, meninggal
3.      Cahaya, sinar
4.      Ilmu, pengetahuan
5.      Penelitian, penyelidikan


2.6  Pembentukan Kata

Ada dua cara pembentukan kata yaitu, dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru dari unsur serapan. Dari dalam bahsa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya :
1.    Tata : tata bahasa
2.      Daya : daya tarik
3.      Serba : serba putih
4.      Hari : hari jadi
5.      Tutup : tutup usia
6.      Lepas : lepas tangan


Kata pungut (Kata Serapan) adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan, karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.

Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut kata serapan.

2.7  Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikannya.

a.       Penanggalan Awalan me-

Penggalan awalan me- pada judul berita pada surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.

-          Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.(salah)
-          Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
-           Jaksa Agung, Marzuki Darusman , periksa mantan Presiden Soeharto. (salah)
-          Jaksa Agung, Marzuki Darusman , memeriksa mantan Presiden Soeharto. (benar)

b.      Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber- . Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
-          Sampai jumpa lagi ( salah ).
-          Sampai berjumpa lagi ( benar ).
-          Pendapat saya beda dengan pendapatnya ( salah ).
-          Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya ( benar ).



2.8  Ungkapan Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan ataau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi didalam tulisan. Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
-          Menteri dalam Negeri bertemu Presiden Gus Dur. (salah)
-          Menteri dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur. (benar)

Disamping itu , ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu:
-Sehubungan dengan
-Berhubungan dengan
-Sesuai dengan
-Sejalan dengan

Ungkapan idiomatik lain yang perlu di perhatikan ialah:
-Salah benar
-Terdiri atas/ dari
-Terjadi atas/ terjadi dari
-Tergantung kepada/ bergantung pada


BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP



Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana. Dengan penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dengan pengekspresian paragraf atau wacana maka gaya bahasa menjadi efektif. Sehingga gaya bahasa membentuk suasana kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau gaya percakapan. Gaya bahasa yang dihasilkan oleh pilihan kata terbagi tiga yaitu, gaya sederhana, gaya menengah dan gaya mulia.

Penggunaan ketepatan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa. Kesesuaian kata diperlukan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana yang sedang berlangsung. Pengembangan perubahan makna dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan pengembangannya bersesuaian dengan kualitas pemikiran pemakainya.

Denotasi bermakna lazim atau aslinya sedangkan konotasi bermakna kias atau bukan makna sebenarnya. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki perbedaan dalam hal bentuk, ejaan, dan pengucapan tetapi bermakna sama. Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan dan tidak dapat digantikan dengan pasangan lain. Kata tanya merupakan kata yang hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu.

Homonim merupakan kata yang memiliki tulisan dan bunyi yang sama, tetapi berbeda makna. Sedangkan homofon merupakan, kata yang memiliki bunyi yang sama dengan tulisan dan makna yang berbeda. Berbeda dengan homonim dan homofon, homograf merupakan kata yang memiliki tulisan dan makna yang sama tetapi bunyinya berbeda.

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang luas, dan sifatnya umum sedangkan, rkata khusus adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang sempit, dan sifatnya khusus. Defenisi merupakan kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama orang, benda, proses, atau aktivitas, batasan arti, rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi atau Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kejadian.
Akhirnya, inilah makalah yang kami buat. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya terkhusus untuk penulis dan mahasiswa jurusan ilmu hadist semester satu IAIN Raden Intan Lampung.


DAFTAR PUSTAKA


Arifin, E. Zaenal. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika pressindo.

Keraf, Gorys. 2006.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.

www.wordpress.com/  hidayatullahahmad.dipiblikasikan pada/16/03/2013,20:24.hidayatullahahmad.wordpress.com.diksi.diakses pada/12/09/2013.


Disusun Oleh: ANI MULYANI DAN YULIA NINGRUM 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar