Minggu, 10 Maret 2013

AL KINDI: Sejarah, Karya Tulis, dan Pemikiran.

Sejarah Singkat Al-Kindi

Nama lengkapnya Al-Kindi adalah “Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘Imran bin Isma’il bin Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qeis Al-kindi. Ia berasal dari Kabilah Kindah termasuk kabilah terpandang di kalangan masyarakat arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz, akan tetapi ia lahir di Kufah (Irak) pada tahun 185 H (801 M), orang tuanya adalah Gubernur dari Basrah. Setelah dewasa ia pergi ke Bagdad dan mendapat lindungan dari Khalifah Al-Ma’mun (813-833 M) dan Khalifah Al-Mu’tasim (833-842 M). Al-Kindi menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar falsafat, zaman itu adalah zaman penterjemahan buku-buku Yunani dan Al-Kindi kelihatannya turut juga aktif dalam gerakan penterjemahan ini, tetapi usahanya lebih banyak dalam memberi kesimpulan dari pada menterjemah.

Karya Tulisnya
            Telah disebutkan bahwa Al-Kindi aktif terlibat dalam kegiatan penerjemahan buku-buku Yunani dan sekaligus ia melakukan koreksi serta perbaikkan atas terjemahan orang lain.
            Menurut George Atiyeh karya-karya tulis Al-Kindi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan mencapai 270 risalah. Risalah-risalah itu, baik oleh Ibnu Nadim maupun Oifthi, dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu: "Filsafat, Logika, Ilmu Hitung, Musik, Astronomi, Geometri, Psikologi dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dikemukakan beberapa karya tulis Al-Kindi:
1)      Fi al-Falsafat al-Ula
2)      Kitab al-Hassi 'ala Ta'allum al-Falsafat
3)      Risalat ila al-Ma'mun fi al-'illat wa Ma'lul
4)      Risalat fi Ta'lif al-A'dad
5)      Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa'il al-Manthiqiyyat wa al-Mu'tashah wa ma Fauqa al-Thabi'iyyat
6)      Kammiyat Kutub Aristoteles
7)      Fi al-Nafs



Filsafat Ketuhanan
            Sebagai halnya dengan filosof-filosof Yunani dan filosof-filosof Islam lainnya, Al-Kindi selain dari filosof, ia juga ahli ilmu pengetahuan, pengetahuan ia bagi ke dalam dua bagian yaitu:
1)      Pengetahuan Ilahi (Divine Science), sebagai yang tercantum dalam Al-Qur’an yaitu: Pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan, dasar pengetahuan ini ialah keyakinan
2)      Pengetahuan Manusiawi (Human Science), dasar pengetahuannya ialah pemikiran (Ratioreason)
Argument-argumen yang dibawa Qur’an lebih meyakinkan dari pada argument-argumen yang ditimbulkan filsafat. Tetapi filsafat dan Qur’an tidak bertentangan; kebenaran yang diberitakan wahyu tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat. Mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari filsafat, dan umat Islam diwajibkan belajar teologi.
Filsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar (Knowledge of truth). Disinilah terlihat persamaan filsafat dan agama, tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik; filsafat itulah pula tujuannya. Agama, disamping  wahyu, agama pun mempergunakan akal, dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan, filsafat dengan demikian membahas soal Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya, dan filsafat yang tinggi ialah tentang Tuhan.
Tuhan dalam filsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakekat, karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan ia adalah “pencipta alam”. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk, karena Tuhan hanya satu dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan.
Sesuai dengan faham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi Al-kindi adalah pencipta dan bukan penggerak pertama sebagai pendapat Aristoteles.


Filsafat Alam
Alam bagi Al-Kindi mempunyai permulaan. Karena itu ia lebih dekat dalam hal ini pada filsafat Plotinus yang mengatakan bahwa yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang ada, alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.
Sedangkan tentang baharunya alam, Al-Kindi mengemukakan pendapat yang sama dengan pendapat kaum teolog Muslim dan berbeda dengan pandangan kaum filosof Muslim yang datang sesudahnya yang menyatakan bahwa alam ini kadim. Telah dijelaskan juga bahwa Al-Qur'an hanya menginformasikan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah SWT. Akan tetapi Al-Qur'an tidak menginformasikan tentang proses penciptaannya, apakah dari tiada menjadi ada sehingga alam ini harus dikatakan Hadis (baharu), atau penciptaannya dari materi yang sudah ada semenjak azali, dengan arti mengubah ada dari satu bentuk ke bentuk yang lain sehingga alam ini harus dikatakan kadim.



           
















Daftar Pustaka

Nasution  Harun, "Falsafat dan Mistisisme dalam Islam", Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995
Zar Sirajuddin, "Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya", Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar